China, Korea dan Jepang Terlibat “Perang” Cyber Melalui Aplikasi Instant Messaging

Dengan begitu banyaknya fitur yang ditawarkan LINE, KakaoTalk dan WeChat, sulit bagi kita untuk tidak tertarik meng-install aplikasi tersebut ke smartphone atau tablet, dan mulai berkomunikasi gratis atau memainkan game. Berikut perbandingan fitur ketiga instant messaging tersebut.

WeChat, KakaoTalk dan LINE Berlomba-lomba Menjadi Platform Sosial Baru

 China, Korea dan Jepang Terlibat “Perang” Cyber Melalui Aplikasi Instant Messaging

Dulu, kita yang biasa chatting biasa bertanya pada teman, apakah mereka punya YM (Yahoo! Messenger). Wajar, saat itu belum eksis yang namanya aplikasi instant messaging alternatif seperti eBuddy, Google Talk, Facebook Messenger, IM+, Palringo, WhatsAppBlackBerry Messenger, ChatON-nya Samsung, dan Catfiz yang made-in-Indonesia. Hingga yang akhir-akhir ini paling sering kita temui baik melalui pop-up iklan di smartphone, hingga menyita beberapa detik siaran televisi lokal, seperti  KakaoTalk, WeChat dan LINE.

China, Korea dan Jepang Terlibat “Perang” Cyber Melalui Aplikasi Instant Messaging

Ketiga aplikasi komunikasi chat mobile yang terakhir penulis sebutkan memang begitu gencar penetrasinya di tengah pengguna Indonesia akhir-akhir ini. Bahkan untuk LINE yang merupakan produk besutan Naver/NHN Japan sempat membuat banyak pemerhati jejaring sosial geleng kepala, karena mampu menjaring 100 juta user hanya dalam waktu satu setengah tahun saja! Lebih cepat dibandingkan prestasi Twitter atau Facebook dalam menggalang ratusan juta user mereka.

China, Korea dan Jepang Terlibat “Perang” Cyber Melalui Aplikasi Instant Messaging

Sebelum membicarakan ketiganya, penulis lebih suka melacaknya melalui perkembangan WhatsApp. Sejak dirilis pada Juli 2009, aplikasi yang dikembangkan oleh dua orang veteran Yahoo!, yaitu Brian Acton dan Jan Koum dan berbasis di Santa Clara, California, perlahan tumbuh dengan cara penyebaran dari-mulut-ke-mulut. Metode pemasaran yang sama seperti yang juga dijalankan Skype, karena memang baik si pengirim dan penerima pesan harus memiliki aplikasi tersebut.

China, Korea dan Jepang Terlibat “Perang” Cyber Melalui Aplikasi Instant Messaging

Awalnya gratis, walaupun kini di-charge 99-sen, alias kurang dari Rp. 10 ribu setahun, kamu sudah mendapatkan aplikasi yang menawarkan pesan teks gratisan tak terbatas antara kedua user, fungsi yang selama ini kita kenal melalui SMS pada ponsel tradisional, atau juga sama seperti apa yang sudah Skype lakukan untuk membawa fitur penggilan internasional melalui internet yang mudah dan murah kepada khalayak luas. Dan berkat fungsi awalnya yang mirip dengan SMS, WhatsApp juga diduga menjadi salah satu sebab kenapa perkembangan SMS di beberapa negara dengan pertumbuhan internet yang cepat, menurun sangat drastis.

China, Korea dan Jepang Terlibat “Perang” Cyber Melalui Aplikasi Instant Messaging

WhatsApp juga menjadi satu contoh aplikasi yang dikembangkan bukan atas dasar sokongan dana besar, bebas iklan dan juga promosi di awalnya, namun kini penggunanya sudah lebih dari 100 jutaan. WhatsApp memang tidak mengungkapkan berapa banyak pengguna mereka. Namun melihat dari jumlah download di beberapa pasar aplikasi setiap platform, khususnya Apple iTunes dan Google PlayStore yang melebihi 100 juta download, bisa diasumsikan pengguna WhatsApp sudah ada lebih dari 200 juta. Seandainya WhatsApp membangun platform sendiri di tengah antar muka aplikasi chatting-nya, mereka otomatis sudah menjaring ratusan juta user, dan siap menjadi sasaran empuk untuk iklan atau promosi lainnya. Namun ternyata sampai saat ini WhatsApp masih tetap bertahan tanpa sisipan iklan, dan sepertinya ke depannya pun developernya tidak ingin memasukkan iklan di sana, karena memang fokusnya adalah kesederhanaan antar muka seperti SMS.

