Baca artikel Duniaku lainnya di IDN App
For
You

Perbedaan Anime dan Kartun Beserta Penjelasannya! Apa Ada Bedanya?

Potret perbedaan anime dan kartun (youtube.com/AMV&GAMER)

Seiring dengan perkembangan zaman, semakin banyak kemunculan film atau serial animasi di berbagai negara. Salah satunya ada anime yang datang dari Jepang. 

Sekarang sih biasanya istilah anime disebut untuk menggambarkan animasi dari Jepang, sementara kartun untuk menggambarkan animasi bergaya barat. Kadang, kartun juga spesifik digunakan fans untuk menyebut animasi bergaya barat yang untuk anak-anak, sementara animasi gaya barat yang nuansanya dark dan dewasa disebutnya ya western animation.

Apakah ada perbedaan anime dan kartun? 

1. Apa itu Anime?

Toei Animation

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), anime diartikan sebagai: animasi atau kartun khas Jepang. Namun, untuk memahami makna kata ini secara lebih dalam, kita perlu menilik sejarah dan perbedaan perspektif budaya.

Kata anime sendiri merupakan serapan dari bahasa Inggris animation, yang berarti gambar bergerak atau film animasi. Dalam konteks Jepang, anime (アニメ) tidak hanya merujuk pada produksi dalam negeri saja. Di sana, semua bentuk animasi, baik buatan Jepang, Amerika, Korea, atau negara lain, digolongkan sebagai anime. Jadi, animasi seperti Family Guy, Frozen, SpongeBob SquarePants, hingga The Lion King pun akan disebut sebagai anime di Jepang.

Sebaliknya, di luar Jepang, istilah anime mengalami penyempitan makna. Penonton internasional, termasuk di Indonesia, biasanya menggunakan kata anime khusus untuk menyebut animasi yang berasal dari Jepang, sementara animasi dari negara lain disebut sebagai kartun. Perbedaan inilah yang kerap menjadi bahan diskusi dan bahkan perdebatan di kalangan penggemar animasi lintas negara.

2. Apa itu Kartun?

Gambaran Spongebob tentang imajinasi (Dok. Nickelodeon /SpongeBob SquarePants )

Kartun juga merupakan bagian dari animasi yang pengertian awalnya hanya gambar sketsa atau karikatur. Kata kartun dikabarkan berasal dari bahasa Italia yaitu cartone yang berarti kertas besar. Kartun pertama kali digunakan pada abad keenam belas setelah kemunculan lukisan fresco. Pada awal perkembangannya, kartun memakai teknik stop motion untuk menggerakan gambar. 

Lalu setelah teknologi semakin maju, kartun pun mulai banyak diproduksi dengan menggunakan teknologi computer-generated imagery (CGI). Adalah Toy Story, kartun pertama yang menggunakan CGI dalam proses pembuatannya. Kini, banyak kartun yang juga sangat populer di dunia, seperti Spongebob Squarepants, Tom and Jerry, Mickey Mouse dan masih banyak lagi. 

Saat ini, istilah kartun di banyak negara merujuk pada animasi bergaya barat, terutama yang ditujukan untuk anak-anak atau keluarga. Contoh kartun yang sangat populer secara global antara lain SpongeBob SquarePants, Tom and Jerry, Looney Tunes, dan Mickey Mouse. Banyak dari karakter ini bahkan telah menjadi ikon budaya pop lintas generasi.

Untuk kepentingan artikel ini, kita bisa menyederhanakan pemahaman dengan menyebut kartun sebagai animasi internasional non-Jepang, yang mencakup berbagai gaya dan teknik dari seluruh dunia termasuk produksi animasi dari Amerika, Eropa, hingga negara-negara lain di luar Jepang.

3. Perbedaan Anime dan Kartun

Potret perbedaan anime dan kartun (dok. Otaku No Club/ Perbedaan anime dan kartun)

Untuk bisa membahas topik ini, ada yang harus kita perhatikan.

Seperti sudah saya sebutkan di poin pertama, di Jepang sebenarnya anime mengacu kepada segala jenis animasi. 

Tapi untuk pembahasan ini, kita anggap anime murni mengacu pada animasi Jepang, sementara kartun adalah animasi internasional. 

Setelah mengetahui pengertian anime dan kartun, selanjutnya mari simak beberapa perbedaan anime dan kartun yang cukup mencolok. 

1. Pendekatan Visual yang Khas dari Anime

Salah satu ciri utama anime terletak pada desain visualnya. Mata besar yang ekspresif, bentuk wajah yang lebih ramping, serta tata warna yang berani menjadi elemen yang sering terlihat. Bahkan di era ketika animasi barat mulai lebih "berani" secara visual, gaya anime tetap mempertahankan estetika tertentu yang khas, seperti yang kita lihat pada serial seperti Demon Slayer atau Jujutsu Kaisen.

