Review Resident Evil 7 - Survival Horor yang Sadis dan Menegangkan
Masih ragu untuk membeli game horor terbaru Capcom ini? Simak saja review Resident Evil 7 berikut ini untuk mengetahui kelebihan dan kekurangannya!
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Masih ragu untuk membeli game horor terbaru Capcom ini? Simak saja review Resident Evil 7 berikut ini untuk mengetahui kelebihan dan kekurangannya!
Kembali ke Survival Horror
[read_more id="292777"]
Sebelum mengawali review Resident Evil 7 ini, mari kita kenang kembali kondisi seri RE pasca RE 4. Resident Evil 4 memperbarui mekanik pertempuran, hingga kamu bisa menghabisi musuh-musuhmu dengan lebih impresif ketimbang di judul sebelumnya. Konsekuensinya? Kesan survival horror yang tersaji di tiga game pertamanya semakin memudar.
Saat RE 5, unsur survival horror terasa semakin menipis. Terasa kalau itu adalah game aksi menghadapi varian zombi dan monster, bukan lagi horor. Mekanik RE 4 yang sangat bagus itu justru menjauhkan Resident Evil dari akarnya.
Bagaimana dengan Resident Evil 7? Kesan survival horror yang dirindukan sebagian fan benar-benar kembali di sini.
Jangan khawatir, kamu tidak dibuat tak berdaya seperti Amnesia: Dark Descent atau Outlast. Ada banyak senjata yang bisa kamu gunakan untuk membela diri. Tapi itu bukan berarti kamu bisa bernafas lega.
Semua senjata itu memiliki peluru yang terbatas. Bahkan dalam mode normal pun peluru yang tersaji terasa sengaja dibuat pas-pasan, hingga kemungkinan kehabisan peluru di saat genting itu selalu ada.
Demikian pula dengan obat. Setiap game ini berbaik hati memberi kamu obat, hati-hati, itu sering kali berarti kamu akan menghadapi rintangan berat. Tergantung kepada skillmu, obat yang kamu miliki bisa jadi antara pas-pasan untuk melalui rintangan itu atau bahkan kurang.
[duniaku_adsense]
Sudah begitu, musuh-musuh yang harus kamu hadapi pun tidak main-main. Musuh utamanya sangat sulit dibunuh. Demikian pula dengan para monster "standar" yang akan menghantuimu.
Rasa takut untuk menghadapi makhluk-makhluk ini, ditambah kekhawatiran soal terbatasnya perlengkapan bertahan hidup, sukses memberikan ketegangan survival horror yang membuat Resident Evil populer dulu.
Tapi jangan khawatir. Ini bukan berarti kontrol gamenya pun kembali ke era PS1. Pergerakan Ethan, si tokoh utama, mungkin terasa lamban dan kurang lincah. Meski begitu kamu seharusnya masih bisa mengendalikan dia menghadapi ancaman-ancaman di game tanpa dibuat frustrasi.
Tidak Wajib Menggunakan VR untuk Menikmati Visualnya
Kira-kira sama seperti game pertamanya, Resident Evil 7 hanya berlokasi di satu rumah besar milik keluarga Baker. (Membuat judulnya, Resident Evil, kembali relevan dengan gamenya). Tapi area ini digarap dengan penuh detail menarik, dengan visual tajam dan memikat sesuai ekspektasi game AAA era modern.
Haruskah kamu menggunakan kacamata VR untuk menikmati gamenya? Sebenarnya tidak. Bahkan tanpa VR pun kamu bisa merasakan teror dari game yang satu ini. Grafisnya tersaji dengan sangat tajam dan memikat di layar, membuat pemain dapat merasakan nuansa sadis dan menegangkannya dengan maksimum.
Tapi VR akan memberikan kamu nuansa yang benar-benar berbeda. Sama seperti film Gravity di layar IMAX 3D sukses menyajikan tegangnya bertahan hidup di luar angkasa, kacamata VR akan memberikan kamu pengalaman yang benar-benar mendebarkan dan unik.
Saat kamu melihat layar, masih ada sedikit rasa aman. Tidak demikian dengan kalau kamu mengenakan kacamata VR. Saat dipadukan dengan VR, sudut pandang orang pertama gamenya akan membuat pemain berpotensi merasa semakin heboh. Setiap momen eksplorasi terasa menantang. Setiap adegan pertarungan jadi dobel mendebarkannya.
Saat karaktermu mati? Ya... kamu bisa "merasakan" perut digergaji dengan lebih "intim." Menarik, kan?
Masih tertarik untuk membaca kelanjutan review Resident Evil 7 ini? Kamu bisa melanjutkan membaca ke halaman kedua!
Durasinya Singkat
[read_more id="292836"]
Faktor ini rasanya harus dibahas juga dalam review Resident Evil 7. Ini antara bisa membuatmu semakin minat untuk membeli gamenya atau justru ragu.
Menamatkan RE 7 pertama kali tak akan memakan waktu lama. Penulis menghabiskan waktu cukup lama untuk mondar-mandir mencari dan mengumpulkan item sampingan serta memecahkan puzzle, tapi tetap saja bisa menamatkan gamenya dalam delapan setengah jam.
Itu bukan berarti tidak ada hal lain yang bisa dilakukan pemain tentu saja. Yang menyukai tantangan bisa mencoba menyelesaikan deretan achievement game ini, termasuk mencoba menamatkannya di bawah 4 jam. Ada juga tingkat kesulitan baru, Madhouse, yang membuat unsur survival game ini semakin ekstrem. Kamu bahkan harus menemukan kaset untuk save, mengingatkan pada ink ribbon di seri lama.
Cerita Sederhana tapi Efektif
[duniaku_adsense]
Hal terakhir yang akan disorot dalam review Resident Evil 7 ini adalah plotnya. Dibanding RE 4 dan 5, kisah RE 7 sebenarnya kalah epik. Tidak ada ancaman global di sini. Kalau Ethan Winters tidak berurusan dengan keluarga Baker, korban yang jatuh mungkin hanya akan sekitar tiga digit, bukannya sampai seluruh dunia.
Namun konflik yang disajikan sangat personal. Di sini Ethan mempertaruhkan nyawa untuk mencari istrinya yang ia sangka sudah mati. Mirip Silent Hill 2 memang, namun itu sudah cukup untuk menjerat pemain agar simpati kepadanya. Dan pada akhirnya plot yang sederhana dan cenderung ringkas ini seharusnya mampu membawamu dari awal hingga layar credits bergulir.
Kesimpulan
Bagi penulis, Resident Evil 7 adalah upaya sukses Capcom untuk kembali ke akar. Perubahannya memang drastis, hingga bisa terasa seperti game yang benar-benar beda dari seluruh pendahulunya. Namun pengalaman fresh itu justru membuat Resident Evil 7 bisa bereksperimen ke daerah yang benar-benar baru dan keren.
Dengan transisi Resident Evil 4 sampai 6 ke aksi dan macetnya Silent Hill, genre horor sempat hanya dikuasai oleh perusahaan independen. Senang rasanya mendapati ada developer besar yang kembali berhasil menyajikan ketegangan penuh horor di game selevel ini.
[duniaku_baca_juga]