Phone? Tablet? Feel Free! It's GALAXY Note... Cara Samsung Bangkitkan PDA?
Masih ingat beberapa tahun lalu, ketika Windows Mobile (kini Windows Phone) dan Palm menjadi beberapa dari pilihan OS gadget keren. Saat itu mereka populer dengan sebutan PDA, alias Personal Digital Assistant. Karena seleksi pasar, PDA akhirnya tenggelam... dan kini Samsung mencoba membangkitkannya melalui Galaxy Note...
Saya masih ingat beberapa tahun lalu, ketika Windows Mobile (kini Windows Phone) dan Palm menjadi beberapa dari pilihan OS gadget keren yang, selalu ditunggu perangkat barunya. Saat itu populer dengan sebutan PDA, alias Personal Digital Assistant. Sesuai namanya, dibuat sebagai organizer digital, dengan fungsi mobile office, dan sesekali unggulkan aspek entertainment.
Seperti inilah image pengguna PDA tempoe doeloe...[/caption]
Namun karena saat itu tanpa mempedulikan user interface dan feedback software bagi user non techno geek yang hobi ngoprek, penggunanya hanya kalangan tertentu saja (yang memang condong ke Windows dan Office), atau mungkin sekadar ikut-ikutan... Dan kebanyakan komentar teman-teman saya waktu itu, ketika saya sesekali mengoperasikan Windows Mobile atau Palm, mereka heran, ada ponsel yang perlu didudul (baca: di-tap, disentuh, dipencet) menggunakan tangan, dan lebih maksimal pakai kuku atau stylush (alat berbentuk seperti pena kecil berbahan plastik / aluminium / besi).
Masih ingatkah pada beberapa PDA di atas?[/caption]
Dan segalanya berubah ketika almarhum Steve Jobs dulu pertama kali mengenalkan iPhone. Jelas dia menekankan, era pengendalian smartphone menggunakan stylush sudah usai, dan mimpi buruk interface PDA yang rumit (terutama bagi pengguna casual) harus diubah. Saat itu revolusi terjadi, dan sampailah kita di sini, era baru smartphone, dimana saat ini sebagian besar ponsel baru lebih mengandalkan layar sentuh, kemudahan penggunaan, dan fokus penggunaan jari untuk mengendalikan antar mukanya yang memberi feedback maksimal.
Namun sepertinya keadaan bakal terkoreksi lagi, jika satu langkah baru Samsung ini berhasil. Melalui event IFA (Internationale Funkausstellung Berlin) 2011 yang diadakan awal September 2011 lalu, mereka pertama kali mengkonfirmasikan Samsung Galaxy Note, yang juga memiliki kode nama GT-N7000. Melihat bentuk fisiknya, serta tagline marketing yang digunakan ("Phone? Tablet? Feel Free! It's GALAXY Note"), seakan Samsung ingin mengembalikan konsep PDA, dan merivisi sanggahan Apple, bahwa stylush masih dibutuhkan, walaupun saat ini adalah eranya layar capacitive yang merespon baik induksi listrik jemari manusia.
Juga saya sukai dari Note adalah unsur portable-nya. Samsung membuatnya sekecil mungkin, bahkan nyaris tidak ada bezel tersisa di kiri-kanan layar...[/caption]
Inilah Galaxy Note, menggunakan stylus, dan meskipun dengan PeDe-nya oleh Samsung disebut sebagai gadget jenis baru, saya menemukan nostalgia Personal Digital Assistant era tahun 90-an, yang dibalut dengan teknologi 2011.
