Asus Eee Pad Transformer, Tablet Android Untuk Belajar, Bekerja dan Bermain
Kabarnya karena masalah perijinan, tablet Android pertama Asus ini belum juga hadir.... Namun setelah eksis nanti, layak menjadi alternatif, karena konsep desainnya yang unik. Begitu elegan... namun juga fungsional.
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jajaran tablet yang diusung Asus selama CES lalu juga menarik. Saya katakan menarik karena mereka berbeda dibandingkan produsen lainnya, yang sekadar memilih layar capasitive dari berbagai ukuran, dan begitu saja menempatkan dalam “bingkai” yang berbeda. Asus juga memilih menggunakan brand yang telah dikenal di dunia, yaitu keluarga Eee yang sudah eksis sejak menjadi pioneer netbook melalui Eee PC. Keputusan tepat memilih brand yang dikenal dengan tagline "Easy to learn, Easy to work, Easy to play" tersebut untuk kelas tablet ini, karena satu hal, yaitu target pasarnya pasti bukan sekadar kalangan bisnis semata. Inovasi yang dilakukan Asus melalui Eee PC sanggup merubah cara pandang masyarakat terhadap sebuah notebook, yang sebelumnya dikenal sebagai ikon yang mahal dan ekslusif. Dan semoga saja tablet Android pertama mereka ini mampu memberi kontribusi yang sama.
Untuk kelas Tablet ini, Asus memilih nama Eee Pad. Ada empat yang sudah dikonfirmasikan, yaitu Slider, Transformer, MeMO (ketiganya menggunakan Android versi 3.0 Honeycomb), dan Slate EP121 (yang menggunakan Windows 7) yang masing-masing memiliki ciri khas desain dan ukuran layar berbeda. Memang selama CES 2011 lalu, spesifikasi lengkapnya belum jelas. Sedangkan baru-baru ini, setelah saya mendapat undangan Media Gathering oleh Asus Indonesia akhir April 2011, dua diantaranya mulai masuk dalam gambaran, terutama Transformer yang memang sudah dirilis di luar sana sejak 25 Maret 2011 lalu di Taiwan, dan wilayah lain seperti Inggris, Kanada dan Amerika selama April, dan terakhir di Prancis dan Swedia awal Mei lalu. Versi Slider sendiri bakal mengusung spesifikasi yang “sebelas duabelas” dengan Transformer (hanya beda desain saja, keyboard-nya muncul dengan mekanisme sliding), dan belum dirilis di pasaran.
Docking keyboard ini juga dijual secara terpisah. Mungkin kamu ingin mencoba lebih dulu, bagaimana feel menggunakan tablet minus keyboard. Jika ternyata masih membutuhkan tombol fisik, cukup beli keyboard-nya ini saja. Asus membuatnya sedemikian rupa, hingga mudah dipasang dan dilepas. Tombol khusus di sisi atas keyoard ini berperan mengunci tablet melalui port yang mengapit konektor data/charger.
Seperti tablet terbaru lainnya, Transformer mengoperasikan Honeycomb 3.0 (dengan janji update ke versi 3.1 selama Juni 2011 ini). Dan seperti tablet Android lainnya yang ingin “menjadi seperti iPad,” layar multi-touch-nye berukuran 10,1 inchi – sedikit lebih besar dari keluarga iPad, yang hanya 9,7 inchi. Teknologi layarnya pun sama seperti digunakan Apple pada iOS, yaitu berjenis IPS (In-plane switching), yang dipastikan mampu mendongkrak sudut pandangan pengguna Transformer ke arah layar. Sehingga dilihat dari sudut manapun (misalnya oleh beberapa orang sekaligus yang mengerumuni si Transformer ini), tampilan gambar pada layar tetap terlihat tajam. Namun di sini, Asus memberikan resolusi yang lebih lebar dibandingkan iPad 2, mencapai 1280x800 pixel – dibandingkan 1024x768 pada iPad 2. Selain itu layarnya juga dilindungi dengan lapisan luar dari Gorilla Glass (seperti pada Dell Streak, Motorola Defy, Galaxy Tab), yang sudah dikenal tahan goresan dan benturan.
Lanjut ke halaman 2...
Kedua bagian Transformer begitu tipis. Ditambah docking yang beratnya 635 gram, menggunakannya dalam mode netbook tersebut terasa lebih fungsional. Membandingkannya dengan netbook sekelasnya, Transformer memikat karena desain. Namun dibandingkan dengan tablet lain, Transformer unggul karena “value-for-money.” Oh ya, seperti bagian tablet, docking keyboard juga dihiasi tekstur kasar di bagian bawahnya.
Dengan diagonal penampang layar Transformer hanya 1 cm lebih panjang dibandingkan iPad 2, kombinasi layar IPS dan resolusi Transformer jelas mampu memancarkan tampilan grafis yang baik. Apalagi perbandingan jumlah pixel dalam setiap inchi layar Transformer mencapai 160 PPI – artinya, dalam satu inchi bisa menampung hingga 160 pixel. Bandingkan dengan iPad 2 yang hanya 132 PPI. Satu lagi yang membuat Transformer unggul dibandingkan iPad 2, seperti semua Android Honeycomb lainnya, kamu mendapatkan akses bebas ke content berbasis Flash, karena sudah mendukung Adobe Flash 10.2. Tablet ini pun tidak malu ketika harus mengklik salah satu judul terdaftar dalam apps.facebook.com, yang memang sarat akan animasi Flash.
