Baca artikel Duniaku lainnya di IDN App
For
You

8 Story Arc Terbaik di Anime! Alur Pengejaran Sasuke?

naruto uzumaki saruto retrieval team.jpg
(Dok. Shueisha, Pierrot, Masashi Kishimoto/Naruto)
Intinya sih...
  • Sasuke Recovery Mission - Naruto
  • Enies Lobby arc - One Piece
  • Cell Saga - Dragon Ball

    <

Dalam dunia anime, cerita sering kali disusun dalam bentuk story arc, yaitu rangkaian episode yang membentuk satu babak penting dalam perjalanan karakter maupun perkembangan konflik utama.

Beberapa anime memiliki story arc yang begitu kuat, penuh emosi, dan dieksekusi dengan sempurna hingga meninggalkan kesan mendalam bagi penontonnya. Arc-arc ini bukan hanya sekadar penghubung cerita, tapi menjadi penanda momen-momen emas yang layak dikenang.

Lantas, apa saja story arc terbaik yang pernah muncul di dunia anime? Arc mana yang berhasil memadukan aksi, drama, dan payoff karakter dengan sempurna?

Berikut ini adalah deretan story arc terbaik di anime yang tak hanya mencuri perhatian, tapi juga pantas disandingkan dengan mahakarya lainnya. Simak daftarnya di bawah ini!

1. Sasuke Recovery Mission - Naruto

naruto uzumaki saruto retrieval team.jpg
(Dok. Shueisha, Pierrot, Masashi Kishimoto/Naruto)

"Misi di mana sekumpulan bocah menjadi laki-laki."

Itu adalah salah satu komentar paling tepat yang pernah saya baca tentang arc ini—dan saya sepenuhnya setuju.

Sasuke Recovery Mission menjadi tonggak penting dalam seri Naruto original, bukan hanya karena konfliknya yang emosional, tapi juga karena arc ini menjadi ajang pembuktian bagi karakter-karakter pendukung yang selama ini belum mendapat banyak sorotan.

Sementara di saat Shippuden kadang terasa ada ketimpangan membagi sorotan antara karakter yang semakin banyak, di arc ini setiap tokoh yang terlibat terasa berarti. Dari Neji, Kiba, hingga Choji, yang biasanya hanya tampil sebagai karakter pendukung... mereka semua mendapatkan momen bersinar, penuh emosi, dan punya bobot tersendiri dalam cerita.

Pertarungan demi pertarungan dirancang dengan sangat intens dan personal, masing-masing memperlihatkan gaya bertarung unik dan pertumbuhan emosional karakter. Bahkan pertarungan Choji yang dulu mungkin dianggap “filler” oleh sebagian penonton, justru kini dikenang sebagai salah satu momen yang paling menyentuh.

Puncaknya tentu ada pada duel Naruto vs Sasuke di Lembah Akhir, pertarungan yang bukan hanya spektakuler secara visual, tapi juga sarat emosi. Ini bukan sekadar dua remaja bertarung, tapi benturan dua pandangan hidup, dua luka batin yang belum sembuh, dan dua jalan yang mulai berpisah.

Ditambah kejutan-kejutan seperti kemunculan Gaara dan tim dari Sunagakure, arc ini terasa sangat padat, emosional, dan memuaskan.

2. Enies Lobby arc - One Piece

Enies Lobby di One Piece. (Dok. Toei Animation, Eiichiro Oda/One Piece)

Saat memilih arc terbaik dari One Piece, dua nama langsung terlintas di benak: Enies Lobby dan Marineford. Keduanya memiliki skala epik, emosi yang tinggi, dan momen-momen tak terlupakan. Namun, jika harus memilih satu, saya menjatuhkan pilihan pada Enies Lobby.

