Seminar BEKRAF Game Prime: Jangan Asal Masukkan Unsur Budaya ke Game-mu!

Merasa game budaya Indonesia harus kental dengan unsur wayang dan batik? Eits, jangan salah! Simak dulu pembahasan dari developer DreadOut dan INheritage di sini

Seminar BEKRAF Game Prime: Jangan Asal Masukkan Unsur Budaya ke Game-mu! ki-ka: Arya Wiryawan Wibowo, editor-in-chief Duniaku.net selaku moderator; Ajie Santika, Tinker Games; Rachmad Imron, Digital Happiness[/caption]

Acara kumpul berbagai developer game Indonesia BEKRAF Game Prime 2016 akhirnya dibuka pada Selasa 29 November kemarin dan berlangsung hingga hari ini, Rabu 30 November 2016. Digelar di Balai Kartini, Jakarta Selatan, selain dipenuhi booth-booth milik developer lokal acara Game Prime ini juga diramaikan dengan beragam panel dan seminar menarik.

Bicara soal game lokal karya anak Indonesia, seringkali orang-orang menginginkan game buatan Tanah Air memiliki unsur budaya yang kental. Tapi, untuk bisa menyampaikan pesan sebagai game budaya Indonesia secara efektif ada cara yang tepat, di mana dibahas dalam seminar satu ini.

Seminar "Introducing Cultural Elements: Do's and Don't" dibawakan oleh Ajie Santika dari Tinker Games dan Rachmad Imron dari Digital Happiness. Tentunya kedua developer ini sangat cocok untuk membahas topik ini karena karya mereka, INHeritage dan DreadOut, merupakan dua judul game budaya Indonesia yang tidak cuma kental dengan unsur budaya lokal tetapi juga populer di luar Indonesia.

Selama sesi seminar, Ajie dan Imron menekankan untuk tidak menampilkan sisi budaya dalam game secara eksplisit. Karena pada dasarnya, jika pengguna belum bisa merasa "engage" dengan game yang mereka mainkan maka mereka juga tidak akan peduli dengan konten yang ada dalam game tersebut.

"Aspek budaya itu penting-nggak-penting sih. Agak overrated, sebenernya," bilang Imron, saat ditanyakan mengenai aspek budaya apa yang ditonjolkan dalam DreadOut.

Seminar BEKRAF Game Prime: Jangan Asal Masukkan Unsur Budaya ke Game-mu!

"Kita buat game yang bagus saja terlebih dahulu, setelah itu barulah urusan elemen budaya bisa dimasukkan atau nggak, itu urusan belakangan," jelasnya.

Aji sendiri setuju, namun untuk INheritage mereka memiliki pendekatan yang berbeda. Saat banyak orang yang menganggap game budaya Indonesia harus identik dengan budaya pewayangan dan batik, mereka malah memilih mengangkat motif budaya lain selain wayang seperti budaya Jawa Barat -- bahkan sampai sang karakter utama, Nala, dibuat perempuan karena Bandung terkenal akan "mojang-mojang"nya. Dan juga referensi budaya populer, penggunaan warna putih-biru untuk karakter utama dan oranye untuk musuh utama, merujuk pada dua tim sepak bola Indonesia yang kerap kali ribut.

Dalam mengambil tema budaya, mereka juga memperingatkanmu untuk berhati-hati serta selalu melakukan riset dan mempelajari sejarah aslinya agar tidak menyinggung dan bisa mempertahankan argumenmu kalau-kalau ada yang menyerang cerita yang telah kamu buat.

Seminar BEKRAF Game Prime: Jangan Asal Masukkan Unsur Budaya ke Game-mu!

BEKRAF Game Prime 2016 sendiri merupakan bentuk evolusi dari Game Developers Gathering (GDG) yang setiap tahun menjadi ajang berkumpulnya para pelaku industri game di Indonesia, menjadi salah satu event business-to-business (B2B) industri game yang terbesar di Asia Tenggara.

BEKRAF Game Prime 2016 sendiri merupakan proyek kolaborasi terbesar antara Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF), Duniaku Network, Asosiasi Game Indonesia (AGI), Dicoding, Toge Productions, GCM, dan IndieGames.com. Event ini juga didukung secara penuh oleh Futurist Foundation, Yayasan Futurist Indonesia, GCM Sdn Bhd, KotakGame, Uber, dan Go-Life sebagai partner strategis, serta Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai partner dari pemerintah. BEKRAF Game Prime 2016 disponsori oleh Unity, Biznet, Agate Studio, Touchten Games, Microsoft, Gameloft, Forrest Interactive, Freakout, VMAX, Garena, POKKT, MSI, Megaxus, Krunchisoft, Uber, Samsung, Unipin, LINE dan Tokopedia.

Artikel terkait

ARTIKEL TERBARU