China, Korea dan Jepang Terlibat “Perang” Cyber Melalui Aplikasi Instant Messaging

Berkaca dari sukses WhatsApp menjaring banyak user, kembali kita yakin pada fakta yang mulai berkembang setahun belakangan... masa depan berada di platform mobile. Dengan kekuatan internet di sebuah smartphone, kita mendapatkan layanan 24/7, atau yang akan tetap online walaupun terjadi suatu bencana hebat (seperti yang menjadi latar belakang dikembangkannya LINE), secara dramatis mampu merubah hidup, dan yang pasti juga membuat luasnya dunia ini menjadi lebih kecil dan lebih dekat. Dan tentu saja, juga lebih murah. Data terakhir, hingga 18 milyar pesan tercatat dikirimkan melalui sistem WhatsApp.

China, Korea dan Jepang Terlibat “Perang” Cyber Melalui Aplikasi Instant Messaging

Sepertinya prestasi tersebut cukup layak menempatkan WhatsApp sebagai instant messaging terbaik ya? Sebenarnya tidak juga, karena dua tahun belakangan, tidak hanya WhatsApp saja yang mencium celah perkembangan mobile tersebut, dan bukan hanya WhatsApp saja yang bisa dinikmati gratisan. Bagaimana dengan kompetitornya? Itulah yang akan kami ulas kali ini, tiga raksasa instant messaging dari Asia, yang jelas mengancam dominasi WhatsApp, yaitu LINE, KakaoTalk serta WeChat. Lebih tepatnya, ketiganya datang dari Jepang, Korea Selatan dan China. Dan yang membuatnya lebih baik dari WhatsApp adalah adanya fitur integrasi dengan jejaring sosial, sehingga menempatkan mereka “bukan sekadar” instant messaging, namun berkembang menjadi sebuah platform sosial baru dengan ratusan juta user.

Lanjut ke halaman 2 untuk LINE...

“I say ‘see you on LINE’ when I say goodbye to friends”

China, Korea dan Jepang Terlibat “Perang” Cyber Melalui Aplikasi Instant Messaging

LINE pertama kali diluncurkan 23 Juni 2011 oleh NHN Japan pasca gemba besar di Tōhoku yang juga memicu tsunami. Akibat bencana tersebut, jaringan komunikasi di Jepang sempat lumpuh, dan hanya jaringan data saja yang masih bisa digunakan. NHN Japan menyadari hal itu, dan mereka mendesain aplikasi yang bisa diakses di smartphone, tablet, dan juga desktop, yang memanfaatkan jalur koneksi data untuk memberi layanan instant messaging sekaligus panggunan suara seperti telepon.

Ide nama LINE itu sendiri juga didapatkan dari banyaknya orang yang berbaris (line = baris, antri) di telepon umum untuk mendapatkan akses komunikasi, karena di Jepang, telepon umum diprogram akan menjadi prioritas utama keseluruhan jaringan yang mengalami ganguan, selama terjadi atau pasca bencana gempa bumi.

China, Korea dan Jepang Terlibat “Perang” Cyber Melalui Aplikasi Instant Messaging

Pada perkembangannya, LINE bukan sekadar instant messaging saja, dan beberapa fitur baru yang diterapkan NHN Japan seperti Home dan Timeline untuk setiap akun, memang wajar membuat pengamat jejaring sosial berpaling padanya. Melalui fitur Timeline yang mulai dikenalkan 3 Juli 2012 lalu itu, user LINE secara tidak langsung mendapatkan wall mereka sendiri (seperti di Facebook), dimana mereka bisa menuliskan update status, gambar, atau video secara real-time pada teman-teman lain yang tergabung dalam akunnya, menjadikan fungsi tersebut seperti apa yang ditawarkan tipikal jejaring sosial. Selain Timeline, kamu juga menemukan fitur Home dimana di sana berdiam game center dan juga market khusus (seperti PlayStore atau iTunes Store) dimana kamu bisa membeli emoticon (dan juga stiker atau perangko), sebuah fitur yang sangat penting dan banyak disukai oleh banyak pengguna mobile di Asia.