Latar belakang dalam anime pun sering kali sangat detail, hampir menyerupai lukisan digital. Ini memberikan suasana yang sinematik, berbeda dari banyak animasi barat yang lebih minimalis untuk efisiensi produksi.

2. Emosi yang Dieksplorasi Mendalam dalam Anime

Anime dikenal dengan caranya menggambarkan emosi, sering kali melalui adegan sunyi, monolog batin, atau ekspresi wajah yang intens.

Ekspresi hiperbola dalam anime juga digunakan bukan hanya untuk komedi, tetapi untuk menegaskan momen-momen emosional, seperti rasa malu, marah, atau kehilangan.

Bukan berarti animasi barat tidak bisa emosional. BoJack Horseman dan Steven Universe adalah contoh kuat, terutama BoJack Horseman yang benar-benar bisa bikin penonton merenung. Tapi anime cenderung menyelami perasaan karakter hingga ke akar psikologisnya, bahkan dalam genre aksi atau fantasi sekalipun.

3. Lagu Pembuka dan Penutup yang Ikonik dan Variatif dari Anime

Anime dikenal memiliki lagu pembuka (opening) dan penutup (ending) yang bukan hanya pengantar, tapi juga bagian tak terpisahkan dari identitas serial. Lagu-lagu ini sering kali berganti di setiap musim atau arc cerita, dan liriknya biasanya mencerminkan tema atau emosi karakter. Tak jarang, lagu pembuka menjadi begitu populer hingga dikenang lebih lama dari serialnya sendiri, contohnya seperti “Guren no Yumiya” dari Attack on Titan atau “Unravel” dari Tokyo Ghoul.

Animasi barat juga memiliki opening yang ikonik, seperti The Simpsons, Avatar: The Last Airbender, atau Teen Titans. Namun, perbedaannya terletak pada format dan intensitas penyegaran. Animasi barat cenderung menggunakan lagu tema instrumental (BGM) atau jingle pendek yang konsisten dan jarang berubah sepanjang musim. Ini memberikan rasa akrab, tapi tidak terlalu fleksibel dalam mengikuti perkembangan cerita atau perubahan nada emosional seperti pada anime.

Dengan kata lain, jika animasi barat mengandalkan kekuatan nostalgia dari satu lagu tema yang terus digunakan, anime memanfaatkan keragaman musikal sebagai bagian dari ekspresi cerita.

4. Struktur Cerita Anime yang Lebih Panjang dan Tersegmentasi

Anime sering dirancang dengan cerita panjang, dibagi menjadi arc atau musim. Cerita bisa berkembang selama puluhan bahkan ratusan episode, memungkinkan pengembangan karakter dan dunia yang mendalam.

Selain itu, anime memiliki segmentasi demografi seperti shounen (remaja laki-laki), shoujo (remaja perempuan), seinen (dewasa pria), hingga josei (dewasa wanita). Setiap kategori punya gaya bercerita dan tema yang berbeda.

4. Namun sekarang batas ini sebenarnya sudah memudar

dok. Netflix/ Castlevania

Menariknya, batas antara anime dan kartun yang dulu terasa begitu jelas kini justru mulai memudar.

Kalau artikel ini saya tulis di awal tahun 2000-an, mungkin penjelasannya akan jauh lebih tegas. Saat itu, kita bisa dengan mudah mengatakan bahwa "anime adalah animasi khas Jepang dengan cerita yang lebih dewasa, penuh adegan pertarungan dramatis, kadang berdarah, dengan desain karakter bermata besar, berambut jabrik, dan tak jarang menyelipkan unsur fan service." Sementara itu, "kartun adalah animasi barat dengan desain karakter yang lebih karikatural, humor slapstick, dan cenderung ditujukan untuk anak-anak, meskipun ada juga yang dewasa seperti The Simpsons, Happy Tree Friends, atau South Park."

Tapi sekarang, garis pembatas itu semakin tidak kentara. Banyak studio animasi barat mulai mengadopsi elemen khas anime, dari gaya visual, sinematografi sinematik, hingga kedalaman cerita maupun sorotan psikologis. Serial seperti Castlevania, The Legend of Vox Machina, hingga Arcane adalah contoh nyata bagaimana anime bukan lagi sekadar milik Jepang, melainkan sudah menjadi inspirasi global dalam dunia animasi.

Pada akhirnya, baik anime maupun kartun adalah dua bentuk karya visual yang sama-sama berkembang, saling memengaruhi, dan menyajikan cerita yang bisa dinikmati oleh penonton dari berbagai usia dan latar belakang.

Jadi, menurutmu, apakah perbedaan anime dan kartun masih relevan untuk dibahas? Atau justru sudah waktunya kita menyambut istilah "animasi global" tanpa harus memisah-misahkan? Tulis pendapatmu di kolom komentar, ya!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fahrul Razi Uni Nurullah
EditorFahrul Razi Uni Nurullah
Follow Us