Jangan salah: Marineford adalah salah satu puncak drama di One Piece, namun keterlibatan kru Topi Jerami yang nyaris nihil (karena yang ada di sana hanya Luffy) membuat emotional engagement terhadap arc itu terasa sedikit berbeda. Di sisi lain, intensitas Marineford yang luar biasa juga membuat beberapa karakter tenggelam di tengah keramaian, dan fokus ceritanya tersebar ke terlalu banyak tokoh besar.

Sebaliknya, Enies Lobby adalah One Piece dalam bentuk terbaiknya: semua anggota kru (kecuali Robin yang sedang terborgol), mendapat panggung yang layak. Bahkan Franky, yang saat itu belum resmi bergabung, tampil mencolok dan karismatik. Usopp yang saat itu sedang keluar dari kru Topi Jerami, tetap tampil mengesankan sebagai “Sogeking.” Tiap pertarungan tidak hanya seru secara aksi, tetapi juga menunjukkan perkembangan karakter dan kemampuan yang lebih matang dari arc sebelumnya.

CP9 sebagai antagonis utama juga dieksekusi dengan solid. Mereka kuat, unik, dan masing-masing memberikan tantangan tersendiri bagi kru Topi Jerami. Mereka cukup tangguh untuk memberikan kesan bahaya nyata, tapi tidak sampai overpowered seperti Admiral semacam Aokiji yang bahkan belum bisa disentuh oleh Luffy kala itu.

Dan tentu, siapa bisa melupakan momen-momen emosional yang melengkapi arc ini, dari kilas balik kelam tentang Ohara, hingga Robin yang akhirnya berteriak dengan penuh air mata:

“I want to live!”

Itulah momen yang mengikat emosi penonton dengan kru Topi Jerami secara mendalam. Dibungkus dengan adegan ikonik seperti pernyataan perang kepada Pemerintah Dunia, dan upaya epik meloloskan diri dari Buster Call, hingga upaya terakhir Going Merry menolong krunya, Enies Lobby menjadi contoh sempurna bagaimana One Piece mampu menyeimbangkan emosi, aksi, dan pertumbuhan karakter dalam satu rangkaian cerita yang sangat solid.

Dibanding arc modern seperti Onigashima, yang meskipun megah namun terasa terlalu padat hingga beberapa karakter seperti Brook dan Usopp kehilangan sorotan, Enies Lobby tetap berdiri sebagai salah satu puncak storytelling dalam One Piece.

3. Cell Saga - Dragon Ball

Perfect Cell di gim Dragon Ball Z: Kakarot. (twitter.com/BandaiNamcoUK)

Dragon Ball Z memiliki banyak arc ikonik, mulai dari Saiyan Saga, Namek Saga, hingga Majin Buu Saga, masing-masing dengan kekuatannya sendiri. Namun di antara semuanya, Cell Saga menawarkan salah satu kombinasi paling seimbang antara karakter baru yang menarik, ketegangan cerita, dan momen emosional yang kuat.

Arc ini memperkenalkan sejumlah karakter baru yang langsung meninggalkan kesan mendalam, dari Future Trunks yang datang dari masa depan dengan aura misterius dan pedang ikoniknya, hingga para Android seperti 16, 17, dan 18 yang tampil beda dari musuh-musuh sebelumnya. Dan tentu saja, kemunculan Cell sebagai villain utama yang berevolusi dari sosok mengerikan menjadi entitas sempurna adalah salah satu build-up villain terbaik dalam seri ini.

Namun kekuatan utama Cell Saga ada pada pengembangan karakter Son Gohan. Sejak Saiyan Saga, potensi Gohan sudah beberapa kali disiratkan, tapi baru di sini ia benar-benar mengambil posisi utama. Transformasinya menjadi Super Saiyan 2 bukan hanya peningkatan kekuatan semata, tapi juga puncak emosional dari seluruh tekanan yang ia hadapi, rasa takut, kemarahan, dan kehilangan selama Cell Games. Di momen itu, Gohan benar-benar menjadi petarung terkuat di Bumi.

