Berawal dari Asisten Lab, Pria ini Sekarang Sukses Jadi Produser Game!
Dari asisten lab di kampus, pria ini sukses menjadi produser game!
Industri kreatif di Indonesia digawangi oleh banyak orang yang berlatar belakang unik. Salah satunya adalah seorang pria yang dulu mengawali karir sebagai asisten lab di kampusnya, namun kini menjadi produser game dari Touchten.
Kisah yang akan membuat kamu semangat dalam berkarir di industri game ini dibawakan oleh Game Producer Touchten, Albertus Agung. Dirinya menyampaikan pengalaman semasa sekolahnya dalam kegiatan Campus Checkpoint, yang digelar di Universitas Indonesia, dihadapan ratusan mahasiswa serta mahasiswi fakultas tehnik komputer.
[duniaku_baca_juga]
Albertus mengaku, jika dirinya tidak berasal dari keluarga yang kaya raya. Bahkan, untuk melanjutkan jenjang pendidikannya saja, orang tuanya wajib membanting tulang dengan sangat keras.
“Saya sadar bahwa keluarga saya bukanlah orang kaya raya. Untuk melanjutkan pendidikan saya saja, orang tua harus bekerja dengan sangat kerasnya. Hal tersebut menjadi semangat saya untuk melakukan banyak hal dalam memenuhi kebutuhan hidup,” tutur Albertus.
Albertus Agung, Game Producer Touchten[/caption]
Pada awalnya, pria lulusan ilmu komputer Universitas Binus tersebut tidak memiliki ketertarikan terhadap dunia IT. “Saya tidak terpikir sebelumnya untuk menjadi mahasiswa dari computer science. Saya malah ingin masuk ke sekolah desain,” katanya.
Sayang, biaya mahal untuk masuk sekolah desain adalah dinding terbesar Albertus dalam menggapai cita-citanya, yang ingin berkarya di Industri kreatif, pikirnya kala itu. “Alhasil, saya memilih computer science, yang saat itu masih terjangkau oleh kantung orang tua, karena saya masih belum mampu membiayai perkuliahan saya sendiri,”.
Ketika masa perkuliahannya di mulai, tepatnya di semester satu, Albertus dibuat kagum oleh seorang asisten lab. “Ketika saya untuk pertama kalinya masuk ke dalam lab kampus, saya dibuat kagum oleh seorang asisten lab. Hebatnya, dia masih di semester 3, namun sudah diberikan kewenangan untuk mengajar para mahasiswa. Saya ingin memulai karir menjadi seorang asisten lab, pikir saya kala itu,” jelas Albert.
Untuk menjadi seorang asisten lab rupanya tidak mudah. Berdasarkan informasi yang di dapatnya, ada segilintir tes yang wajib diikuti oleh mereka yang ingin menjadi asisten lab. Guna mengikuti tes tersebut, Albertus mendisiplinkan dirinya untuk melakukan coding selama 3 hingga 4 jam di setiap harinya.
[read_more id="342615"]
“Saya mengetahui jika untuk menjadi asisten lab harus lulus serangkaian tes, seperti coding 3 menit, coding 5 menit, coding 10 menit, dan coding 15 menit. Maka dari itu, saya mendisiplinkan diri dengan melakukan coding selama tiga sampai empat jam di setiap harinya,” katanya.
Albertus mengatakan, dari serangkaian tes yang ada, yang paling sulit adalah coding 15 menit. “Coding 15 menit adalah tantangan terbesar saya. Saya diwajibkan membuat sebuah coding dalam waktu 15 menit, yang mana hasilnya adalah sebuah mini games Pacman. Saya yang masih semester satu itu pun gagal, karena hanya dapat membuat gambarnya saja,” ucapnya.
Baca lanjutannya di halaman kedua!
Menurut Albertus, kegagalannya tersebut adalah hikmah yang dirasa sangat beruntung. “Bagi saya, kegagalan yang saya rasakan itu menjadi hikmah yang sangat besar. Pasalnya, saya menjadi orang yang berusaha lebih keras lagi untuk menggapai hal yang diinginkan, yakni menjadi asisten lab,” katanya.
Pada semester 3, untuk ketiga kalinya Albertus mengikuti tes untuk menjadi asisten lab. Jika pada 2 semester lalu dirinya gagal, namun kali ini dirinya berhasil lolos, dan resmi menjadi asisten lab. “Di semester 3 akhirnya saya berhasil menjadi asisten lab. Ini adalah pencapaian saya setelah kerja keras yang panjang, saya akhirnya bisa membayar biaya kos serta makan sendiri,” ucap dirinya.