China, Korea dan Jepang Terlibat “Perang” Cyber Melalui Aplikasi Instant Messaging

Dan berkat inovasi yang membuatnya berbeda dibandingkan instant messaging sejenis yang juga menyuguhkan fungsi “bertelepon secara gratis,” pengguna LINE terus membengkak. Pada November 2012 lalu pengguna LINE mencapai lebih dari 74 juta di seluruh dunia, dan terdeteksi dari 230 negara. Kemudian yang mencengangkan, kurang dari dua bulan, tepatnya 18 Januari 2013 kemarin, LINE mengumumkan jika pengguna mereka (yah, termasuk juga penulis sih, hehe!), sudah mencapai 100 juta user, atau sama saja mereka rata-rata menjaring 400 user setiap harinya. Mencapai 100 juta user hanya dalam waktu 19 bulan… lebih cepat dibandingkan Twitter (49 bulan) dan Facebook (54 bulan). User tersebut tersebar di banyak platform mobile yang didukung LINE, mulai iOS, Android, Windows Phone dan juga BlackBerry.

China, Korea dan Jepang Terlibat “Perang” Cyber Melalui Aplikasi Instant Messaging

Lantas apa yang dilakukan NHN Japan dengan user / pasar sebanyak itu dalam pelukan mereka? Menjadikan LINE sebagai platform game, yang mempermudah mereka mengenalkan game-game mobile seperti LINE POP dan LINE Bubble! Berkat sinergi tersebut, tercatat minggu kemarin kedua game casual tersebut sudah mencapai milestone di iTunes-nya Apple dan di-download hingga 20 juta kali untuk LINE POP dan 10 juta kali untuk LINE Bubble. Versi Android-nya pun demikian, di-download hingga 50 juta kali untuk LINE POP dan dan juga 10 juga kali untuk LINE Bubble.

China, Korea dan Jepang Terlibat “Perang” Cyber Melalui Aplikasi Instant Messaging

Untuk versi iOS-nya, Line Pop hanya perlu 56 hari meraih pencapaian tersebut, dan menembus ranking aplikasi yang mampu meraih 10 juta download dalam 12 hari perilisannya. Sedangkan Line Bubble mencapai 10 juta download dalam waktu 28 hari. Tentu saja, pencapaian tersebut tidak akan menjadi mudah seandainya NHN Japan tidak memiliki trik mem-push info link download game tersebut ke dashboard aplikasi LINE yang digunakan di smartphone, tablet atau desktop. Dengan user di Jepang tercatat mencapai 41.5 juta, dimana pengguna keseluruhan smartphone di Jepang sekitar 40 jutaan, menjadikan LINE sebagai aplikasi wajib pengguna smartphone, dan berpotensi menjadi sebuah platform mobile tersendiri. Data lainnya, di Thailand pengguna LINE mencapai 12.3 juta, dan di Taiwan ada 11.8 juta user.

China, Korea dan Jepang Terlibat “Perang” Cyber Melalui Aplikasi Instant Messaging

Selain sukses menjadikan LINE sebagai platform penyebar aplikasi mobile, NHN Japan juga terkenal kreatif membuat LINE berbeda melalui fitur stiker. Jika instant messaging tradisional hanya menyuguhkan emoticon standar, maka untuk LINE (dan kemudian juga diterapkan pada KakaoTalk) ini ada Sticker Shop selain emoticon standar dan emoji, dimana kita bisa membeli stiker virtual yang memperlihatkan penampilan emosi dengan lucu dan bervariasi. Selain gratis, ada stiker yang dijual dan bisa kita jadikan hadiah. Beberapa stiker juga dirilis bersamaan dengan momen atau event khusus. Seperti stiker yang dirilis gratis mengiringi pencapaian 100 juta user LINE 18 Januari 2013 lalu. Sayangnya, stiker gratisan seperti itu biasanya diberikan dalam batasan waktu, jadi jika tidak segera di-download, ya hilanglah kesempatanmu mengoleksinya.