Pengorbanan Goku, yang dengan tenang membawa Cell menjauh untuk menyelamatkan Bumi, adalah salah satu momen heroik paling menyentuh dalam franchise ini. Tapi yang membuatnya tak terlupakan adalah saat roh Goku hadir membantu Gohan menuntaskan pertarungan menghadapi Cell yang masih hidup, dalam adegan legendaris Kamehameha Bapak-Anak.

Bahkan akhir dari Cell Saga terasa seperti konklusi alami untuk seri Dragon Ball Z, dengan Goku memutuskan untuk tidak kembali, dan Gohan yang kini menjadi pelindung Bumi. Ada rasa finalitas dan penutupan yang kuat di sana, sebelum akhirnya cerita dilanjutkan kembali ke arc Majin Buu.

4. Shogun Assassination Arc - Gintama

Shige Shige gintaman.jpg
(Dok. Shueisha, Sunrise, Hideaki Sorachi/Gintama)

Sebagian besar orang mengenal Gintama sebagai serial komedi absurd penuh parodi, lelucon meta, dan tingkah laku konyol para karakter yang tak ada habisnya. Tapi Gintama selalu punya satu senjata rahasia: ketika serial ini memutuskan untuk serius, hasilnya bisa sangat luar biasa. Biasanya penonton akan dikejutkan dengan betapa emosional, penuh aksi, dan meninggalkan bekas yang dalam momen-momen serius tersebut.

Shogun Assassination Arc adalah salah satu bukti paling kuat dari hal itu.

Arc ini menjadi titik balik besar dalam cerita. Gintoki dan kawan-kawan mendapat tugas penting: melindungi Shogun Tokugawa Shige Shige, yang menjadi target kudeta oleh pihak oposisi yang dipimpin oleh Tokugawa Nobu Nobu. Misi pengawalan ini bukan sekadar formalitas, melainkan pertaruhan nyawa di tengah konspirasi politik tingkat tinggi dan konflik berdarah antar faksi samurai.

Pertarungan demi pertarungan terjadi secara intens, dan setiap karakter utama diberi ruang untuk bersinar. Namun yang paling mengejutkan dan menyentuh adalah transformasi Shogun Shige Shige. Sosok yang selama ini dikenal sebagai korban candaan, raja yang sering dibuat bahan olokan dalam skenario komedi, kini muncul sebagai pemimpin sejati. Ia menunjukkan keberanian, ketenangan, dan pengorbanan luar biasa hingga akhir hayatnya, mengubah persepsi para tokoh dan juga penonton.

Arc ini juga memperdalam dunia Gintama, memperkenalkan dinamika antar klan, loyalitas samurai, dan konflik internal pemerintahan Edo yang selama ini hanya tersirat. Di sinilah Gintama membuktikan bahwa serial ini bukan hanya tentang tawa, tapi juga tentang rasa hormat, kehormatan, dan kehilangan.

Shogun Assassination Arc adalah titik di mana Gintama menunjukkan tajinya sebagai shounen kelas atas, dengan koreografi aksi yang memukau, drama politik yang kompleks, dan karakterisasi yang menyentuh.

5. Shibuya Incident Arc - Jujutsu Kaisen

Gojo dan Kenjaku selama di Shibuya ( Dok. Mappa / Jujutsu Kaisen 2 )

Meski Jujutsu Kaisen telah mencapai akhir ceritanya, tak sedikit penggemar yang masih menganggap Shibuya Incident Arc sebagai puncak storytelling dalam seri ini Sebuah klimaks panjang yang brutal, mengejutkan, dan nyaris tak memberi ruang bagi pembaca untuk bernapas.

Arc ini adalah titik balik besar. Para antagonis utama seperti Mahito dan Jogo akhirnya memperlihatkan potensi penuh mereka, menebar kehancuran dan teror yang terasa sangat nyata. Dan saat akhirnya mereka tumbang, kematian mereka tidak terjadi begitu saja, masing-masing diakhiri dengan cara yang berkesan, baik secara emosional maupun simbolis.

