Baca artikel Duniaku lainnya di IDN App
For
You

Enam Tahun GGWP: Perspektif dari Mecca, sang Creative Writer

Mecca Medina GGWP 01.jpg
Mecca Medina, creative writer GGWP. (Dok. IDN, GGWP)

Pekan ini, pada 15 Juli 2025, GGWP resmi memasuki usia keenam.

Enam tahun tentu bukan waktu yang singkat, terutama di industri media digital, di mana tren bisa berubah secepat update patch, dan platform berganti secepat algoritma berubah.

Selama perjalanan itu, para jurnalis dan penggerak GGWP telah melewati berbagai perubahan besar: tren game yang silih berganti, masa sulit pandemik COVID-19, hingga adaptasi strategi perusahaan di tengah dunia yang terus bergerak cepat.

Untuk menggali kisah di balik layar dan memahami bagaimana media eSports ini bisa bertahan dan terus tumbuh, saya berbincang dengan beberapa sosok penting dari GGWP.

Salah satunya? Creative Writer GGWP, Mecca Medina.

1. Kisah Mecca Medina, jurnalis media wibu yang jadi jurnalis esports

Mecca Medina GGWP 02.jpg
Mecca Medina, creative writer GGWP. (Dok. IDN, GGWP)

Apakah semua jurnalis eSports awalnya memang gamer kompetitif? Expert MLBB dan game sejenis?

Untuk Mecca, kasusnya tidak seperti itu. Dalam obrolan kami di hari Rabu, Mecca mengakui dia berlatar belakang dari media wibu, dan bahasannya biasanya anime, sebelum dia masuk ke GGWP.

Mecca masuk ke GGWP di tahun 2020an, di tengah pandemik COVID-19. Dan itu pun dia mengatakan, "Awalnya tuh posisi aku tuh sebagai creative writer buat anime manga. Tapi 2-3 tahun di sini, dianjurkanlah untuk coba dunia eSports."

Bahkan, Mecca ternyata belum pernah main game MOBA, game dengan skena eSports terbesar di Indonesia, sebelum dia jadi Creative Writer GGWP.

Bukankah ini berarti latar belakang yang menarik?

"Kamu masuk sebagai writer anime, tapi kudu merambah ke eSports?" tanya saya mendengar ceritanya, agak takjub. Saya pun menanyakan apakah dia jadi harus belajar seperti games-nya, skena pro, dan komunitas?

Mecca pun mengakui di GGWP ya tentu dia harus belajar soal game-nya. Namun latar belakangnya membuat dia biasanya menghadapi liputan eSports dari angle berbeda.

Dalam situasi macam konferensi pers atau sesi tanya jawab, yang dia tanya bukan masalah teknis. "Tapi kaya lebih ke flow pertandingan secara keseluruhan gitu," dia berkata. "Dan mungkin kaya lebih eksplor ke psikologi pemainnya juga, gitu.

Perjalanan Mecca bukan hanya menunjukkan fleksibilitas seorang jurnalis, tapi juga memperlihatkan bagaimana keragaman latar belakang bisa memperkaya cara media menceritakan dunia kompetitif yang seringkali hanya dilihat dari kill score dan draft pick.

2. Titik Balik: saat Mecca merasa sah menjadi jurnalis eSports

Mecca Medina di Award.png
Ketika Mecca menjadi nominasi MPL ID Industry Awards 2023. (Dok. MPL)

Setelah mendengar kisah Mecca Medina, yang berlatar media anime namun kini berkecimpung di dunia eSports, saya pun tak bisa menahan rasa penasaran. Di tengah semua transisi itu, kapan sebenarnya ia merasa “resmi” menjadi jurnalis eSports?

Saya pun bertanya, “Dengan situasi seperti itu, dari yang tadinya bukan jurnalis eSports terus jadi sering bahas eSports… apa ada satu momen di mana kamu merasa, ‘oke, gue udah jadi jurnalis eSports sekarang’?”

