10 Adaptasi Anime Terburuk, Visualnya Mengecewakan!

- Ex-Arm mendapat rating rendah karena visualnya aneh dan animasi yang tak konsisten.
- Uzumaki: Spiral Into Horror kehilangan kualitas setelah episode pertama karena kehabisan anggaran.
- One Punch Man Season 3 mendapat respons negatif karena animasinya yang buruk.
Setiap kali adaptasi anime dari suatu seri manga, game, atau light novel populer diumumkan, para penggemar bersuka cita menantikan perilisannya. Orang-orang ingin menikmati serial favoritnya dalam versi yang berbeda.
Tentu saja, semua orang mendambakan kualitas yang setara bahkan lebih baik jika dibandingkan dengan konten aslinya. Sayangnya, tak semua studio anime mampu memenuhi ekspektasi tersebut dan akhirnya malah menampilkan visual dan animasi yang mengecewakan. Yuk, intip adaptasi anime terburuk berikut!
1. Ex-Arm

Di situs MyAnimeList, anime garapan studio Visual Flight ini hanya mendapatkan rating 2.87 saja. Kenapa bisa serendah itu? Nah, dari segi cerita, Ex-Arm mengajak penontonnya mengikuti keseharian Akira Natsume, tepatnya setelah dirinya mengalami kecelakaan fatal dan koma selama 16 tahun. Dia dituntut untuk menyesuaikan diri dengan otaknya yang kini tersimpan di sebuah senjata pemusnah massal bernama EX-ARM.
Banyak orang yang tak merekomendasikan anime ini karena visualnya aneh. Mereka seolah ingin mengombinasikan teknik CGI dengan teknik konvensional, tapi hasilnya hanyalah animasi tak konsisten dan mengganggu. Jika penasaran dengan alurnya, kamu bisa membaca versi manganya langsung.
2. Uzumaki: Spiral Into Horror

Junji Itou dikenal akan manga horor psikologisnya yang selalu mampu menebar teror dan ketakutan. Beberapa karya ikonisnya telah diadaptasi menjadi anime, termasuk Uzumaki: Spiral Into Horror yang tayang 2024 lalu.
Serial empat episode ini bercerita kejadian supranatural menyangkut pola spiral di kota Kurouzu. Fugaku dan Akatsuki dikreditkan sebagai studio anime yang memproduksi adaptasi anime Uzumaki, tapi keduanya gagal menyajikan adaptasi yang mampu menggambarkan suasana tegang dalam manganya.
Sangat disayangkan, mengingat konten promosi anime ini benar-benar menjanjikan. Pihak produksi mengaku kehabisan anggaran di tengah prosesnya. Alhasil, kualitasnya langsung anjlok setelah episode pertama siap. Inilah yang membuat mereka harus berganti studio dan mengakibatkan inkonsistensi antar episode.
3. One Punch Man Season 3

One Punch Man Season 2 mengecewakan penggemar dengan animasinya yang buruk. Kualitasnya turun drastis jika dibandingkan dengan musim pertamanya yang diproduksi oleh Madhouse.
Dengan begitu, penggemar berharap bahwa musim ketiga akan kembali digarap oleh Madhouse. Sayangnya, J.C. Staff yang mengambil peran tersebut, melanjutkan tugas mereka dari season sebelumnya yang dinilai gagal.
Benar saja, One Punch Man Season 3 langsung mendapatkan respons negatif dari para penggemar. Padahal, alur Monster Association Arc begitu dinantikan karena menyoroti banyak adegan pertempuran yang mestinya dianimasikan dengan layak.
4. The Beginning After the End

The Beginning After the End dikenal sebagai salah satu seri novel populer yang diminati banyak penggemar. Jadi, adaptasi animenya pun begitu ditunggu-tunggu perilisannya.
Akan tetapi, episode pertama serial ini langsung membuat orang-orang kecewa. Animasinya terkesan begitu datar, begitu pula dengan visualnya yang gagal menghidupkan suasana pada setting.
5. Berserk (2016)

Pada 1997, adaptasi anime Berserk persembahan Studio OLM berhasil membuat penggemar puas. Tak cukup sampai di situ, karya legendaris dari Kentaro Miura ini akhirnya mendapatkan sekuel animenya pada 2016, tetapi oleh studio yang berbeda.
Penggemar seri Berserk tentunya mendambakan kualitas yang jauh lebih baik daripada versi lawasnya. Namun, yang mereka dapatkan justru animasi 3D kaku dan hambar.
Serial yang diproduksi oleh GEMBA dan Millepensee ini berusaha memadukan gaya 2D dan 3D, tapi penyajiannya sangat tak konsisten. Akibatnya, visual yang dihasilkan pun jadi berantakan.
6. The Seven Deadly Sins: Imperial Wrath of the Gods