Tokoh-tokoh protagonis pun tak kalah menonjol. Megumi Fushiguro akhirnya mengeluarkan Mahoraga, entitas shikigami paling berbahaya dalam gudangnya, dan memperlihatkan skala ancaman baru dalam dunia jujutsu. Toji Fushiguro, salah satu karakter paling populer di fandom, kembali lewat cara yang tak terduga, dan akhirnya bertemu anaknya. Bahkan karakter-karakter pendukung diberi momen krusial yang menambah kedalaman cerita.

Namun kekuatan terbesar arc ini terletak pada ketidakpastiannya. Sejak Gojo Satoru, penyihir terkuat dari sisi protagonis dalam seri ini, disegel di awal arc, tensi cerita melonjak drastis. Tanpa figur pelindung utama, dunia Jujutsu Kaisen terasa benar-benar rapuh. Pembaca tak bisa lagi mengandalkan “plot armor” untuk karakter favorit mereka. Siapa pun bisa mati. Apa pun bisa terjadi. Dan kenyataannya, banyak hal benar-benar berubah secara permanen di sini.

Ada juga pengungkapan bahwa tubuh Geto Suguru telah dibajak oleh sosok misterius bernama Kenjaku, sebuah twist yang mengguncang fondasi cerita. Kenjaku tidak hanya mengacaukan alur kekuatan, tapi juga memperluas konflik.

Arc ini juga secara tegas memutus ilusi bahwa Sukuna bisa menjadi sosok seperti Kuramanya Naruto untuk Yuji. Tidak seperti rubah berekor sembilan di tubuh Naruto, Sukuna adalah villain sejati, predator oportunis yang tidak peduli dengan tubuh inangnya. Ketika Sukuna akhirnya lepas kendali, kehancuran yang ia sebabkan menjungkirbalikkan ekspektasi dan membawa tragedi besar yang mengguncang pembaca.

Dengan pacing yang cepat, atmosfer mencekam, dan intensitas tinggi dari awal hingga akhir, Shibuya Incident Arc adalah contoh bagaimana manga shounen bernuansa dark bisa mencapai klimaks yang tidak hanya spektakuler secara visual, tapi juga emosional dan tematik.

6. Chimera Ant Arc - Hunter X Hunter

Meruem (dok. Madhouse/ Hunter x Hunter)

Sebagai protagonis dalam anime shounen, Gon Freecss menonjol bukan karena kekuatan luar biasa sejak awal, tapi karena pertumbuhannya yang terasa realistis. Dalam Ujian Hunter, Gon bertumpu pada insting, kecerdikan, dan ketekunan, dan itu pun tetap belum cukup untuk menyaingi tokoh seperti Hisoka atau Hanzo.

Seiring waktu, Gon berkembang. Di Greed Island, ia mulai mempelajari Jajanken, teknik Nen khasnya yang ikonik. Namun puncak ujiannya sebagai karakter bukan terjadi di sana, melainkan dalam Chimera Ant Arc, sebuah bagian cerita yang bisa dibilang sebagai kulminasi naratif dan tematik dari seluruh seri.

Arc ini menyetir tone Hunter x Hunter ke arah yang jauh lebih gelap dan dewasa. Kita melihat Gon, Killua, dan Kite berhadapan dengan ancaman yang begitu ekstrem, hingga terasa mustahil bagi anak-anak seusia mereka untuk bisa menghadapinya. Tak seperti petualangan seru sebelumnya, Chimera Ant Arc mengupas brutalnya moralitas, eksistensi, dan apa artinya menjadi “manusia”.

