Baca artikel Duniaku lainnya di IDN App
For
You

Review Film City Hunter (1993), Ada Adegan Jackie Chan Jadi Chun-Li??

Jackie Chan City Hunter. (Dok. Golden Harvest/City Hunter (1993)
Jackie Chan City Hunter. (Dok. Golden Harvest/City Hunter (1993)
Intinya sih...
  • Adegan aksi Jackie Chan tak lekang zaman, tetap segar dan menggigit di 2025.
  • Adaptasi City Hunter terlalu bebas, penuh komedi slapstick hingga kehilangan identitas aslinya.
  • Segmen Street Fighter dalam film ini lebih menarik daripada film Street Fighter sendiri, dengan Jackie Chan sebagai Chun-Li yang mendekati kemampuan bertarung versi original.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

City Hunter (1993) masih tersedia di Netflix.

Waktu masih kecil, saya selalu menunggu-nunggu bagian parodi Street Fighter dari film ini karena menurut saya itu salah satu segmen terlucu yang pernah dibuat Jackie Chan. Namun bagaimana rasanya menonton ulang film ini sekarang, dengan perspektif penonton tahun 2025?

Berikut review City Hunter (1993) dari saya!

Sinopsis City Hunter 1993

Jackie Chan berperan sebagai Mèng Bō (Ryo Saeba), detektif playboy yang terkenal setengah jenius, setengah tukang cari masalah. Kali ini ia mendapat tugas sederhana: mencari dan membawa pulang putri seorang magnat dunia penerbitan yang kabur dari rumah.

Namun misi yang kelihatannya mudah itu berubah kacau setelah serangkaian kejadian tak terduga. Ryo, gadis yang ia cari, dan Kaori, partner yang punya hubungan rumit dengannya, justru terjebak di sebuah kapal pesiar mewah yang ternyata sedang menjadi target sekelompok teroris kejam.

1. Adegan aksi Jackie Chan itu benar-benar tak lekang zaman

Jackie Chan City Hunter. (Dok. Golden Harvest/City Hunter (1993)
Jackie Chan City Hunter. (Dok. Golden Harvest/City Hunter (1993)

Di era film ini dibuat Jackie masih mengandalkan aksi yang benar-benar analog dan praktis. Jika adegannya menuntut dia melompat untuk meraih sesuatu, besar kemungkinan dia memang melompat sendiri. Banyak stunt gila yang bahkan bisa kamu lihat prosesnya di bagian bloopers sebelum kredit akhir.

Contohnya, saat Jackie harus menghindari kursi yang didorong ke arahnya, ia memang melompat beneran, berulang kali, sampai mendapatkan hasil yang paling pas untuk film.

Dan efeknya? Meski City Hunter rilis tahun 1993, adegan aksinya masih terasa segar, seru, dan menggigit ketika ditonton di 2025. Dari kejar-kejaran dengan skateboard di awal film, sampai duel Jackie melawan Kim (Gary Daniels) dan Kolonel MacDonald (Richard Norton), semuanya tetap memukau.

Fakta bahwa film Jackie mengandalkan efek praktis ketimbang CGI membuat banyak momen aksinya tetap terlihat solid dan sama sekali tidak kedaluwarsa, bahkan lebih enak ditonton sekarang dibanding beberapa film aksi modern.

2. Namun harus diakui: adaptasi City Hunter ini sangat… bebas

Jackie Chan City Hunter. (Dok. Golden Harvest/City Hunter (1993)
Jackie Chan City Hunter. (Dok. Golden Harvest/City Hunter (1993)

Manga City Hunter memang punya unsur komedi slapstick, tapi ketika digabung dengan gaya khas Jackie Chan yang juga penuh komedi fisik konyol, hasilnya berubah menjadi slapstick kuadrat. Serius, di beberapa adegan saya sampai merasa seperti sedang menonton Looney Tunes versi live-action karena betapa banyaknya gimmick komedik yang ditumpahkan di layar.

Bahkan rangkuman kematian Hideyuki Makimura, partner Ryo yang seharusnya emosional. disajikan dengan begitu banyak elemen slapstick hingga nuansa sedihnya hampir tidak terasa.

Selain itu, Jackie Chan… terlalu Jackie Chan. Wibawa dan karakteristiknya sebagai aktor aksi-komedi begitu kuat sampai-sampai identitas Ryo Saeba hilang tertelan. Kostum dan penampilannya juga berbeda jauh dari versi manga, dan beberapa karakter lain seperti Saeko Nogami terasa kehilangan ciri khas, sampai saya sempat tidak sadar kalau itu memang Saeko karena yang tersisa hanya ketangguhannya saja.

Akhirnya, meskipun lagu tema terus-menerus menyebut “City Hunter,” banyak bagian film ini terasa kurang sebagai adaptasi City Hunter dan lebih seperti film aksi-komedi Jackie Chan yang super ngawur dan komedik, bahkan untuk standar Jackie sendiri.

