Kenapa Major Event di Girls' Frontline "Ditakuti"? Ini 5 Alasannya
Sajikan tantangan lebih sulit dan cerita yang makin kelam
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Beberapa game mobile memperkenalkan major event setiap beberapa bulan sekali untuk membuat gamer semakin antusias memainkan game-nya. Setiap major event menawarkan sistem gameplay baru dan tantangan yang lebih sulit. Meski demikian, hadiah yang kamu dapatkan pun tak kalah menarik.
Uniknya, di game Girls' Frontline, major event justru jadi momok yang "menakutkan." Banyak gamer yang mengaku belum siap menghadapi major event karena berbagai alasan, misalnya kekurangan resource dan belum mempersiapkan pasukan mereka. Sebenarnya seberapa "menakutkan"-nya kah major event di Girls' Frontline?
1. Major event hadirkan musuh tangguh dan mekanika gameplay baru
Major event di Girls' Frontline selalu menghadirkan musuh-musuh jenis baru yang tidak hanya kelihatan mengintimidasi, namun juga dilengkapi serangan yang sangat mematikan.
Ambil contoh di event Arctic Warfare yang jadi debut Jupiter Cannon, sebuah meriam railgun yang bisa membabat pasukan kamu dalam sekali tembak. Lalu ada juga Goliath di event Deep Dive, yaitu drone bunuh diri yang bisa meledakkan diri dan menghasilkan instant kill!
Tapi tenang, unit-unit tersebut bisa diatasi jika bisa memanfaatkan mekanika gameplay baru yang dikenalkan untuk mengalahkan unit tersebut. Misalnya untuk Jupiter Cannon, meriam tersebut bisa dimatikan dengan cara mengambil node yang mengelilinginya. Untuk Goliath, drone menyebalkan ini masih bisa dihancurkan jika kamu punya pasukan yang cukup kuat atau menggunakan Force Shield untuk menetralisir damage ledakannya.
2. Major event perkenalkan fitur tambahan pengubah meta
Musuh-musuh di major event Girls' Frontline memang sulit dikalahkan dengan susunan pasukan yang ada saat ini. Untuk menyeimbangkan game-nya, kamu juga akan diberikan berbagai fitur baru yang akan mengubah taktik dan cara bermainmu.
Misalnya di event Deep Dive, dikenalkan unit Fairies yang bisa memperkuat pasukan kamu. Fairies memiliki skill pasif dan aktif yang bisa memberikan tambahan kekuatan. Skill aktif ini punya berbagai macam fungsi, mulai dari memanggil serangan mortar hingga menambah utilitas seperti teleport. Memperkuat Fairies bukan perkara mudah karena mereka butuh EXP dalam jumlah besar, dan memiliki sistem upgrade yang bisa menguras resource.
Salah satu fitur baru yang menjadi game changer di Girls' Frontline adalah Heavy Ordnance Corps yang muncul di event Continuum Turbulence. Fitur ini menampilkan jenis pasukan baru yang menggunakan persenjataan berat seperti mortar, roket, dan pelontar granat. Keunikan HOC adalah ia hanya bisa diturunkan di helipad khusus, tidak bisa menyerang langsung (hanya bisa menjadi support pasukan normal), dan upgrade-nya akan memakan resource dalam jumlah besar.
Baca Juga: Senjata PUBG Mobile Jadi Cewek Cakep? Ini 15 Gadis PUBG dari Girls Frontline!
3. Major event jadi tempat diadakannya ranking mode
Tak hanya menyajikan single player campaign yang menantang, major event Girls' Frontline memungkinkan kamu bertarung dengan gamer lain memperebutkan posisi satu dalam ranking mode.
Dalam mode ini, kamu diminta untuk bertahan dari serangan musuh selama beberapa turn. Kamu akan mendapatkan poin setiap kali mengalahkan musuh dan mengumpulkan suplai tambahan, namun poin akan berkurang jika kamu memperbaiki pasukan atau mundur dari pertempuran. Ranking mode ini jadi incaran karena berhadiah Fairies atau equipment eksklusif yang jarang muncul di event-event lain!
4. Major event menguras resource dan punya jeda singkat antara event-nya
Ini yang menjadi alasan utama kenapa banyak gamer yang takut dengan major event di Girls' Frontline. Game ini memiliki 4 jenis resource utama: Manpower, Ammo, Rations, dan Parts. Semua aktivitas di Girls' Frontline, mulai dari membangun T-Doll dan equipment, mengirim pasukan untuk bertarung, hingga memperbaiki T-Doll, akan menghabiskan resource tersebut.
Major event sering kali menjadi menjadi beban bagi yang sedang mengumpulkan resource. Proses trial-and-error dalam melawan bos, grinding untuk mendapatkan hadiah langka, hingga memperbaiki pasukan di tengah misi akan sangat menguras resource. Jika saat event dimulai resource yang dikumpulkan tidak cukup, maka resource akan habis di tengah jalan dan kamu tidak akan bisa bermain. Belum lagi ditambah jeda antara major event kini berjarak kurang lebih tiga bulan, dan jumlah waktu tersebut dirasa cukup kurang untuk memulihkan resource.
5. Major event lanjutkan petualangan tokoh utama Girls' Frontline
Setiap major event Girls' Frontline akan melanjutkan cerita utama game tersebut. Beberapa major event awal seperti Arctic Warfare dan Operation Cube biasanya menampilkan cerita sampingan dengan skala besar ala-ala film Naruto. Namun semenjak event Deep Dive, cerita yang disajikan jauh lebih serius, kelam, dan depresif.
Puncaknya adalah pada event Singularity yang menampilkan perubahan drastis pada sisi narasi dan suasana cerita. Tokoh utama M4A1 yang awalnya gugup dan kurang percaya diri, berubah menjadi pembunuh berdarah dingin yang punya misi balas dendam. Intrik, twist, dan konspirasi menjadi santapan utama, belum ditambah Singularity menguak plot penting yang melatar belakangi semua kejadian penting di game Girls' Frontline.
Dengan kehadiran Continuum Turbulence di bulan Februari ini, yang akan melanjutkan tren major event Girls' Frontline; serta event kolaborasi Gunslinger Girls yang diperkirakan akan mengedepankan intrik dan drama serumit serial anime-manganya, major event di Girls' Frontline akan terus menghantui para gamer yang memainkannya. Namun jika kamu bisa mempersiapkan diri sematang mungkin, kamu tidak akan kesusahan dalam menyelesaikannya.
Baca Juga: Harus Tahu, Inilah 4 Ciri Game Mobile yang F2P Friendly