LINE Play Promotion Movie

[LINE TVC] Group Chat_Indonesia

Lanjut ke halaman 3 untuk KakaoTalk...

Bukti Jika Demam K-pop Melanda Instant Messaging

China, Korea dan Jepang Terlibat “Perang” Cyber Melalui Aplikasi Instant Messaging

Beralih ke Korea, kita menemukan KakaoTalk. Dirilis pada 18 Maret 2010 oleh Kakao Corp., yang didirikan oleh Beom-Soo Kim, mantan CEO NHN Corporation (pendiri Hangame, yang kemudian bergabung dengan Naver.com untuk menciptakan NHN), perusahaan IT terbesar di Korea Selatan. KakaoTalk tercatat mampu meraih 57 juta user pada Agustus 2012 lalu (kini ada lebih dari 70 juta), dan dengan rata-rata 24 juga user diperkirakan menggunakan aplikasi ini secara aktif tiap hari, dengan lebih dari 3.4 milyar pesan dikirimkan setiap harinya.

China, Korea dan Jepang Terlibat “Perang” Cyber Melalui Aplikasi Instant Messaging

Ada beberapa alasan dibalik suksesnya KakaoTalk, seperti memungkinkan kita melakukan chat, panggilan gratis dan group call (hingga 5 orang). Kita bisa saling berbagi foto, video dan informasi kontak, dan semua data yang kita kirimkan diklaim terenkripsi – satu info yang perlu diungkapkan pada user, karena awalnya WhatsApp mengirimkan semua pesan kita dalam bentuk teks, yang dengan mudahnya bisa dilacak apa isinya. Selain itu, KakaoTalk juga menawarkan beragam emoticon dan theme, selain stiker yang juga menjadi salah satu andalannya LINE. Khusus untuk theme, menjadi satu-satunya yang menawarkan fitur tersebut diantara LINE atau WeChat.

China, Korea dan Jepang Terlibat “Perang” Cyber Melalui Aplikasi Instant Messaging

Seperti kedua kompetitornya dari China dan Jepang, aplikasi instant messaging ini bisa kamu manfaatkan secara Cuma-Cuma alias gratisan, dan tersedia untuk beberapa platform mobile seperti iOS, Android, Bada OS (milik Samsung), BlackBerry dan Windows Phone. Fungsi utama yang ditawarkan pun sama seperti WeChat atau LINE, yaitu komunikasi teks dan juga suara/telepon gratisan. Selain itu, kamu sebagai usernya juga bisa berbagi beragam konten dan informasi, mulai foto, video, pesan suara, link URL hingga informasi kontak.

China, Korea dan Jepang Terlibat “Perang” Cyber Melalui Aplikasi Instant Messaging

Seperti LINE dan WeChat, kamu bisa memanfaatkan jalur komunikasi data via Wi-Fi, 3G, dan 4G LTE untuk melakukan komunikasi chat secara personal, atau group chat. Apa yang membuatnya menarik tidak ada batasan pada jumlah user yang bisa bergabung dalam group chat. Bahkan dalam satu group chat tersebut user yang tergabung masing-masing bisa saling melakukan panggilan suara gratisan. Lebih jauh, seandainya seorang user tidak ingin mendapatkan panggilan group chat, dia bisa mengaktifkan tombol ignore.

