Mengenal Lebih Jauh Diego Vida, Produser Video Game dan Film yang Menyukai Anime

Duniaku.net mewawancarai Diego Vida, artis visual efek yang bekerja di film-film Hollywood dan berbagai game. Inilah pesannya untuk developer Indonesia.

Mengenal Lebih Jauh Diego Vida, Produser Video Game dan Film yang Menyukai Anime

Duniaku.net berkesempatan untuk mewawancarai Diego Vida, seorang artis visual efek yang bekerja di film-film Hollywood dan berbagai game. Ia pun memiliki pesan untuk para developer Indonesia.

Diego Vida adalah sebuah nama yang cukup dikenal di dunia perfilman dan industri game. Pria yang dulu pernah menjadi atlet tenis ini dikenal lewat sentuhannya di dunia visual efek (VFX) pada film-film seperti Mission Impossible: Ghost Protocol, Fast & Furious, G.I. Joe: Rise of Cobra, dan lain sebagainya.

Di bidang game sendiri ia pernah menjadi produser dari game Adventure QuestOugon Desentsu Pachinko, Kingdoms of Amalur: Reckoning, dan lain-lain.

Langsung saja, inilah hasil wawancara Duniaku.net dengan Diego Vida:

Hi Diego, bisakah Anda jelaskan apa sih pekerjaan VFX Producer itu? Apakah berbeda menjadi VFX Producer di film dan game?

Pada dasarnya semuanya seperti video game, terutama segala hal yang berhubungan dengan CG (computer graphics). (Saya) menikmati membuat sesuatu untuk hiburan, tak terkecuali game.

Di tahun 80-an kebanyakan dari video game dibuat dari film-film. Akhir-akhir ini hal tersebut terjadi sebaliknya. Pendapatan industri game pun melebihi industri film karena penggunanya yang terus-menerus bertambah.

Saya telah bekerja di beberapa video game yang dirilis di konsol, mobile, hingga arcade dan mesin Pachinko (mesin slot asal Jepang), termasuk juga simulator untuk taman bermain dan mal.

Rangkaian sinematik untuk film live action atau full CG menggunakan teknik yang sama dengan video game. Mari kita membuat sebuah perbandingan sederhana antara dua produk yang dibuat oleh penerbit yang sama, yaitu Capcom. Capcom memiliki franchise Resident Evil yang dibuat dalam bentuk game dan film (dalam hal ini Degeneration yang merupakan full CG Movie, bukan versi live-action).

Keduanya menggunakan motion capture dan para aktor - stuntman yang beraksi di layar hijau - mereka ditandai dengan titik-titik putih agar program dapat mengenali gerakan mereka ke dalam model 3D.

Ada perbedaan antara VFX (visual effects) dan SFX (special effects). VFX dibuat dengan CG, contohnya adalah percikan pistol, animasi 3D, dan lain sebagainya. SFX sendiri dibuat secara nyata di set, contohnya seperti api, ledakan, dan kostum seperti Pyramid Head di film Silent Hill.

Saya sendiri merekomendasikan penggabungan antara VFX dan SFX. Dengan begitu, sebuah film akan tampak sangat realistis dan tidak ada orang yang dapat mengetahui trik di belakangnya.

Saya dengar Anda adalah fan berat anime. Apakah ada cerita menarik dari pengalaman Anda dengan anime? Apa anime favorit Anda?

Anime favorit saya adalah Lupin the third, Saint Seiya, dan semua seri robot dan tokusatsu seperti Yuke Yuke Megaroman. Saya juga menyukai semua lagu pembukanya karena penyanyinya adalah teman saya, Ichiro Mizuki. Ia memiliki karir selama 40 tahun di anime, tokusatsu, dan video game. Baru-baru ini ia juga menjadi bintang tamu di Anime Festival Asia Indonesia.

[read_more id="273283"]

[duniaku_adsense]

Pernahkah Anda mengerjakan proyek anime? Atau apakah Anda memiliki rencana untuk mengerjakan anime di masa depan?

Gundam, di sana saya bekerja sebagai fotografer untuk beberapa potret digital di anime tersebut. Saya juga fan berat dari produk-produk merchandise anime. Saya mengoleksi berbagai action figure dan model diecast dari bahan metal dan PVC, sebuah hobi yang saya tekuni sejak kecil.

Mengenal Lebih Jauh Diego Vida, Produser Video Game dan Film yang Menyukai Anime

Proyek menarik apa yang sedang Anda kerjakan?

Saya sedang mengerjakan game Castlevania. Game ini memiliki gaya yang sama dengan seri Castlevania lainnya tapi juga memiliki unsur-unsur yang orisinal (dengan timeline yang berbeda dan cerita yang berbeda pula). Hingga saat ini saya telah membuat storyboard sepanjang 1,5 jam untuk rangkaian sinematiknya, concept art dari gamenya juga tak lama lagi akan mulai dikembangkan.