Salah satu momen paling mengejutkan adalah ketika Gon, yang selama ini dikenal sebagai tokoh penuh empati, berubah menjadi sosok penuh amarah kelam karena kematian Kite. Amarahnya cukup besar untuk membuat Neferpitou salah satu villain paling ditakuti, yang sebelumnya mampu memenggal Kite tanpa masalah, mengalami ketakutan sejati. Gon kehilangan sisi kepolosannya dan berubah menjadi manifestasi kemarahan dan balas dendam, mengorbankan segalanya demi kekuatan sesaat. Transformasi ini bukan hanya emosional, tapi juga tragis.

Tapi Chimera Ant bukan hanya tentang Gon. Arc ini kaya akan pertarungan yang menegangkan dan penuh aksi: dari pertempuran penuh strategi antara Youpi dan para Hunter, hingga duel epik Netero vs Meruem yang dipenuhi aksi seru dan dialog menarik. Namun, di balik semua aksi tersebut, justru karakterisasi Meruem, sang Raja Semut, yang menjadi sorotan paling tajam.

Diperkenalkan sebagai makhluk buas yang dingin dan superior, Meruem perlahan mengalami perubahan drastis setelah bertemu Komugi, seorang gadis buta dan lemah secara fisik, namun dengan kejeniusan luar biasa dalam permainan Gungi. Dari hubungan sederhana ini tumbuh empati, keingintahuan, dan pada akhirnya… kemanusiaan. Evolusi Meruem dari predator ke individu yang mampu mencintai adalah salah satu narasi redemption terbaik dalam anime.

Dan ironinya, Meruem yang tampak tak terkalahkan bukan dikalahkan melalui kekuatan melainkan oleh radiasi nuklir. Ia tidak kalah dalam duel, tapi justru dihadapkan pada sisi kelam manusia: senjata pemusnah massal. Sebuah pesan tajam dari Togashi, bahwa kegelapan manusia bukan terletak pada kekuatan fisik, tapi pada kapasitas untuk menghancurkan. Bahkan Chimera Ant pun tidak siap dengan potensi kehancuran manusia yang dibawa Netero lewat Miniature Rose di dalam dirinya.

Akhir Meruem dan Komugi yang tenang dan mengharukan menjadi penutup sedih dari kekacauan yang mereka lewati, sebuah titik damai dalam dunia yang brutal. Chimera Ant Arc bukan hanya salah satu arc terbaik dalam Hunter x Hunter, tapi juga salah satu yang paling kompleks, emosional, dan filosofis dalam sejarah anime.

7. Soul Society Arc - Bleach

bleach - kurosaki ichigo.jpg
(Dok. Shueisha, Pierrot, Tite Kubo/Bleach)

Dua puluh episode awal Bleach memang menyajikan suasana yang relatif ringan: keseharian Ichigo sebagai pelajar yang mendadak terlibat dalam perburuan Hollow terasa seperti gabungan antara slice of life dan supernatural action. Seru, tapi belum terasa sebagai sesuatu yang akan meledak besar.

Namun semuanya berubah saat Soul Society Arc dimulai.

Alur ini benar-benar menjadi titik balik besar dalam seri. Saat Rukia ditangkap dan dibawa kembali ke Soul Society untuk dieksekusi, taruhannya meningkat drastis. Ichigo dan kawan-kawan pun memulai misi penyelamatan yang memperkenalkan kita pada dunia baru: Soul Society, dunia afterlife dengan sistem, kasta, dan pasukan militernya sendiri.

Di sinilah potensi sejati Bleach mulai terlihat. Kita dikenalkan dengan para Kapten Gotei 13, masing-masing dengan desain, kekuatan, dan kepribadian yang unik. Dari sosok dingin seperti Byakuya, sosok garang seperti Renji, hingga monster brutal seperti Zaraki Kenpachi, dari manipulatif seperti Aizen hingga misterius seperti Ukitake dan Kyoraku, keberagaman karakter ini membuat dunia Bleach terasa luas dan hidup.