China, Korea dan Jepang Terlibat “Perang” Cyber Melalui Aplikasi Instant Messaging

Secara keseluruhan KakaoTalk begitu mirip dengan LINE. Bisa jadi karena memang induknya sama, yaitu NHN Corporation. Seandainya KakaoTalk menerapkan fitur Timeline seperti LINE, otomatis keduanya bisa disebut kembar identik. Seperti LINE juga, kamu bisa melakukan panggilan gratis, membagikan informasi foto, video atau kontak, hingga menjadi platform untuk game-game khusus KakaoTalk. Hanya yang membedakan, Kakao memiliki fungsi panggilan suara untuk beberapa pengguna sekaligus, alias conference call, yang mendukung hingga 5 user melalui VoiceTalk. Kemudian ada fungsi Walkie-talkie, dimana kamu bisa merubah defaut tombol send menjadi tombol perekam mic, dimana ketika ditahan kamu bisa merekam suaramu, lepaskan tombolnya, dan pesan suara langsung dikirimkan.

China, Korea dan Jepang Terlibat “Perang” Cyber Melalui Aplikasi Instant Messaging

Jika LINE tampilan antar mukanya nuansanya selalu sama, maka untuk KakaoTalk kamu bisa men-download theme-theme tambahan (hanya untuk iPhone dan Android). Serta yang menjadi salah satu kelebihannya, sekaligus jati diri sebagai instant messaging asli Korea, ada menu khusus Plus Friends, yang mengumpulkan akun resmi banyak artis K-pop atau artis lokal yang dengan mudah bisa kamu follow dan tambahankan ke daftar temanmu, sehingga kamu bisa menerima update seperti video, berita dan jadwal tour mereka selain juga kemungkinan mendapatkan theme dan emoticon gratisan dari mereka – mirip-mirip lah dengan cara LINE menyediakan banyak akun ofisial artis-artis lokal dan Korea, namun untuk KakaoTalk yang di-boost adalah artis Korea.

China, Korea dan Jepang Terlibat “Perang” Cyber Melalui Aplikasi Instant Messaging

Kemudian satu fitur instant messaging modern yang mempermudah kita dalam menemukan user lainnya, KakaoTalk memberi opsi sinkronisasi data contact yang terdaftar pada daftar kontak gadget kita yang juga menggunakan layanan KakaoTalk, dan otomatis menambahkannya untuk kita. Selain kamu juga masih bisa mencari teman lain melalui KakaoTalk ID (yang didapat ketika pertama kali mendaftar akun kakaoTalk),  tanpa perlu harus mengetahui nomor telepon masing-masing yang digunakan ketika mendaftar akun KakaoTalk – seperti WhatsApp misalnya, kamu otomatis perlu mengetahui nomor telepon temanmu untuk bisa menambahkannya ke daftar kontak WhatsApp-mu.

China, Korea dan Jepang Terlibat “Perang” Cyber Melalui Aplikasi Instant Messaging

Seperti WhatsApp, KakaoTalk memberi satu kelebihan untuk menyimpan semua pesan chat, baik ke dalam akun email, atau ke memory SD, walaupun sayangnya, kita tidak bisa me-restore-nya nanti ketika ingin berganti smartphone/tablet. Sayangnya lagi, data pesan yang kamu backup tersebut tidak terenkripsi (berformat file teks biasa), dan bisa dengan mudah dibuka dan dibaca orang lain. Namun aplikasi ini juga menawarkan kunci password ketika mengaktifkan KakaoTalk, menghindari orang lain bisa merubah data-data pribadimu ketika dengan mudah dia mengakses aplikasi ini melalui tablet atau smartphone-mu.

KakaoTalk : KakaoTalk with Sherina Munaf

Lanjut ke halaman 4 untuk WeChat...

Jejaring Sosial China Merambah Indonesia

China, Korea dan Jepang Terlibat “Perang” Cyber Melalui Aplikasi Instant Messaging

Senada dengan LINE, WeChat juga dikembangkan berbasis aplikasi mobile, dengan fungsi utamanya juga untuk komunikasi tulisan dan suara. Dikembangkan oleh raksasa internet China Tencent, WeChat bisa diakses oleh pengguna Android, iPhone, BlackBerry, Windows Phone, dan Symbian. Dukungan bahasa yang cukup banyak (China, Inggris, Indonesia, Spanyol, Portugis, Thailand, Vietnam, dan Rusia) juga membantu aplikasi instant messaging ini makin cepat populer. Di Indonesia Tencent bekerjasama dengan MNC Media untuk menjaring lebih banyak user dari Indonesia.

