Smart "Point-and-Shoot" Camera... Kodak Polaroid SC1630, Pertama Dengan 16 Megapixel!
Polaroid, yang pasti kamu kenal sebagai salah satu produsen kamera digital, namun produk terbarunya ini justru mengejutkan. Sebuah kamera digital dengan sensor kamera 16 megapixel, namun di dalamnya juga dilengkapi semua fungsi standar Android Gingerbread.
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dulu saya begitu bangganya dengan Nokia N82, yang oleh kebanyakan pengguna gadget berapa tahun lalu dianggap sebagai smartphone yang paling mampu menghasilkan hasil foto terbaik. Bukan sekadar output pixel yang tinggi, namun terkadang hasil foto smartphone bisa sebaik kamera point-and-shoot. Namun kemudian era 5 megapixel mulai mereda, dan lahir standar baru, 8 megapixel, bahkan Xperia S mengklaim sebagai 12 megapixel pertama... Dan belum selesai saya membuang nafas decak kagum, rupanya ada yang lebih tidak sungkan memasang modul kamera besar pada sebuah smartphone.
Polaroid, yang pasti kamu kenal sebagai salah satu produsen kamera digital, namun produk terbarunya justru menjadi rebrand dari smartphone Android Aigo A8 (atau juga dijual sebagai Altek Leo - ya ya, namanya kurang dikenal, wajar juga jarang diberitakan) dengan kamera 14 megapixel. Bedanya di sini, Polaroid mengganti modul kameranya menjadi 16 megapixel, dan tak ketinggalan semua fungsi standar Android ada di dalamnya.
Seperti kamera digital pada umumnya...[/caption]
Rebrand dari Kodak Polaroid ini disebut SC1630 Android HD Smart Camera, datang dengan fungsi radio GSM yang mendukung jaringan 850/1900/2100MHz WCDMA dan 850/900/1800/1900 GSM, dilengkapi juga sarana konektivitas seperti WiFi, Bluetooth, GPS serta antena FM untuk hiburan radio dimana saja. Masih sama seperti smart-pocket-camera dari Aigo atau Altek, SC1630 menggunakan layar sentuh capacitive berukuran 3.2 inchi dengan resolusi 800 x 400 pixel. Di dalamnya pun spesifikasi termasuk biasa saja. Ada ROM dan RAM masing-masing 512MB, sensor standar Android seperti proximity dan G-sensor, micro SIM slot (kartu SIM model kecil nih!), microUSB dan headphone jack (yang sayangnya) berukuran 2.5mm.
Nah kan, juga bisa disembunyikan lensanya...[/caption]
Seperti varian aslinya, memang spesifikasi Android dinomor-duakan untuk SC1630 ini. Jadi kamu lebih bisa menyebutnya sebagai kamera dengan OS Android saja deh... karena memang modul 16 megapixel yang dipasang pada smartphone ini bukan main-main. Bukaan / aperture mencapai F3.1 - F5.6, dan dilengkapi optical zoom hingga 3X, serta jelas mampu melakukan digital zoom (di sini hingga 5X). Kemudian shutter speed maksimal o1/1400 dengan ISO terbesar mencapai 3200. Dan seperti kamera digital umumnya, Kodak dan Polaroid pun menyediakan tombol shutter release khusus sebagai akses instan untuk memotret.
Default launcher-nya juga sederhana... Keempat tombol fisik mewakili Home, Option, Back dan Multimedia.[/caption]
Oh ya, dalam gelap kamu masih bisa mengandalkannya, karena flash yang disematkan menggunakan lampu Xenon yang terang (namun pengalaman saya, justru membuat hasil foto jarak dekat terlalu terang). Berkat GPS, kamu bisa memberi stempel geotag untuk setiap hasil foto, dan berkat sensor yang terbenam di dalamnya, juga ada dukungan anti-shake. Untuk video, SC1630 juga mampu merekam video dengan kualitas 720p.
Lengkap dengan tombol kamera dan shutter release...[/caption]
Karena fitur zoom optic yang butuh ruang lebih untuk mengoperasikan lensanya, ketebalan SC1630 ini pun membengkak menjadi 18.5. Dibandingkan tipikal Droid, jelas cukup tebal. Namun sandingkan dia dengan jajaran kamera point-and-shoot, maka kamu tetap dapatkan body yang tipis. Canon PowerShot ELPH 520 saja yang diklaim sebagai point-and-shoot tertipis, tebalnya masih 19 mm. Kemudian untuk baterainya, dilaporkan hanya 1020mAh saja, yang jelas menurut saya pribadi sangat kurang untuk mengoperasikan sebuah Android dengan mekanisme kamera yang rumit seperti zoom dan xenon flash-nya. Namun kembali ke fungsi awal, kamu tidak akan menggunakan fungsi Android-nya sebagai yang utama, karena hanya menjadi pelengkap fungsi kameranya saja.
Nantinya bakal dijual dengan beragam pilihan warna...[/caption]
Masih berhubungan dengan fitur kamera, kamu mendapatkan mode pengambilan foto dengan 18 scene, serta face dan smile detection. Kodak juga menyuntikkan Smart Albums untuk membantu mengatur foto untukmu, serta adanya GPS memungkinkan stempel geo-tag ditambahkan dengan datakoordinat longitude dan latitude. Untuk editing sederhana, beberapa opsi yang disediakan seperti cropping, red-eye removal, resizing dan colour correction. Oh ya, untuk menyimpan foto yang ukurannya pasti menapai beberapa megabyte, slot microSD-nya mampu menampung kartu dengan kapasitas hingga 32GB.
