Baca artikel Duniaku lainnya di IDN App
For
You

Kesan Awal 2XKO dari Sudut Pandang Pemain Veteran Game Fighting

6f11185e02faa8f7526107f736add9de10e3c6d8-3840x2160.jpg
Dok. Riot (2XKO)
Intinya sih...
  • Identitas 2XKO masih samar dan kurang unik, belum menemukan ciri khas yang kuat.
  • Game ini berusaha menjangkau pemain kasual dan kompetitif, namun terlihat dangkal bagi pemain veteran.
  • Visual 2XKO terasa aman dan kurang menggigit, tidak sesuai ekspektasi dari Riot Games.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

GENRE: Fighting
PUBLISHER: RIOT
DEVELOPER: RIOT
RELEASE DATE: TBA
RATING: 2/5 (Untuk versi awal ini)

Sejak pertama kali diumumkan, 2XKO langsung bikin geger komunitas gamer. Riot Games (yang sebelumnya sukses besar lewat League of Legends dan Valorant) datang dengan janji segar: sebuah fighting game dengan mekanik tag-team plus deretan champion LoL favorit. Fans pun berharap tinggi, bahkan ada yang percaya 2XKO bisa mengubah persepsi soal fighting game yang selama ini dianggap niche, sekaligus menjadi pesaing serius Street Fighter 6 atau Tekken 8.

Sayangnya, hype besar ini justru berbalik arah. Saat gameplay dipamerkan, banyak yang merasa 2XKO belum menyuguhkan sesuatu yang revolusioner. Alih-alih terobosan, kesannya lebih seperti langkah hati-hati Riot dalam menjajal dunia fighting game.

1. Identitas yang Masih Samar

2de714e23de631620287ef22a12c44d710f17001-3840x2160.jpg
Dok. Riot (2XKO)

Salah satu kekuatan utama fighting game adalah punya ciri khas yang bikin mudah dikenali. Mortal Kombat dengan fatality, Street Fighter dengan hadouken dan sistem parry, Tekken dengan juggle combo. Nah, 2XKO? Sampai sekarang masih terasa seperti campuran dari beberapa formula yang sudah ada.

Mekanisme tag-team memang menjanjikan, tapi penerapannya belum membentuk identitas kuat. Malah, variasi tipe tag yang dibagi-bagi justru membingungkan dan terasa kurang penting. Akibatnya, 2XKO tampak ragu dalam menentukan ciri khasnya.

Lebih ironis lagi, jika dibandingkan dengan Skullgirls game fighting indie yang rilis 13 tahun lalu, 2XKO masih kalah berani dalam memberi inovasi dan keunikan.

2. Antara Kasual dan Kompetitif

c770a9b5e0318b052a68a7c798f0032b976ab7e4-1920x1080.jpg
Dok. Riot (2XKO)

Riot jelas ingin menjangkau audiens seluas mungkin. Mereka mendesain kontrol 2XKO agar ramah bagi pemula, mudah dipelajari, cepat dikuasai. Masalahnya, strategi ini justru bikin game terlihat dangkal di mata pemain veteran.

Hasilnya? Saya sering sekali terkena combo yang sangat panjang sehingga saya harus diam selama kurang lebih 25 detik. Itu juga kalau saya tidak terkena OTD (One Touch Death) dari para pemain veteran MVC. Sebenarnya 2XKO memberikan perlindungan khusus bagi infinite loop atau combo dengan cara memberikan sistem "BREAK" yang bisa diaktifkan ketika bar BREAK terisi penuh, tapi fitur ini bisa dibait dengan mudah oleh pemain berpengalaman.

2XKO menjadi game serba tanggung. Bagi pemula memang menyenangkan, tapi komunitas kompetitif, yang biasanya menentukan umur panjang sebuah fighting game masih ragu dengan kedalaman mekaniknya.

3. Visual yang Belum Menggigit

bfb22a007c23dc8b43f99f454504392b07b837fa-3840x2160.jpg
Dok. Riot (2XKO)

Kalau soal cinematic, Riot selalu juara. Fans terbiasa melihat trailer LoL dan Valorant dengan kualitas film animasi yang luar biasa. Maka wajar kalau banyak yang berekspektasi tinggi pada 2XKO. Tapi saat akhirnya tampil, visualnya justru terasa aman dan terlalu ringan.

Sayangnya, yang terlihat justru aman dan ringan. Beberapa animasi serangan terasa mengambang dan tidak meyakinkan. Efek suara pun lemah, misalnya serangan low Ahri yang seperti “memukul angin,” atau semua serangan netral Yasuo yang terdengar lembek bak pool noodle.

Dengan karakter ikonik seperti Yasuo, Ahri, hingga Ekko, seharusnya ada potensi untuk menciptakan atmosfer dramatis sekaligus berkelas. Tapi eksekusinya lebih mirip kartun kompetitif, bukan sesuatu yang meninggalkan kesan mendalam.

4. Kesimpulan

a8f747fbc2b53641d52a2e996229018ab6f179c4-1920x1080.jpg
Dok. Riot (2XKO)

2XKO adalah game dengan potensi besar, tapi saat ini masih terasa seperti produk yang belum menemukan jati dirinya. Hype yang berlebihan membuat ekspektasi terlalu tinggi, sementara realita yang ditampilkan belum sepadan. Identitas samar, mekanik yang tanggung, dan visual yang kurang menggigit jadi catatan utama.

Meski begitu, ini baru awal. Riot punya sejarah panjang mengubah game yang awalnya biasa saja menjadi fenomena global. Bahkan saat close beta pada 9 September 2025, Riot langsung masuk mode R&D untuk mengulik ulang sistem 2XKO.

Jika proses ini berhasil, 2XKO masih punya peluang besar menjadi bintang baru di ranah fighting game. Untuk sekarang? Ia lebih mirip LoL versi adu jotos yang butuh banyak polesan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fahrul Razi Uni Nurullah
EditorFahrul Razi Uni Nurullah
Follow Us

Latest in Game

See More

Panduan Memainkan Miary Zo Tekken 8, Adil dengan Banyak Gimmick

04 Des 2025, 12:00 WIBGame