China, Korea dan Jepang Terlibat “Perang” Cyber Melalui Aplikasi Instant Messaging

Aplikasi ini awalnya diluncurkan sebagai Weixin di China pada Januari 2011, dan berlanjut pada Oktober 2011 versi internasionalnya dengan banyak pilihan bahasa dirilis, sekaligus menandai rebranding nama Weixin menjadi WeChat pada April 2012. Tujuannya jelas, aplikasi instant messaging yang dijejali banyak unsur jejaring sosial ala Facebook ini (dengan menyediakan wall/profil khusus yang disebut Moments, atau disebut Timeline di LINE) ingin memperluas jangkauan pasar luar China seperti Indonesia dan India, dan bahkan pasar Barat. Seperti banyak instant messaging modern lainnya, WeChat begitu cepatnya menjaring pengguna. Diklaim sudah ada lebih dari 200 juta user hingga Maret 2012 lalu, dan data terakhir Januari 2013 sudah berkembang menjadi 300 juta pengguna. Sebagian besar pengguna WeChat berasal dari China, sebuah negara dengan satu milyar pengguna internet mobile. Dan menurut data terakhir, Weixin/WeChat itulah yang menjadi alasan lambatnya perkembangan SMS tradisional di China, berbanding terbalik dengan perkembangan pesat aplikasi instant messaging.

China, Korea dan Jepang Terlibat “Perang” Cyber Melalui Aplikasi Instant Messaging

Untuk mendukung semua fitur pertukaran informasi yang ditawarkannya, WeChat bisa berfungsi menggunakan jalur komunikasi data via Wi-Fi, 3G, atau bahkan 4G LTE bagi negara yang operator selularnya sudah menyediakan data 4G. Dengan kanal data tersebut, kamu bisa menggunakan WeChat untuk komunikasi multimedia yang fleksibel, selain mengirimkan pesan tulisan/teks yang menjadi fitur utamanya. Pesan suara dengan cara hold-to-talk, pesan broadcast, berbagi data kontak, berbagi foto/video, atau bahkan juga berbagi lokasi memanfaatkan data GPS bisa dilakukan WeChat.

China, Korea dan Jepang Terlibat “Perang” Cyber Melalui Aplikasi Instant Messaging

Tencent juga mengambil langkah senada dengan LINE, yang berusaha memasukkan unsur jejaring sosial ke dalam antar muka aplikasi mereka tersebut. Melalui versi terbarunya, WeChat mendukung fungsi social networking eksternal dengan metode feeds yang di-streamingkan, sehingga kamu masih bisa mengetahui update terkini dari jejaring sosial yang kamu ikuti. Kemudian juga diterapkan plug-in sosial berbasis penanda lokasi ('Shake', 'Look Around', dan 'Drift Bottle') untuk berkomunikasi dan berteman dengan pengguna WeChat, baik yang dari sekitar kita, ata bahkan teman insternasional di luar Indonesia. Ketiga plugin tersebut, selain emoticonnya yang bisa bergerak (animasi), menjadi beberapa fitur WeChat yang membedakannya dengan LINE dengan KakaoTalk. Khusus untuk plug-in-nya penulis sukai, karena membantu kita mencari teman baru di luar daftar kontak, karena yang muncul berdasarkan lokasi terdekat mereka dari posisi kita saat ini – menggunakan penanda GPS atau penanda tower operator selular.

China, Korea dan Jepang Terlibat “Perang” Cyber Melalui Aplikasi Instant Messaging

WeChat juga menawarkan pada semua usernya opsi ala Instagram, atau yang baru-baru ini juga dilakukan Twitter, fasilitas mengedit foto yang kita ambil dan akan di-upload, dengan beberapa template filter yang sudah disediakan. Cocok bagi mereka yang narsis dan suka berbagi foto bernuansa vintage, karena media yang akan dibagikan dengan pengguna WeChat lainnya itu bisa di-edit dengan filter, ditambah caption khusus, dikumpulkan dalam sebuah jurnal foto (semacam album khusus) sebelum akhirnya didistribusikan pada teman-temanmu yang lainnya.