Sedangkan Kodak, yang memang punya sejarah panjang dengan Polaroid (yang lebih dulu dikenal dengan produk film dan kamera instan, walaupun saat ini sudah digeser oleh kamera digital), memberi kontribusi menyumbangkan software kompresi. Teknologi Kodak memungkinkan user mengatur output ukuran foto lensa kameranya. Polaroid Android HD ini kabarnya nanti bakal dijual seharga $299 ketika dirilis April 2012 mendatang. Namun sejauh ini, Kodak masih melakukan negosiasi dengan berbagai operator seluler untuk mendukung distribusinya.
Seperti ini antar muka viewfinder kameranya... Android style, ya!?[/caption]
Kodak Polaroid SC1630 ini pertama dikenalkan selama Consumer Electronics Show (CES) 2012 yang digelar 10-13 Januari lalu. Atau, setahun setelah varian aslinya juga pertama dikenalkan selama CES 2011. Saat itu tanggapan publik hanya meriah di awal saja. Mungkin karena brand yang kurang dikenal - Aigo A8 dan Altek Leo. Namun kini dengan resolusi yang lebih besar, dan sedikit sentuhan pemrosesan gambar digital dari Kodak, kesempatan bersaing dengan tipikal kamera saku lainnya (bukan dengan Droid lainnya) jelas ada. Bahkan SC1630 ini pun juga di-upgrade sudah menggunakan Android 2.3.4 (juga disebutkan bakal ada update OS), bisa mengakses aplikasi Google seperti Android Market, Google Mail dan lainnya.
Tambahkan Satu Ini Untuk Jadi Tukang Foto Digital yang Mobile
Bentuknya stylish... tapi sepertinya, kok besar ya!?[/caption]
Selama CES 2012 lalu, pihak produsen juga mempresentasikan smart-camera ini bersama dengan printer portable yang ukurannya mini. Printer dari Polaroid yang dipasarkan dengan ikon Lady Gaga ini memiliki kode GL10, dengan fitur seperti bisa berhubungan dengan USB ke komputer dan kamera digital (biasa disebut Pictbridge), serta Bluetooth untuk koneksi dengan smartphone seperti Android, Blackberry dan Windows Phones. Karena konsep portable-nya, Polaroid GL10 ini menggunakan teknologi Zero Ink, dan menghasilkan Polaroid Classic Border serta foto berukuran 3×4” kurang dari satu menit (tepatnya 50 detik).
Dibandingkan dengan smartphone, baru ketahuan "portable"-nya...[/caption]
Ukurannya ramping, dan beratnya sekitar 400 gram. Bekerja menggunakan daya baterei Lithium-ion yang mampu menghasilkan sekitar 40 foto dalam satu kali charge, dan foto tersebut bisa dicetak melalui teknologi ZINK dari Zink Imaging - teknologi yang memungkinkan proses printing instant tanpa tinta - namun dengan kertas khusus. Polaroid GL10 ini sendiri sudah dijual sejak pertengahan tahun lalu, dengan harga $170.
Aigo A8 dan Altek Leo, Bisakah Disebut Pelopor Smart Camera?
Seperti inilah Altek Leo... Bak pinang dibelah dibandingkan produk Kodak Polaroid...[/caption]
Seperti inilah Aigo A8 dan Altek Leo, sebuah Droid dengan fitur kamera yang maksi... atau bisa juga disebut kamera digital yang lebih pintar. Aigo A8 dipasarkan untuk operator China Unicom. Memiliki lensa autofocus 14 megapixel dengan sensor CCD, flash Xenon, 3x optical zoom, merekam video 720p HD. Layarnya capacitive 3.2-inchi dengan resolusi WVGA, serta di bawahnya ada tiga tombol tambahan.
Kamu tidak akan tahu ini sebuah Droid, sebelum mengoperasikan layar sentuhnya...[/caption]
Di punggungnya kamu dapati selongsong lensa kamera yang bisa dipanjangkan untuk optical zoom, flash dengan lampu Xenon, dan cover baterai berbahan aluminum untuk memperlihatkan sebuah kamera point-and-shoot alias kamera saku. Menjalankan Android 2.1 TANPA satu pun aplikasi Google terinstall (jadi minus Gmail, Google Maps, atau Android Market), dan meskipun tidak dijelaskan pasti, banyak yang mengklaim prosesornya 800 MHz - bisa jadi untuk Kodak Polaroid juga menggunakan prosesor yang sama. Spesifikasi lainnya sama persis dengan SC1630, namun untuk pemrosesan gambar, Aigo dan Altek ini menggunakan software kompresi gambar Altek Sunny 9.
Dan terakhir, bandingkan dengan Aigo A8... sebagai brand dari China, kok tidak sempat "nyasar" ke pasaran Indonesia ya?[/caption]
Melihat desainnya, bisa dikatakan mereka berdua menjadi yang pertama, kamera digital dengan opsi Android. Bukan smartphone yang dijejali lensa kamera tinggi, dan mengklaim diri sebagai pengganti kamera digital. Walaupun saya sendiri merasa cukup puas dengan hasil foto beberapa smartphone, seperti Nokia N8 misalnya, namun tetap jika dibandingkan dengan kamera digital yang asli, terutama jika diadu dari sisi opsi digital zoom, smartphone dengan lensa bermerk sekali pun tetap akan kalah.