Ketika menghubungkan HDD eksternal, atau perangkat USB lainnya, notification muncul di kanan bawah layar…[/caption]
Makin menegaskan kemampuan grafis dan olah gambar yang berat, Asus melangkapi tablet Android pertama mereka ini dengan chip nVidia Tegra 2, yang telah dilengkapi dengan prosesor dual core dengan kecepatan 1 GHz, GPU GeForce ULP, RAM 1 GB, serta modul Wi-Fi 802.11b/g/n, namun tidak termasuk modul 3G. Asus sendiri mengatakan bahwa mereka bakal menyediakan varian 3G nantinya. Melalui prosesor yang mumpuni, kamu tidak perlu kuatir ketika mendapat file video HD, karena hingga resolusi 1080p pun bisa dimainkan dengan lancar. Paling menarik dari Transformer, dan juga menjelaskan kenapa dia mendapatkan identitas yang bisa menyiratkan arti “perubahan,” adalah adanya docking station khusus, yang memperbanyak fitur dan fungsi Transformer ini.
Tidak perlu memicingkan mata saat melihat peta. Layarnya cukup lebar menampilkan detail setiap point of interest .[/caption]
Melalui aksesoris dock tersebut, Asus menjadi yang pertama dan terdepan, dalam konsep tablet ber-docking keyboard. Melalui aksesoris tambahan tersebut, kamu dapati keyboard QWERTY, trackpad, dua tambahan USB 2.0 (pastinya bisa menjadi konektor HDD eksternal, atau bahkan mungkin modem 3G tambahan), satu SD card reader, sekaligus baterai tambahan yang mampu menambah waktu pengoperasian si Transformer ini dari 9.5 jam menjadi 16 jam! Tentu saja keadaan tersebut bergantung dari kebutuhan pengguna, dan software apa saja yang dijalankan selama pengoperasian. Namun jika membandingkannya ke kelas tablet dan PC mobile, klaim dua digit untuk sebuah daya tahan baterei tersebut termasuk hebat. Oh ya, keyboard eksternal tersebut juga telah mengadopsi model chiclet, sehingga lebih nyaman digunakan.
Tampilan antar muka Asus Launcher. Menunjukkan fungsi penting, seperti cuaca, tanggal dan email…[/caption]
Memandang Transformer ketika kamu mengoperasikannya tanpa kayboard, tipikal fungsi tablet modern kamu dapati. Mulai accelerometer tiga sumbu, kompas digital, modul GPS untuk navigasi peta, sensor proximity (mendeteksi obyek di depan layar, dan mematikan layar jika ada obyek yang mendekati), sensor ambient light (mengatur tingkat pencahayaan lampu latar), serta gyroscope, yang membantu mengatur orientasi layar, dan berhubungan dengan fitur kompas. Selain itu, tablet dengan panjang 270 mm, tinggi 180 mm, tebal 13 mm dan berat 665 gram (menjadi 1,3 kilogram plus docking) ini juga dilengkapi Bluetooth 2.1, Wi-Fi yang mendukung DLNA, serta port mini HDMI 1.3a (untuk menghubungkannya dengan HDTV). Oh ya, tentu saja Asus tidak ketinggalan melengkapinya dengan fungsi kamera. Ada dua yang disematkan, satu kamera 5 megapixel (dengan auto-fokus) di belakang, dan satu lagi di depan di atas layar, beresolusi 1.3 megapixel untuk melakukan video call – baru Android Gingerbread dan Honeycomb saja yang bisa melakukan video call.
Menjadikan Transformer sebagai teman terbaik dalam menata koleksi buku dongengmu…[/caption]
Di luar Transformer ditawarkan dalam dua varian, dengan storage internal 16 GB atau 32 GB. Sedangkan Asus Indonesia sendiri sementara ini baru mendatangkan versi 16 GB. Harganya saat diluncurkan nanti adalah US $499 tanpa docking, sedangkan yang dilengkapi keyboard seharga US $599. Tetap lebih murah dibandingkan tablet dengan brand besar lainnya, yang sudah atau bakal diluncurkan dalam waktu dekat ini. Saat hadir Juni 2011 ini, seperti Motorola Xoom, Transformer bakal muncul menggunakan launcher default Android Honeycomb. Dipaket dalam software-nya antara lain software seperti MyNet, MyLibrary, MyCloud, Press Reader dan MyDesktop, serta Polaris Office versi 3, yang menawarkan fungsi create dan edit dokumen (doc.), spreadsheet (xls.) serta presentasi (ppt.).
My Cloud digunakan untuk mengatur file yang kamu simpan dalam ASUS WebStorage – bonus 500 GB storage berbasis cloud computing...[/caption]
Dimulai dengan Tablet PC, yang menyasar pasar Red Ocean – kalangan bisnis dan yang berharap sebuah mobile office, namun berkembang dengan sebuah jawaban produk yang menarget Blue Ocean – dimulai dengan iPad. Secara teknis di atas kertas, mungkin iPad biasa saja bagi seorang yang bisa membaca tabel “Specification.” Namun inovasi yang ditawarkan menjadi magnet tersendiri, dan tablet pun menjadi produk mass market. Demikian jelas, inovasi dibutuhkan untuk “menjaring ikan” yang lebih banyak. Mampukah inovasi Transformer (tablet + docking) ini menjawabnya?
ASUS Eee Pad Transformer Official Commercial
httpv://youtu.be/Nc9-xzqlvc8