Mecca tersenyum, lalu menjawab tanpa ragu:

"Momen ketika gue ngerasa gue bisa dibilang jurnalis eSports adalah ketika dulu masuk nominasi MPL Industry Awards pertama. Kategori Best Journalist waktu itu. Gak menang sih, tapi kaya di situ tuh gue ngerasa wah ini pekerjaan gue bisa membawa impact bagi industri nih. Berarti sudah mengamalkan Timmyness."

Timmyness adalah sebuah guidelines terkait budaya kerja, visi dan misi di IDN, untuk pembaca yang belum tahu.

Pernah jadi nominasi di kategori Best Journalist dalam acara award, itu berarti Mecca jelas sering terlibat dalam liputan. Kadang dia harus cover event sampai dini hari, entah karena eventnya memang malam atau dia mengawasi event esports internasional di zona waktu berbeda. Bahkan liputan akhir pekan pun jadi hal yang mungkin biasa bagi dia.

"Apa ada cerita menarik dari pengalaman seperti itu? Mungkin bikin lelah, tapi juga memuaskan?"

Mecca uniknya mengakui kalau liputan malam maupun liputan weekend itu gak bikin capek. Malah dia merasa kaya main-main aja.

Baginya, yang justru membuat pekerjaannya lebih berwarna adalah variasi tugas. Tak hanya eSports, kadang ia juga ditugaskan meliput konser musik, pemutaran film, atau event pop culture lain.

“Itu sih yang bikin seru,” ujarnya. “Oke, capek dari pagi sampai malam, tapi worth it banget.”

Dan saat berbicara soal liputan luar negeri, matanya berbinar.

“Pernah ke M Series di Filipina dan Malaysia. Itu kerja, ya, bukan liburan—kerja dari pagi sampai malam. Tapi tetap enjoy. Karena ya, sambil jalan-jalan juga.”

Momen-momen itu—dari malam yang panjang hingga terbang ke luar negeri untuk meliput skena kompetitif—perlahan membentuk dirinya. Dari penulis anime menjadi salah satu jurnalis eSports yang diakui di industri.

Sah? Rasanya bukan cuma sah. Mecca Medina telah menjadi bagian dari cerita eSports Indonesia itu sendiri.

3. Mimpi yang menjadi nyata

Mecca Medina dan Yozhman.jpg
Mecca Medina, creative writer GGWP, dan Yozhman dari Gamechanger Studio. (GGWP/Mecca Medina)

"Dulu," Mecca bercerita. "Salah satu mimpi gue tuh adalah kerja di media game ya. Karena dulu gue suka banget baca Gamestation, Hotgame, dan berbagai macamnya."

Setelah kuliah, dan kerja di beberapa media, mimpi Mecca itu tercapai dengan dia masuk GGWP.

Apakah dia, yang tadinya berkecimpung di media wibu, mendapat perubahan perspektif setelah kerja di GGWP mulai dari era COVID hingga 2025 ini, dimana GGWP sudah enam tahun?

Mecca merasa dari perspektif tidak banyak berubah. Namun mata dia terbuka soal Mobile Legends.

Sebagai bukan pemain MOBA, dia mengakui dulu meremehkan MLBB. Namun dia kini sudah bisa melihat langsung, meraskaan langsung, soal betapa banyaknya orang yang berjuang untuk bisa make it big di eSports lewat game itu. Dia melihat kisah zero-to-hero dimana sosok dari daerah yang tadinya kurang dikenal bisa jadi pemain top dengan gaji luar biasa.

Dia melihat para talent dengan berbagai pekerjaan, seperti jualan sate, jadi talent top.

Dia pun menyadari bahwa banyak orang yang menikmati kesuksesan berkat MLBB. "Kesuksesan orang-orang di dalamnya itu real, itu nyata, dan itu elu gak bisa menafikkan."

Sebagai jurnalis yang telah beberapa tahun meliput eSports, ia tidak hanya melihat statistik atau highlight pertandingan. Ia menyaksikan perubahan hidup, kerja keras, bahkan pengorbanan dari para pelaku industri.

