Tak Tahan Godaan MIA... Android Terjangkau, Spesifikasi Kelas Atas
Setelah sebulan bercengkrama bersama MIA, saya merasa puas.... Dan saya yakin kamu juga bakal merasakan hal yang sama. Masuk saja ke dalam, kalau mau kenalan dengan MIA... Awas jangan sampai ketagihan ya!
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tergiur dengan game mobile, atau aplikasi kelas atas yang sering diulas dalam rubrik Techno Chat/Wireless Game di majalah Zigma, namun bingung mau menentukan hardware-nya? Jika kamu termasuk penggemar baru smartphone, mungkin tidak mau spekulasi dan memilih merk yang sudah familiar. Seperti pada Zigma edisi 103, para redakturnya merekomendasikan LG Optimus 2X. Spesikasinya seakan menjadi garansi semua game Android bisa dimainkan. Dual core, memory-nya lega, serta telah mendapat free pass ke Android versi 2.3 Gingerbread. Namun harganya mungkin bukan favorit semua gamer mobile. Karena Rp. 4 juta sekian bukan angka yang masih bisa ditolelir batas psikologis kebanyakan pengguna ponsel Indonesia. Lantas bagaimana donk, jika kita masih pengen menikmati game-game Android yang adiktif dan orisinal seperti Angry Birds, selain juga tidak kecewa ketika mencoba game-game Android berat dengan status HD (high definition)?
[/caption]
Ada solusi nih buatmu... Satu Android baru yang spesikasinya bahkan melebihi Samsung Galaxy S, dan setara dengan Sony Ericsson Xperia Arc/Xperia Neo/Xperia Play, namun masih tidak memalukan ketika dibandingkan dengan LG Optimus 2X atau Android kelas atas lainnya, yang harganya di atas Rp. 4 jutaan. Android ini juga termasuk satu yang ramai dibincangkan para penggemar Android dengan harga terjangkau di Indonesia, dan juga beberapa negara lain di Asia Tenggara. Kenalan yuk, dengan CSL Blueberry Mi 410 – atau biasa disebut dengan julukan MIA oleh para Kaskuser, nama yang dipopulerkan tidak lain oleh saya sendiri (Ura).... hehe!
Sebelum berlanjut dengan si MIA ini, sedikit saya buka ingatanmu akan fenomena akhir tahun lalu di Indonesia, melalui Nexian A890 Journey. Kamu mungkin mengenalnya sebagai Nexian Tora Sudiro – yang menjadi bintang iklannya. Namun para gadgeter yang mengetahui jeroan si Journey, langsung aware ketika disebutkan siapa perusahaan yang memproduksinya. Journey (atau Joni, atau juga dipanggil dengan Juned) itu merupakan OEM produksi Foxconn di Taiwan. Nama yang sama yang juga ditunjuk oleh Apple untuk memproduksi masal iPhone dan iPad. Dan sebagaimana produk original equipment manufacturer (OEM) lainnya, Journey memiliki banyak kembaran. Ada Orange Boston, Apanda A60, Wellcom A88 hingga Motorola Quench XT5 XT502. Journey banyak diburu karena harga yang murah namun spesifikasi tinggi. Termasuk saya yang sampai membeli 7 Nexian Journey – untuk dijual kembali, hehe! Intinya, value-for-money-nya sangat tinggi, dan “oprekable” alias mudah dimodifikasi, banyak ROM atau versi software bisa dicoba, memberi identitas baru sebagai smartphone Android dengan berjuta ROM.
[/caption]
Dan sepertinya fenomena Journey bakal terulang lagi dengan MIA ini. Satu kemiripan, MIA juga diproduksi oleh Foxconn, yang kemudian didistribusikan sebagai item OEM. Akhirnya MIA pun juga banyak kamu temui di negara lain, seperti WellcoM A99, Motorola TRIUMPH, Huawei U9000 IDEOS X6, Cherry Mobile Magnum HD A400, Viewsonic Viewpad 4, Olive Smart VS300, dan juga Axioo Vigo 410 – yang juga bakal hadir tak lama lagi di Indonesia, langsung dengan versi 2.3 Gingerbread.
Harganya saat ini hanya Rp. 2,499,000 saja. Namun kamu mendapatkan smartphone dengan chipset Qualcomm Snapdragon MSM8255, yang biasa disebut dengan Scorpion. Prosesor ARMv7 tersebut sudah pasti mampu memainkan animasi Flash, yang alergi dengan prosesor ARMv6 pada kebanyakan Android rentang Rp. 1 – 3 jutaan. Jadi jangan heran, jika Androidmu seperti semua keluarga Samsung Galaxy di bawah 3 jutaan,
[/caption]
LG Optimus One dan Me, atau Sony Ericsson Xperia X10 mini dan Xperia X8 (semuanya nama-nama yang familiar di kelas Android terjangkau), tidak ada yang mendukung Adobe Flash. Prosesor Scorpion tersebut biasa dipadukan dengan GPU Adreno 205. Hasilnya, MIA ini memiliki kombinasi otak dan otot yang sudah masuk kategori kelas atas. Storage internalnya juga 2GB, serta RAM-nya 512. Saat ini masih Froyo, namun Gingerbread-nya juga tersedia. Ok, saya rasa menuliskan detail spesifikasi MIA ini tidak akan cukup dalam beberapa halaman Techno Chat. Saya biarkan saja hasil benchmark-nya bicara. Yang jelas, menurut benchmark, kondisi standar MIA jauh lebih cepat dibandingkan Samsung Galaxy S yang harganya masih di atas Rp. 4 jutaan, setara dengan Sony Ericsson Xperia Arc yang masih Rp. 5 jutaan, atau tidak memalukan ketika dicoba memainkan game-game ekslusif LG Optimus 2X, yang harganya masih di atas Rp. 4 juta.
Walaupun brand lokal, namun MIA terlihat begitu elegan. Tubuhnya mengotak, dan memberi kesan tersendiri dengan sudut tubuhnya yang tegas. Tipis, hanya 10mm saja – tidak kalah kan dengan iPhone 4, sedangkan panjangnya 122 mm, dan lebarnya 66 mm. Layarnya 4.1 inchi, dengan luas bidang 53.51 x 89.18 milimeter, serta resolusi 480 x 800 pixel. Layarnya patut diacungi jempol, karena kerapatan pixel tiap inchinya mencapai 227, setara dengan 232 pada Xperia Arc dan 235 pada Galaxy S. Namun jangan harap kecerahan warnanya natural, karena bahannya hanya TFT, bukan Super AMOLED seperti pada Galaxy S. Hanya saja sayangnya, baru mendukung dua titik untuk multitouch-nya. Namun dua titik tersebut sudah cukup bagimu yang pengen ngerasain sensasi cubit-mencubit layar untuk zoom in-out gambar misalnya, atau meluaskan tampilan arena ketika memainkan Angry Birds.