Xbox One: Tidak Ada Biaya Untuk Mainkan Game Bekas, dan Tetap Perlu ''Selalu Online''
Bagaimana perkembangan XBox One? Microsoft menjanjikan mereka akan menjelaskan semuanya selama E3. Game bekas, selalu online, cloud computing dan juga pilihan gamenya. Berikut beberapa update baru sehubungan dengan Xbox One...
Yup, jika kita mengikuti perkembangan Xbox One pasca Microsoft mengkonfirmasikannya 21 Mei lalu, sepertinya konsol game ini masih memiliki banyak masalah. Opini yang buruk, kenapa justru fokus televisi, tidak ada game yang ditunjukkan, dan yang masih menjadi perbincangan hangat adalah masalah biaya memainkan game bekas serta harus selalu online. Respon yang berbeda dari beberapa sumber Microsoft pun membuat bingung. Ada yang mengatakan harus online minimal satu jam sehari, sedangkan FAQ resmi di Xbox Support menyebutkan tidak harus selalu online.
"Public relation-nya" Microsoft, Major Nelson mengatakan jika mereka masih memerlukan waktu hingga E3 untuk menyiapkan semua peraturan yang fix dari fitur yang dianggap menjadi "masalah" di Xbox One. Namun belum juga E3 2013 yang akan digelar 11 Juni besok berlangsung, kita sudah mendapatkan beberapa update sehubungan dengan fitur yang dipermasalahkan oleh gamer.
https://twitter.com/majornelson/statuses/337057812406493184
https://twitter.com/majornelson/statuses/337258743366574080
Mengutip tulisan dari Polygon, mereka mendapat pernyataan dari internal Microsoft bahwa Xbox One tidak akan membutuhkan biaya tambahan untuk memainkan game bekas. Namun konsol tersebut akan menjalankan pengecekan online secara berkala untuk memverifikasi apakah disc yang kita mainkan benar asli dan ada pemiliknya.
Sumber Polygon menyatakan jika penjualan game bekas akan terus berjalan, karena kepemilikan game Xbox One nantinya ditentukan oleh kode enkripsi dalam disc. Begitu game tersebut sudah dijual, ditukarkan, atau setelah dibeli oleh orang lain dan diaktifkan di konsol yang berbeda, maka akses ke konten yang dimiliki pemilik sebelumnya akan dicabut dan ditransfer ke pemilik yang baru.
Namun tidak begitu saja gamer bisa menjual game bekasnya. Dia harus menjualnya di toko tertentu yang sudah menyetujui "terms and conditions"-nya Microsoft, dan juga terintegrasi dengan layanan cloud Azure yang juga berfungsi untuk "mendeteksi" semua game Xbox One yang tersebar di pasaran. Dengan cara tersebut, Microsoft dan publisher game bisa "memata-matai" gamer ketika menjual gamenya, dan mereka akan menagih sedikit dari penjualan game bekas tersebut pada retailer yang ditunjuk untuk menjual game bekas. Selama ini semua hasil penjualan game bekas masuk ke kantong retailer seperti GameStop. Jika Microsoft menjalankan aturan tersebut, pemasukan mereka jelas akan berkurang.
Pasar game bekas akan tetap berjalan, retailer yang berkecimpung di jual beli game bekas (yang original tentunya) senyumnya tidak selebar dulu, dan publisher mendapatkan apa yang mereka impikan selama ini -- uang dari perputaran game bekas.
Apakah itu aturan yang sempat diutarkaan oleh Major Nelson? Sepertinya kita masih harus menunggu kepastiannya selama E3 nanti. Karena jika game tersebut dijual, dan pemilik sebelumnya sudah membeli banyak content tambahan, apakah harga jualnya bisa lebih tinggi dari rata-rata game bekas lainnya, karena jika dijual otomatis content yang terikat dalam game tersebut juga berpindah ke pemilik yang baru.
Selain itu kami juga mendapatkan penegasan dari salah satu fitur Kinect yang sempat disebutkan selama konfirmasi konsol tersebut 21 Mei lalu. Komunikasi voice chat Xbox One baik yang personal maupun group chat akan langsung ditangani oleh Skype. Selain itu rumor lain menyebutkan jika Skype juga akan mendukung mode bermain remote play. Layanan tersebut akan meningkatkan kualitas suara ketika kamu bermain multiplayer. Kemudian Skype juga bisa digunakan untuk memanggil kontak Skype di daftar yang kamu miliki untuk melakukan panggilan suara atau video saja, atau bisa juga selama memainkan game.
Lalu dari Ars Technica kami mengetahui jika layanan layanan Windows Azure, platform cloud computing-nya Microsoft selama memainkan game, bukan hanya digunakan untuk mem-backup data permainan saja. Melalui cloud platform tersebut, Microsoft juga bisa memanfaatkannya untuk meningkatkan performa game yang dimainkan di Xbox One. Melalui arsitektur software cloud, Microsoft menyiapkan pemrosesan seperti penambahan efek lightning dan physic untuk meningkatkan kinerja keseluruhan game yang dimainkan dengan selalu terkoneksi ke Azure.
Menurut Microsoft, dukungan proses Azure itu bisa terwujud dengan adanya sekitar 300,000 server baru khusus untuk mem-backup Xbox Live setelah Xbox One diluncurkan, atau meningkat dari 15,000 server yang saat ini mendukung layanan Xbox 360. Microsoft menegaskan bahwa untuk satu Xbox One, pihaknya siap memberi dukungan dengan tiga server awan sekaligus.
Kemudian menyinggung masalah internet yang mungkin tiba-tiba menurun kecepatannya, atau malah terputus di tengah permainan, kamu tidak perlu kuatir. Permainan akan tetap berlanjut, hanya saja dukungan dari cloud akan terhenti. Dan developer juga perlu menyiapkan dalam game mereka seandainya skenario "terputus" tadi benar terjadi, agar jangan sampai data save corrupt, atau malah membuat sistem Xbox One menjadi terganggu.
Kabar terbaru mengenai Xbox One, Microsoft juga diketahui melakukan invetasi sebesar US $1 trilyun khusus untuk mengembangkan game di Xbox One, bukan hanya mendanai studionya, namun juga mengamankan banyak judul penting untuk konsol tersebut -- seperti beberapa publisher yang sudah mengumumkan konten eksklusif untuk Xbox One, atau seperti sebelumnya, DLC yang dirilis lebih awal di konsol tersebut. Sejauh ini Microsoft merencanakan 15 game eksklusif untuk Xbox One dalam setahun penjualan pertamanya, termasuk 8 IP game baru - menjadi produk dari proses produksi selama 2 tahun yang dihasilkan studio baru di London, Washington dan Victoria, British Columbia.
Sumber: Polygon, Ars Technica