Sebagai asisten dosen yang masih duduk di semester 3, Albertus mendapatkan banyak hal yang tidak di dapat oleh orang lain. “Saya yang masih di semester 3, karena telah menjadi asisten lab, saya mendapatkan akses keseluruh mata perkuliahan wajib, bahkan mata perkuliahan yang ditujukan bagi semester 7. Ini adalah kesempatan saya untuk mencuri start, dan mempelajarinya secara mendalam,”.
Karir Albertus sebagai asisten lab rupanya sangat cemerlang. Pihak kampus bahkan menariknya menjadi seorang dosen, untuk mengajar langsung para mahasiswa di kampusnya tersebut, tentu setelah dirinya lulus.
“Ketika saya duduk di semester akhir, pihak kampus mengajak saya untuk ikut program dosen muda, yang dibiayai oleh kampus. Ajakan itupun seakan menjadi magnet bagi saya, yang sangat sulit untuk dihindari, dan akhirnya saya terima tawaran itu,” katanya.
Setelah lulus dan menjadi dosen muda di kampusnya, Albert memiliki sebuah ide, yakni membuka jurusan baru, yakni jurusan game. “Saya yang masih menjadi dosen muda saat itu berpikir, kenapa tidak ada jurusan game di kampus saya ini? Saya pun mengajukannya, dan membuat proposal lengkap agar jurusan tersebut terwujud,” cerita Albert.
“Saya pada awalnya berpikir, apakah ini merupakan ide yang konyol? Yang sulit untuk nantinya diwujudkan? Tapi, karena keinginan saya yang kuat, saya meneruskan niat saya tersebut,” tuturnya.
Kendala yang saat itu dihadapinya, pemerintah belum mengeluarkan gelar “Games” bagi mara mahasiswa jurusan terkait. Maka dari itu, kampusnya memiliki inisiatif untuk menggabungkan jurusan computer science dengan jurusan games. “Karena belum adanya gelar Sarjana Games, maka kampus saya berinisiatif untuk menggabungkan jurusan games dengan jurusan computer science,” jelas Albertus.
Pada suatu waktu, Albertus mendapat tawaran untuk bergabung dengan sebuah perusahaan game, yang bernama Touchten. “Saya mendapatkan suatu kesempatan untuk bergabung dengan Touchten. Nah, kesempatan ini adalah hal yang cukup menyenangkan bagi saya,” katanya.
Baca lanjutan pembahasannya di halaman ketiga!
Walau di perusahaan tersebut Albertus memulainya secara perlahan, namun dirinya yakin jika semua orang sukses memulai segalanya dari bawah. “Dengan memulai semuanya dari bawah, maka ketika menjadi seorang atasan, orang tersebut mampu menjadi pemimpin yang baik. Pemimpin yang baik tidak hanya mampu memimpin, namun juga mengayomi bawahannya,” jelas Albertus.
Berkat cerita menarik yang disampaikannya, hampir seluruh mahasiswa yang mengikuti acara tersebut berantusias untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Albertus. Beberapa diantara mereka pun menceritakan keinginannya dan tujuannya setelah lulus kuliah atau yang tengah digeluti.
Albertus bersama 3 orang mahasiswa FT UI yang telah mengajukan pertanyaan dan mendapat hadiah.[/caption]
Dengan sabar, Albertus memberikan beberapa petuah penting bagi para mahasiswa yang diawal perbicangan terlihat tidak terlalu tertarik dengan industri games. Namun, menurut Albertus, jalan mereka yang masih panjang akan memberikan kesempatan yang jauh lebih luas lagi untuk mempelajari dunia-dunia baru.
“Saya yang berawal dari seseorang yang ingin menciptakan sesuatu yang menyenangkan, tidak pernah terpikir untuk masuk ke industri games. Akan tetapi, setelah perjalanan yang panjang, industri games adalah jalan lain bagi saya untuk menciptakan hal yang menyenangkan, tanpa harus masuk ke dalam sekolah desain. Hal menyenangkan dapat diciptakan dari seseorang yang kuliah dijurusan computer science,” katanya.
[read_more id="313571"]
Sebelum acara tersebut ditutup, Albertus memberikan beberapa kata penting yang dapat memotivasi siapa saja yang mendengarnya. “Kita tahu hidup itu pendek, namun setiap orang yang hidup pasti memiliki impian. Apapun keinginan kamu, teruslah berusaha untuk menggapainya, hidup terlalu singkat untuk meratapi penyesalan. Getting lost will find the way,” tutupnya pada acara tersebut.
Diedit oleh Fachrul Razi