Berhubungan dengan sarana berbagi foto tersebut, apa yang juga menjadi dilema pengguna Instagram khususnya, dan jejaring sosial pada umumnya adalah jaminan privasi akan konten yang mereka bagikan. Tencent sendiri menegaskan jika data user (termasuk kontaknya yang di-upload ke server WeChat, untuk mendata siapa saja teman-teman user yang juga menggunakan WeChat) dilindungi melalui on-demand contact list backup dan retrieval (penyimpanan dan pengambilan datanya berdasar atas permintaan kita), dan datanya disimpan ke dalam layanan cloud.

China, Korea dan Jepang Terlibat “Perang” Cyber Melalui Aplikasi Instant Messaging

Untuk menjadi user WeChat, kamu bisa melakukan registrasi melalui Facebook Connect, SMS/VM dari ponsel, atau website Tencent QQ. Sangat menarik, karena WeChat menjadi aplikasi web pertama yang dibuat untuk pasar China, namun juga bisa diakses pengguna internasional dalam bahasa Inggris, dan juga terintegrasi dengan Facebook Connect, yang mana seperti kita ketahui Facebook menjadi salah satu situs yang diblokir oleh “dinding digital” China.

WeChat the New Way To Connect

Lanjut ke halaman 5 untuk membandingkan instant messaging tersebut...

Masa Depan Instant Messaging Berada di Asia

China, Korea dan Jepang Terlibat “Perang” Cyber Melalui Aplikasi Instant Messaging

Dengan begitu banyaknya fitur yang ditawarkan LINE, KakaoTalk dan WeChat, sulit bagi kita untuk tidak tertarik meng-install aplikasi tersebut ke dalam smartphone atau tablet, dan mulai berkomunikasi gratis dan memainkan game, hingga menjangkau user yang jaraknya sangat jauh dari lokasi dimana kita berada, entah itu di Asia, atau bahkan di Benua Eropa dan Amerika, dengan sangat mudah dan murah. Wajar jika pertumbuhan user instant messaging yang memasukkan unsur jejaring sosial tersebut begitu pesatnya.

China, Korea dan Jepang Terlibat “Perang” Cyber Melalui Aplikasi Instant Messaging

Sementara itu, WhatsApp yang memang menjual kesederhanaan tampilan dan kepraktisan sebuah SMS, menurut penulis juga masih menjadi idola karena cukup ringan untuk dioperasikan pada kebanyakan tipe smartphone/tablet. Sedangkan instant messaging lain yang juga membawa nuansa jejaring sosial, bakal menyedot resource hardware-mu dengan cepat. Dan rumornya, WhatsApp juga bakal terjum ke bisnis platform game seperti LINE dan KakaoTalk nantinya, dan menyediakan game khusus yang dimainkan melalui WhatsApp, dengan status permainanmu bisa di-share melalui WhatsApp.

China, Korea dan Jepang Terlibat “Perang” Cyber Melalui Aplikasi Instant Messaging

Selain itu, kita juga tidak bisa melupakan Catfiz, hasil karya developer Indonesia tersebut juga memiliki userbase dan fitur khusus yang membuatnya berbeda dibandingkan para “raksasa Asia” lainnya, seperti opsi untuk memberi LIKE atau comment pada suatu update status.

Dan dari beberapa pilihan tersebut dengan semua kelebihan dan kekurangannya, mana yang bakal kamu pilih dan pertahankan sebagai sarana messaging utama di smartphone/tablet-mu? Berikut kami berikan panduan perbandingan fitur instant messaging mobile terpopuler dunia, dengan harapan bisa membantumu menentukan mana yang akan install dan manfaatkan fiturnya. Saran kami, pilih satu atau dua saja yang fiturnya paling cocok dan memang kamu butuhkan. Karena memang mereka semua “sangat rakus” menyita resource memory smartphone/tablet, dan pasti rentan membuat gadget-mu menjadi lambat jika semuanya ter-install dan berjalan bersamaan.

China, Korea dan Jepang Terlibat “Perang” Cyber Melalui Aplikasi Instant Messaging

Artikel terkait

ARTIKEL TERBARU