GENRE: Action
ACTORS: Samuel L. Jackson, Dave Bautista, Olga Kurylenko
DIRECTOR: J.J. Perry
RELEASE DATE: 16 September 2025
RATING: 3/5
Penilaian Film Afterburn: Dave Bautista Jadi Pemburu Harta Apokaliptik

- Dunia yang Terbakar
- Sang Pemburu Harta karun
- Hiburan Ringan dengan Rasa Komik
Disutradarai oleh J.J. Perry, Afterburn hadir sebagai adaptasi dari komik indie terbitan Red 5 Comics. Film ini sudah lama berada di tahap pengembangan sebelum akhirnya terealisasi di tahun 2025. Menghadirkan Dave Bautista sebagai pemeran utama bersama Samuel L. Jackson dan Olga Kurylenko, film ini menawarkan perpaduan genre action, sci-fi, dan komedi.
Premisnya sederhana tapi segar: setelah badai matahari besar meluluhlantakkan belahan timur bumi, seorang pemburu harta bayaran ditugaskan menemukan artefak berharga seperti lukisan Mona Lisa. Namun dalam perjalanan, ia harus menyadari bahwa menjadi pahlawan dunia lebih penting daripada sekadar mencari harta karun. Review selengkapnya bisa kamu simak di bawah ini.
1. Dunia yang Terbakar

Sejak awal, Afterburn menampilkan visual dunia pasca-bencana dengan cukup meyakinkan meskipun bukan dalam skala fantastis. Ada kota-kota hancur, reruntuhan budaya lama, hingga kehadiran kelompok-kelompok radikal yang berusaha berjuang dan bertahan hidup.
Namun selebihnya film ini tidak tenggelam dalam kegelapan. Perry sengaja memasukkan humor khas Bautista serta interaksi ringan antar karakter, sehingga atmosfernya lebih mirip petualangan seru ketimbang drama kelam. Aksi laga pun dikemas dengan gaya modern, penuh ledakan, perkelahian intens, dan sedikit bumbu komedi yang membuat adegan-adegan menegangkan terasa lebih ringan untuk dinikmati.
2. Sang Pemburu Harta karun

Dave Bautista jelas menjadi pusat perhatian, menggabungkan karisma khasnya dengan kejenakaan yang sudah terbukti sejak perannya di Guardians of the Galaxy. Samuel L. Jackson menghadirkan sosok mentor sekaligus penyegar suasana dengan dialog-dialog sarkastis, sementara Olga Kurylenko memberikan energi tambahan melalui perannya yang gesit dan misterius.
Chemistry antar pemain terasa cukup solid, meski beberapa karakter pendukung cenderung klise dan tidak berkembang maksimal. Inilah salah satu titik lemah film: antagonis dan lawan yang dihadirkan kurang memberi dampak emosional, sehingga cerita terasa lebih seperti “misi petualangan” yang berjalan "biasa saja" ketimbang pertarungan hidup-mati. Padahal yang diperebutkan adalah sebuah sebuah artifak penting benama "Mona Lisa".
3. Hiburan Ringan dengan Rasa Komik

Sebagai tontonan, Afterburn lebih dekat ke film petualangan ala komik dibanding drama apokaliptik serius. Visualnya penuh warna, aksinya seru, dan humornya cukup renyah untuk membuat penonton betah. Tetapi, bagi yang mencari kedalaman narasi atau konflik berat, film ini mungkin terasa dangkal. Plotnya relatif mudah ditebak, dan pesan moral tentang “lebih penting menyelamatkan dunia daripada sekadar harta” disampaikan tanpa banyak lapisan. Untungnya, tempo cerita yang cepat dan gaya ringan membuat film ini tetap enak diikuti hingga akhir.
4. Kesimpulan Akhir?

Afterburn bukanlah film apokaliptik yang mencekam, melainkan hiburan pop-corn penuh aksi dan tawa. Adaptasi komiknya berhasil menghadirkan dunia penuh bahaya dengan sentuhan humor yang segar. Secara keseluruhan, Afterburn cocok ditonton sebagai hiburan akhir pekan: film aksi-komedi yang tidak rumit, dengan daya tarik visual dan bintang besar yang cukup untuk membuat penonton bertahan hingga akhir.
Ia mungkin bukan karya yang akan dikenang lama, tetapi sebagai adaptasi komik yang mengutamakan fun factor, film ini berhasil menyalakan api hiburan, sekalipun hanya sebatas percikan, bukan ledakan besar.



















