Belasan Gim Indonesia Dipamerkan di Ajang Dunia Game Connection America 2019
Bukan hanya itu, mereka juga bertemu dengan rekan-rekan bisnis potensial untuk berkolaborasi. Gim Indonesia mendunia!
Gim lokal mendunia! Belasan gim buatan developer gim Indonesia ikut dipamerkan di salah satu ajang gim internasional, Game Connection America 2019 (GCA 2019) yang digelar di San Francisco, Amerika Serikat pertengahan Maret ini.
GCA 2019 sendiri merupakan sebuah event yang dilabeli dengan "deal making event". Di event ini, developer Indonesia tidak hanya memamerkan karya mereka saja, akan tetapi juga bertemu dengan beberapa calon rekan potensial untuk mendapatkan deal bisnis dan bekerja sama di masa yang akan datang.
Developer dan publisher gim Indonesia ini berangkat ke San Francisco berkat program Archipelageek yang digagas oleh BEKRAF dan AGI. Selain developer dan publisher Indonesia, aktor Rio Dewanto juga ikut hadir untuk menunjukkan dukungannya terhadap perkembangan gim lokal.
Sebanyak sepuluh developer dan publisher serta satu payment gateway yang mengikuti pameran di GCA 2019, antara lain SEMISOFT, GameChanger Studio, GameLevelOne, Everidea Interactive, Masshive Media, Wisageni Studio, GameLevelOne, Megaxus, Agate, Arsanesia dan CIAYO Games.
Selama dua hari, sebelas delegasi Indonesia ini memamerkan karya di hadapan lebih dari 500 perusahaan gim papan atas dunia seperti Ubisoft, EA, 505 Games, Tencent dan NetEase. Beberapa gim bahkan menarik minat perusahaan-perusahaan tersebut untuk tahu lebih lanjut dan akhirnya mendiskusikan kemungkinan untuk bekerja sama.
Beberapa developer gim sempat menunjukkan karya-karya terbaru mereka. Contohnya, SEMISOFT yang sebelumnya merilis Legrand Legacy untuk PC dan konsol memperkenalkan gim terbarunya, Mark of the Beast. Wisageni Studio juga memperkenalkan dua gim mobile mereka, Pirate Mobile War dan Water All.
Duniaku.net sempat mengikuti dua hari kegiatan mereka selama di Oracle Park, San Francisco. Dan dari pengamatan Duniaku.net, acara ini sedikit berbeda dibandingkan acara-acara bisnis gim lainnya.
Pertama, GCA 2019 menyediakan sebuah aplikasi khusus untuk mengatur jadwal meeting. Aplikasi ini bisa diakses jauh-jauh hari sebelum para developer gim ini datang ke San Francisco. Saat di acara, mereka tinggal hadir di tempat dan waktu yang sudah ditentukan untuk bertemu dengan calon rekan potensial mereka.
Kedua, diskusi ini berjalan cukup cepat dan to the point. Mayoritas setiap meeting dilakukan selama 15-20 menit, sehingga dalam satu hari, para developer gim ini mengaku melakukan rata-rata 15 meeting. Di akhir setiap harinya, masing-masing developer memberikan review mengenai apa yang sudah dilakukan dalam sehari, dan siapa saja yang sudah mereka temui hari tersebut.
GCA 2019 bukan cuma digelar dalam dua hari di Oracle Park saja. Tiga hari setelahnya, acara berlanjut di pusat kota San Francisco dimana pihak penyelenggara sudah menyediakan satu tempat khusus untuk melakukan diskusi. Para peserta masih bisa menggunakan aplikasi meeting yang tersedia untuk mengatur jadwal dengan rekan-rekan potensial mereka.
Beberapa developer menyebutkan bahwa mereka berhasil menemukan rekan yang pas untuk diajak diskusi lebih lanjut. Tahun lalu, ada beberapa developer yang berhasil menemukan publisher untuk gim mereka, sebut saja Lentera Nusantara yang bertemu dengan Aksys untuk merilis Ghost Parade pertengahan tahun ini juga. Atau ada juga Agate yang melanjutkan diskusi dengan PQube untuk merilis Valthirian Arc: Hero School Story akhir tahun 2018 lalu.
Selain menghadiri GCA 2019, delegasi Indonesia juga memiliki agenda lain di San Francisco antara lain menghadiri Game Developer Conference 2019 dan berkunjung ke beberapa kantor perusahaan teknologi papan atas seperti Google dan Apple.
Semoga tahun ini bakal lebih banyak lagi developer yang berhasil mendapatkan rekan bisnis yang pas, sehingga akan semakin banyak lagi gim Indonesia yang mendunia!