Di Sisilia (sebuah daerah di Italia, kampung halamannya Diego), kami memiliki banyak kastel-kastel abad pertengahan, istana, dan perdesaan yang sangat cocok untuk nuansa Castlevania. Saya akan menggunakannya sebagai sumber inspirasi untuk game ini.

Untuk televisi, saya memiliki banyak hal yang akan dikerjakan. Salah satunya adalah untuk sebuah perusahaan televisi Eropa sebagai sutradara dari serial televisi yang mirip dengan Silent Hill. Sisanya adalah proyek ekstra dan CG.

[duniaku_baca_juga]

Apakah pesan Diego Vida untuk developer game Indonesia? Mari cek di halaman kedua!

Anda telah menjadi tamu spesial di berbagai acara gaming seperti E3 Los Angeles, San Diego Comic Con, Siggraph Asia, Gamescom di Jerman, Tokyo Game Show, Games Week Paris, dan sebagainya. Apa saja yang Anda lakukan di sana?

Ya, mereka mengundang saya ke acara-acara internasional ini dan saya merasa terhormat menjadi tamu di sana. Biasanya saya mengisi konferensi dan workshop yang berhubungan dengan CG untuk game dan film. Tujuannya adalah membantu mereka yang ingin terjun ke dalam industri ini.

Biasanya saya menjelaskan bahwa sebenarnya rangkaian sinematik dalam game tidak dimasukkan ke dalam engine game tersebut, tetapi di file yang berbeda. Engine game sendiri biasanya hanya dibuat oleh developer besar karena biaya produksinya yang sangat tinggi. Maka dari itu developer indie biasanya memakai engine game yang dibuat oleh pihak ketiga (contohnya Unreal dan Unity).

Mengenal Lebih Jauh Diego Vida, Produser Video Game dan Film yang Menyukai Anime Set miniatur dari sebuah proyek film Diego Vida.[/caption]

Indonesia memiliki industri game yang masih muda namun terus berkembang. Apakah Anda memiliki saran dan pesan untuk komunitas developer game Indonesia?

Ya! Pertama-tama perlu diketahui bahwa hubungan antara Jepang dan Indonesia cukup erat, hal ini meningkatkan kemungkinan orang Indonesia diterima bekerja di perusahaan Jepang (banyak perusahaan game berlokasi di Jepang dan gajinya lebih tinggi daripada di Amerika dan Eropa).

Seperti biasa, saya ingin menyarankan agar kamu tetap rendah hati dan jangan mengejar uang dan ketenaran terlebih dahulu. Berlatihlah dan banyak berkolaborasi dengan developer lain, baik nasional maupun internasional untuk meningkatkan pengalaman dan koneksi.

Satu hal yang penting adalah jangan pernah bersikap negatif. Jangan berkecil hati jika kamu tidak berhasil masuk ke dalam perusahaan yang kamu inginkan. Kerjakanlah banyak proyek (personal ataupun tim), pergi ke acara-acara seperti festival film dan workshop, dan kuasai teknik-teknik developer yang kamu tekuni (artis, programmer, komposer, dan lain-lain).

[duniaku_adsense]

Saya juga ingin menyampaikan salam kepada teman saya Andri Krismanto alias Undrenic, seorang artis CG dari Indonesia. Ia pernah bekerja bersama saya di Tokyo Project yang membahas tentang Team Orange Drifting Team (tim pebalap dari video game GRID dan film Fast and Furious 3), membuat model dan animasi dari Toyota Supra, Nissan Skyline, dan Mitsubishi Evo. Ini adalah bukti bahwa orang Indonesia memiliki bakat yang luar bisa di bidang produksi CG.

Jika kamu tertarik untuk bekerja bersama saya, kamu bisa mengirimkan CV ke akun Linkedin saya di bawah. Saya akan mengerjakan sebuah proyek film Jepang dan membuka lowongan di bidang 3D Generalist dan TD Stop Motion Animator untuk membuat rangkaian animasi seperti video di bawah.


Ya, itulah hasil wawancara Duniaku.net dengan Diego Vida. Apakah kini kamu tertarik untuk terjun di dunia CG? Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Diego Vida, kamu bisa menuju tautan-tautan profilnya di bawah. Kamu juga bisa melihat cuplikan gameplay dari game terbaru yang sedang dikerjakan Diego Vida bersama Koji Igarashi (Castlevania: Symphony of the Night) berjudul Bloodstained yang akan rilis tahun 2018.

[duniaku_baca_juga]

Linkedin: Diego Vida

IMDB: Diego Vida

YouTube: Diego Vida

Artikel terkait

ARTIKEL TERBARU