Pertarungan demi pertarungan di Soul Society bukan hanya menyajikan visual keren, tapi juga penuh emosi dan perkembangan karakter. Kita melihat pertumbuhan Ichigo yang luar biasa, mulai dari kekalahan mutlak hingga mampu menantang Kapten. Bahkan karakter pendukung seperti Renji dan Hitsugaya pun mencuri perhatian.

Dan tentu saja, twist besar di arc ini menjadi salah satu plot twist paling memorable di anime shonen.

Tak heran jika ketika orang menyebut Bleach, yang langsung terlintas di benak mereka biasanya adalah Soul Society Arc. Alur ini bukan hanya fondasi dari kesuksesan Bleach, tapi juga sebuah sebuah standar untuk arc penyelamatan dalam genre shonen.

8. The Promised Day - Fullmetal Alchemist: Brotherhood

Edward Elric dan Father.jpg
(Dok. Square Enix, Bones, Hiromu Arakawa/Fullmetal Alchemist: Brotherhood)

Kalau kamu perhatikan, tujuh arc sebelumnya bukanlah penutup dari manga masing-masing.

Beberapa karena memang serinya masih belum tamat, seperti One Piece dan Hunter x Hunter. Sementara judul seperti Jujutsu Kaisen memiliki arc terakhir yang terasa punya persoalan yang mengurangi impact-nya.

Menciptakan arc penutup yang benar-benar memuaskan memang bukan perkara mudah. Tekanan dari editor, keterbatasan waktu, ekspektasi fanbase, hingga perubahan arah cerita di tengah jalan sering kali membuat ending terasa tergesa atau menyisakan banyak pertanyaan yang tak terjawab.

Namun Fullmetal Alchemist: Brotherhood adalah pengecualian langka, sebuah contoh bagaimana arc terakhir bisa menjadi klimaks yang luar biasa sekaligus penutup yang memuaskan.

The Promised Day Arc, arc terakhir dari FMA:B, adalah puncak dari semua konflik, pertanyaan, dan pertumbuhan karakter yang telah dibangun selama bertahun-tahun. Setiap benih plot yang ditanam sejak awal mekar sempurna di sini, dari konspirasi Homunculus, perjalanan Elric bersaudara, hingga latar sejarah kelam negara Amestris.

Setiap karakter mendapat sorotan berarti. Bahkan tokoh seperti Scar, yang awalnya hanya tampak sebagai antagonis pembunuh berantai, mendapat momen duel klimaks melawan King Bradley. Di sisi lain, soal Bradley, ia mencuri perhatian dengan adegan-adegan aksi luar biasa, termasuk ketika menghadapi tank dengan pedang... dan menang!

Pertarungan akhir melawan Father juga tidak hanya spektakuler secara visual, tapi kuat secara emosional dan tematis. Father akhirnya dikalahkan bukan hanya oleh kekuatan, tapi oleh tekad dan pelajaran hidup yang didapat para karakter utama.

Dan tentu saja, penutup kisah ini pun terasa manis namun berani. Edward Elric memilih untuk melepas kekuatan alkemisnya, sebuah keputusan yang menggambarkan pertumbuhan sejatinya sebagai manusia, bukan sekadar alkemis. Ending-nya bahagia, tapi tidak generik, memberikan harapan, penyelesaian, dan kepuasan emosional.

Hingga kini, tidak banyak manga atau anime yang berhasil menutup cerita dengan sekuat dan setegas Fullmetal Alchemist: Brotherhood.

Itulah delapan story arc terbaik dalam anime versi kami, dari berbagai era dan genre, tapi semuanya meninggalkan kesan mendalam.

Menurutmu, arc mana lagi yang layak masuk daftar ini? Atau adakah yang kamu rasa kurang pantas berada di sini?

Yuk, sampaikan pendapatmu di kolom komentar!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fahrul Razi
EditorFahrul Razi
Follow Us