Kini, dua bulan pasca pengenalan perdananya, Galaxy Note resmi dirilis. Tepatnya besok, 12 November 2011, gadget yang diposisikan di antara smartphone dan tablet tersebut mulai dijual di Indonesia. Banyak billboard iklan bertebaran di kota-kota besar Indonesia memajang posturnya yang sekilas seperti Galaxy S II dengan tubuh membengkak, namun tetap langsing. Berapa harganya? Meskipun sebelumnya ada gosip di rentang 7 jutaan, namun untuk pertama kali ini dikenalkan secara resmi di Rp. 6.5 juta, dengan kembalian 1,000 perak, alias Rp, 6,499,000! Belum jelas, apakah pasca perilisan pertama, harganya bakal terkoreksi seperti Galaxy Tab 7 Plus. UPDATE: Harga resmi pasca perilisan perdana menjadi Rp. 6,999,000!!
Pertanyaannya, apakah yang bakal kamu dapatkan worthed, sementara Galaxy S II dengan spesifikasi sama (minus stylush dan layar lebih kecil 1 inchi) lebih murah sejuta? Dan dibandingkan beberapa tablet Samsung lainnya di rentang layar 7 - 10.1 inchi, juga ditawarkan lebih murah? Tunggu ulasan kami selanjutnya untuk perbandingan lebih detail S II vs Note vs Tab untuk mengetahui se-worthed apa si Note ini.
Cover belakangnya terbuat dari plastik bertekstur, seperti Galaxy S II, namun terasa nyaman di sentuh, dan mudah menyembunyikan bekas minyak dari jari-jarimu. Note juga menggunakan orientasi portrait, dan kontrolnya sama persis seperti Galaxy S II. Dan benar, ini Gingerbread (yang bakal mendapat Ice Cream Sandwich), bukan Honeycomb.[/caption]
Sebelum melihat lebih jauh si Note ini, sebenarnya Samsung bukan yang pertama bermain di layar 5 inchi. Saat ini masih banyak ditemui Dell Streak dengan layar 5 inchi, serta spesifikasi yang bisa dikatakan, separuh dari Note. Terakhir selama event pameran kompurer Scomdex akhir Oktober lalu di JX Internasional, Surabaya, masih di tawarkan di harga Rp. 3,999,000. Sayangnya, Streak yang mulai eksis sejak Juni 2010 lalu tersebut gagal menjadi duta yang menjembatani smartphone dan tablet. Menurut saya, hanya karena momen pengenalannya saja yang kurang pas, dan akhirnya Streak resmi dihentikan penjualannya mulai Agustus 2011 lalu. Dan kini, Note mencoba mengambil alih estafet Streak.
SuperAMOLED menawarkan kontras tinggi, serta sudut pandangan 180 derajat. Karena bukan "Plus" seperti pada Galaxy S II, maka dalam setiap pixel kamu hanya dapatkan 2 subpixel saja. Namun Note tertolong PPI yang tinggi (285ppi), sehingga kamu perlu mengamatinya dari dekat, baru terlihat kotak-kotak pixel-nya. Sebagai perbandingan, Galaxy Tab 7.7 memiliki 196ppi, Galaxy S II dengan 217ppi, HTC Sensation XE dengan 256ppi dan iPhone 4 paling rapat, dengan 326ppi.[/caption]
Sebesar Streak, namun tetap jauh lebih nyaman digenggam dibandingkan tipikal tablet 7 inchi, dan masih layak masuk kantong celana atau kemeja. Meski tidak seberat Streak (220g vs 178g pada Note), gadget hibrid Samsung ini layarnya lebih besar, 5.3 inchi Super AMOLED (bukan yang Plus, satu poin untuk Galaxy S II dengan Super AMOLED Plus), serta resolusi 1280 x 800 pixel dan kerapatan pixel 285ppi – artinya, lebih banyak pixel dalam bidang yang jauh lebih kecil dari tipikal tablet, menghasilkan tampilan yang sangat tajam. Note cukup besar, sehingga lebih pas disebut sebagai tablet yang diperkecil, dibandingkan smartphone yang kebesaran.