Adaptasi anime terburuk berikutnya ada The Seven Deadly Sins: Imperial Wrath of the Gods yang digarap oleh Studio Deen. Musim ketiga ini benar-benar merusak angka popularitas seri, sebab season 1 dan 2-nya sendiri terbukti cukup sukses dan memuaskan penggemar dari berbagai aspek, terutama visual.
The Seven Deadly Sins terkenal akan adegan pertarungannya yang epic. Sayangnya, animasi pada musim ketiganya terasa kacau dan merusak momen-momen tertentu yang seharusnya menjadi sorotan.
7. Record of Ragnarok

Manga Record of Ragnarok menjanjikan plot unik sekaligus kontroversial. Di sini, 12 manusia terkuat dalam sejarah akan menantang 12 dewa terkuat dalam sebuah turnamen yang menentukan nasib umat manusia.
Pada Juni 2021 lalu, anime Record of Ragnarok yang dikerjakan oleh Graphinica tayang untuk pertama kali. Namun, adaptasi tersebut dinilai gagal karena menampilkan tempo buruk serta animasinya kurang mampu menangkap detail dari seni manga aslinya. Hal yang paling mengecewakannya ialah adaptasi ini menyajikan adegan aksi yang sangat kaku.
8. Kengan Ashura

Kengan Ashura dikenal sebagai salah satu web manga bertema martial arts terbaik yang pernah tercipta. Adaptasi animenya tayang pada Juli 2019 lalu, tapi penggemar tak boleh berharap lebih karena studio yang mengerjakannya bukanlah studio ternama seperti MAPPA atau Madhouse, melainkan Larx Entertainment.
Sebagaimana seri bela diri pada umumnya, detail kecil seperti bekas pukulan atau efek lainnya akan menjadi aspek yang cukup diperhatikan. Meski begitu, anime Kengan Ashura belum mampu menampilkan detail-detail seperti itu.
9. Toriko

Kemudian, ada Toriko, serial anime yang diadaptasi dari manga gourmet serta sarat akan adegan aksi, komedi, fantasi, dan petualangan. Anime ini digarap oleh Toei Animation yang sebenarnya sudah sangat berpengalaman. Namun, ada beberapa aspek yang rasanya kurang memuaskan dan terkesan menghilangkan bagian terpenting dalam cerita.
Manga Toriko sendiri banyak mengeksplorasi adegan-adegan brutal dan dengan lantang memperlihatkan muncratan darah atau bekas potongan anggota tubuh. Namun, dalam adaptasi animenya, konten yang mestinya menjadi nilai plus dari seri ini justru disensor agar aman ditonton oleh anak-anak.
10. Blue Lock Season 2

Blue Lock karya Muneyuki Kaneshiro bersama Yusuke Nomura hadir membawa gebrakan baru dalam jajaran serial sports era modern ini. Pada musim pertama adaptasi animenya kita menyaksikan premis di mana fasilitas bernama Blue Lock dibentuk dengan tujuan mencetak striker terbaik yang siap membawa Timnas Jepang menuju kemenangan di Piala Dunia.
Manga Blue Lock sendiri dikenal akan koreografinya yang memukau, tapi sayangnya studio 8bit yang mengerjakan adaptasi animenya gagal dalam menangkap estetika tersebut. Puncaknya adalah musim kedua Blue Lock yang langsung dikritik habis-habisan karena animasinya yang terkesan seperti slideshow.
Itulah deretan adaptasi anime terburuk yang membuat penggemar kecewa karena kualitas visualnya. Bagaimana menurutmu?
Untuk informasi yang lebih lengkap soal anime-manga, film, game, dan gadget, yuk gabung komunitas Warga Duniaku lewat link berikut:
Discord: https://bit.ly/WargaDuniaku
Tele: https://t.me/WargaDuniaku
FAQ seputar adaptasi anime terburuk
| Apa yang dimaksud dengan “adaptasi anime terburuk”? | Adaptasi anime terburuk adalah seri yang dinilai gagal mewakili kehebatan karya aslinya. |
| Apa penyebab umum adaptasi anime menjadi buruk? | Beberapa faktor umum meliputi produksi yang terburu-buru, studio kecil, kualitas animasi yang buruk, dan lain-lain. |
| Apa contoh adaptasi anime yang sering disebut “terburuk”? | Beberapa contoh yang sering dibahas ialah Berserk, Ex-Arm, Record of Ragnarok, dan Blue Lock S2. |



