3. Lucunya, satu segmen di sini malah terasa lebih Street Fighter daripada film Street Fighter itu sendiri

Jackie Chan City Hunter. (Dok. Golden Harvest/City Hunter (1993)
Jackie Chan City Hunter. (Dok. Golden Harvest/City Hunter (1993)

Kalau kamu perhatikan di bagian kredit, ada logo Capcom terpampang jelas. Artinya, Capcom memang memberi izin penuh untuk penggunaan aset Street Fighter II yang saat itu sedang berada di puncak popularitas. Itu sebabnya kita mendapat arcade cabinet asli, dekorasi khas, lagu tema karakter yang autentik, efek suara yang terasa diambil langsung dari game, sampai cosplay kocak yang mengejutkan akurat. Semua ini bukan sekadar parodi, Capcom memang merestuinya.

Yang menarik, Gary Daniels tampil sempurna sebagai Ken Masters. Ia bahkan terasa lebih “Ken” dibanding Damian Chapa, pemeran Ken di Street Fighter: The Movie yang rilis setahun kemudian. Kombinasi wajah bule-blondie, gaya bertarung, dan kemampuan martial arts asli membuat Daniels terlihat seperti Ken yang “keluar dari game.”

Lalu ada Jackie Chan sebagai Honda dan kemudian sebagai Chun-Li. Dan anehnya? Akurasi kostum serta jurusnya benar-benar mengejutkan. Melihat kemampuan bela diri Jackie, bisa dibilang ia masih salah satu pemeran Chun-Li live-action paling mendekati kemampuan bertarung versi original.

Tak heran, adegan “Chun-Li Jackie” vs Ken ala Gary Daniels ini masih sering viral dan dibicarakan di internet hingga hari ini, meskipun banyak orang mungkin sudah lupa alur film City Hunter-nya sendiri. Keotentikan dan kegilaan segmen ini adalah alasan utamanya.

4. Pendekatan plot film ini membuat ini terasa seperti filler City Hunter

Jackie Chan City Hunter. (Dok. Golden Harvest/City Hunter (1993)
Jackie Chan City Hunter. (Dok. Golden Harvest/City Hunter (1993)

Plot City Hunter versi 1993 ini memang… agak ajaib.

Kita tidak memulai dari kisah awal Ryo Saeba sebagai City Hunter, bagian itu hanya disajikan sebagai montage komedik di opening. Tidak ada pendalaman lore tentang masa lalu Ryo, tidak ada eksplorasi serius soal trauma atau motivasinya, dan hubungan Ryo–Kaori sepanjang film lebih banyak ditampilkan sebagai rangkaian komedi salah paham ketimbang dinamika partnership seperti di manga atau anime.

Sebagian besar cerita pun berlangsung di satu lokasi: sebuah kapal pesiar mewah.

Kalau gaya penceritaan ini ditempatkan di versi anime-nya, struktur film ini benar-benar terasa seperti episode filler berdurasi 90 menit, petualangan sampingan yang seru dan konyol, tapi tidak menambah kedalaman apa pun pada karakter atau dunia City Hunter.

Pendekatan komedi yang super-chaotic juga membuat film ini tidak punya momen emosional yang benar-benar membekas. Kita jarang diajak memikirkan makna atau konflik karakternya; yang tersisa lebih ke hiburan slapstick yang seru, tapi ringan.

5. Kesimpulan

Jackie Chan City Hunter. (Dok. Golden Harvest/City Hunter (1993)
Jackie Chan City Hunter. (Dok. Golden Harvest/City Hunter (1993)

Sebagai adaptasi City Hunter, film ini bagi saya kurang memuaskan.

Serius, bayangkan jika ada adaptasi anime yang rilis di tahun 2025 dengan komedi yang dinaikkan 110% dari materi aslinya, karakter-karakternya kehilangan ciri khas, plotnya terasa seperti episode filler panjang, dan pemeran utamanya bukan Jackie Chan dengan karisma internasionalnya. Adaptasi seperti itu nyaris pasti akan dihujat habis-habisan.

Namun sebagai film Jackie Chan yang ringan, penuh aksi praktikal yang tak lekang zaman, dan dibalut komedi absurd? City Hunter masih punya daya tarik unik yang sulit ditemukan di film aksi-komedi modern.

Jika kamu ingin adaptasi City Hunter yang lebih setia, pilihannya banyak: mulai dari versi terbaru yang rilis di Netflix tahun 2024, sampai film Prancis Nicky Larson et le Parfum de Cupidon yang secara karakter jauh lebih akurat dan penuh spirit asli manga.

Tetapi City Hunter (1993) tetap menawarkan satu hal yang susah ditandingi: aksi Jackie Chan yang khas, kreatif, dan benar-benar hidup, plus… ehm… adaptasi adegan Street Fighter II live-action terbaik hingga saat ini. Ajaib, tapi faktanya begitu.

Skor saya: 3 dari 5 bintang.

Bagaimana menurutmu?

Tinggalkan pendapatmu di kolom komentar!

City Hunter
1993
3/5
Directed by Wong Jing
Producer

Chua Lam

Writer

Wong Jing

Age Rating

D 17+

Genre

Action, Komedi

Duration

99 Minutes

Release Date

14-1-1993

Theme

Slapstick, Komedi

Production House

Golden Harvest

Where to Watch

Netflix

Cast

Jackie Chan, Joey Wong, Kumiko Goto

Trailer City Hunter 1993

City Hunter 1993

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fahrul Razi Uni Nurullah
EditorFahrul Razi Uni Nurullah
Follow Us

Latest in Film

See More

Mortal Kombat II atau Street Fighter, Mana yang Akan Unggul di 2026?

15 Des 2025, 10:00 WIBFilm