Bagian pinggir Note sepi tombol. Sisi kiri hanya ada tombol volume, sisi kanan untuk tombol power/lock, dan di bagian bawah terlihat ada stylush silo, mic, dan juga port microUSB standar, yang memiliki empat fungsi. Bisa menjadi akses transfer data, charge baterai, TV out port (melalui MHL, Mobile High-definition Link) bahkan juga mendukung langsung USB On-The-Go.[/caption]
Sebenarnya secara hardware, Note tidak beda dibandingkan Galaxy S II. Perbedaan hanya pada ukuran layar, dimana Note memiliki layar berukuran 5.3 inchi, sedangkan Galaxy S II hanya 4.3 inchi. Bahan layarnya pun beda, karena Note hanya Super AMOLED. Namun Note yang mencapai resolusi HD tak terbantahkan, memberikan tampilan yang sangat detail dan begitu rapat pixel-nya. Prosesornya pun di-upgrade dari Galaxy S II. Meskipun sejenis, di sini kamu dapatkan dual core ARM Cortex-A9 yang masing-masing berkecepatan 1.4GHz dari SoC (system on a chip) Samsung Exynos, serta GPU ARM Mali-400 MP. Kemudian untuk GPS-nya, Note juga mendukung sistem satelit dari GLONASS, atau Global Navigation Satellite System yang dioperasikan pemerintah Rusia - jelas makin melengkapi penangkapan satelit Global Positioning System (GPS) yang dikelola pemerintah Amerika Serikat.
Kemudian satu fitur inovatif yang diterapkan Samsung untuk Note adalah adanya perangkat stylush tambahan, yang oleh mereka disebut "S Pen" - saya sih lebih menganggap sebagai gimmick marketing, seperti HTC yang menyebut stylush HTC Flyer sebagai HTC Scribe. Menggunakan S Pen, selain multitouch pinch-to-zoom menggunakan jari, dengan stylus yang tesimpan di sudut kanan bawah Note, kamu bisa memanfaatkannya untuk beragam pengoperasian lain. Seperti ketika dalam Messaging App, kamu cukup menuliskan pada layar menggunakan S Pen, maka Note langsung mengubah coretanmu tersebut menjadi email atau SMS dengan bantuan aplikasi pengenalan tulisan tangan. Dan ketika di browser, bisa juga gunakan S Pen, pilih saja bidang pada layar untuk meng-capture halaman Web. Sementara ini S Pen baru terintgrasi dengan aplikasi standar Samsung. Dan bulan depan Samsung berencana merilis SDK (software development kit) untuk S Pen, sehingga developer bisa mengembangkan aplikasi mereka sendiri yang mengoptimalkan S Pen. Lebih jauh mengenai S Pen dan penerapan aplikasinya, akan kami ulas dalam artikel lainnya.
Walaupun prosesornya meningkat, namun Note memiliki layar dan resolusi yang lebih besar dari Galaxy S II. Sehingga secara logika, harusnya hasil benchmark tidak terlalu jauh mengungguli Galaxy S II. Namun rupanya racikan baru Samsung untuk Note tidak perlu diragukan, dan hasil benchmarknya juga menjanjikan. Coba saja cek hasil benchmark berikut ini:
Dari hasil dua benchmark yang menguji kekuatan CPU, Linpack serta BenchmarkPi, Galaxy Note mengungguli Galaxy S II hingga 20%.
Sedangkan untuk benchmark NenaMark 2, yang menguji kemampuan grafis dalam menjalankan OpenGL-ES 2.0, di sini hasilnya Galaxy S II masih mempertahankan gelarnya. Dan wajar saja, karena Note harus menguji NenaMark 2 dengan jumlah pixel dua kali dari galaxy S II, serta ukuran layarnya pun lebih besar.
Kemudian untuk hasil SunSpider, yang biasa digunakan untuk menguji kemampuan JavaScript (seperti enkripsi dan manipulasi teks), sepertinya Samsung juga mengoptimalkan software Note, sehingga hasilnya juga lebih baik dibandigkan Galaxy S II.