Ia pun membandingkan dengan masa lalu. “Dulu, zaman 2000-an, kalau ada turnamen game, orang bisa nyinyir. Kayak... ngapain sih main game dibayar?”

Bahkan orang tuanya sendiri sempat ragu. “Mama nggak bangga waktu Mecca juara Winning Eleven,” kenangnya sambil tertawa getir.

Namun sekarang, segala sesuatunya mulai berubah. eSports kini punya panggung, punya dampak ekonomi, bahkan diakui secara nasional. Meski masih panjang jalan yang harus ditempuh untuk mendapatkan legitimasi penuh, Mecca percaya: dibanding satu dekade lalu, perkembangan ini luar biasa.

It's still a long way to go, tapi udah jauh lebih baik lah dari 10–20 tahun sebelumnya,” tutupnya.

4. Harapan untuk masa depan

mecca medina.jpg
Foto Mecca Medina. (Dok. GGWP/Mecca Medina)

Jadi, apakah Mecca punya harapan soal jurnalisme game sama esports Indonesia ke depan?

"Gue harap media eSports bisa mengangkat topik-topik yang mungkin luput pandang fans awam. Tugas kita sebagai media itu adalah mencari cerita yang gak cuma menjual, tapi juga membawa value, punya makna juga gitu buat si eksosistem esports itu. Jadi kita saling dukung gitulah satu sama lain."

Menurut Mecca, sebagai media kita ada tanggung jawab bukan hanya meramaikan, tapi juga memberikan edukasi.

Bahkan meski MLBB, misalnya, punya reputasi dimainkan bocah, pembaca GGWP itu tidak bodoh. Sebagai jurnalis eSports, Mecca merasa tidak bisa mencekoki pembaca dengan sampah yang dibungkus jadi berita.

"Jadi kita harus kasih sesuatu yang ada 'daging'-nya," dia menutup.

Lalu saya iseng bertanya sebelum sesi ngobrol kami berakhir. "Katakan kamu bisa mengirim pesan ke diri kamu di era COVID. Kamu masih fresh, masuk jadi Creative Writer baru GGWP. Apa yang akan kamu sampaikan ke Mecca di masa lalu ini?"

Dia tertawa. "Gua cuma bakal bilang, elu bakal suka di sini sih."

5. Sebuah penutup

Perjalanan Mecca mungkin dimulai dari mimpi sederhana: bekerja di media game, seperti yang dulu ia baca di majalah-majalah favorit masa kecilnya. Tapi yang ia temukan di GGWP bukan sekadar pencapaian impian, melainkan panggilan, untuk menyuarakan cerita-cerita yang layak dibaca, yang berisi, dan yang bermakna.

Enam tahun sudah GGWP hadir dalam skena eSports Indonesia, dan Mecca menjadi saksi bagaimana industri ini tumbuh dari sisi yang jarang dilihat publik. Ia menyaksikan transformasi Mobile Legends dari game yang kerap diremehkan menjadi ruang perjuangan nyata bagi para pemain, talent, hingga tim media.

Lebih dari itu, Mecca memahami bahwa media punya posisi penting dalam ekosistem ini. Ia menolak menyederhanakan pembaca sebagai angka atau klik. Baginya, di balik setiap tayangan, ada peluang untuk membuat eSports Indonesia tumbuh lebih sehat: dengan informasi, edukasi, dan keberanian untuk tidak sekadar ikut arus.

Mecca tak menjanjikan semua akan selalu mudah. Tapi jika ada satu hal yang bisa ia pastikan setelah bertahun-tahun menulis, menyunting, dan menyelami dunia ini, itu adalah rasa cinta yang tulus terhadap pekerjaannya.

Karena pada akhirnya, seperti yang ingin ia katakan kepada dirinya di masa lalu:

“Lo bakal suka di sini.”

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fahrul Razi Uni Nurullah
EditorFahrul Razi Uni Nurullah
Follow Us

Latest in Geek

See More

Galeri Cosplay AFASG 2025, Didominasi Berbagai Genre!

04 Des 2025, 15:30 WIBGeek