PlayStation 4 vs Xbox One, Mana Yang Lebih Baik Untuk Gamer?
Ajang Electronic Entertainment Expo 2013 menjadi awal dibukanya perang terbuka dua konsol baru yang rencananya akan dirilis akhir tahun nanti, PlayStation 4 dan Xbox One. Memang masih jauh, namun kami mencoba membandingkan keduanya, dan menyimpulkan mana yang terbaik untuk menjadi incaran gamer sejati.
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tidak bisa dipungkiri, ajang Electronic Entertainment Expo 2013 tahun ini menjadi yang paling ramai dalam sejarah E3. Dan biang dari “kekacauan” tidak lain karena Microsoft dan Sony yang saling “serang” selama melakukan perang public relation, untuk membela konsol yang mereka bawa di tengah E3 2013. Kami yakin pasti banyak diantara kalian yang bingung dengan dua pilihan konsol baru tersebut, karena di setiap pilihan ternyata juga membawa opini publik.
Sony dengan PlayStation 4 (PS4) yang terfokus pada game, lebih bebas dan memberi ruang lega bagi gamer dalam bermain. Atau Microsoft dengan Xbox One (X1) yang mencoba mengarahkan industri game ke arah yang baru, yaitu menjadi perangkat multimedia di tengah ruang keluarga, namun dengan banyaknya aturan yang memanjakan developer game, dan membatasi gamer.
Jadi apa arti semua pernyataan pers mereka selama E3 2013? Bagaimana kelanjutan opini publik terhadap fitur yang ditawarkan kedua mesin game tersebut? Siapa yang menang, dan siapa yang kalah? Apa yang sebenarnya bisa dilakukan kedua mesin tersebut? Berikut kami berikan ulasan khusus yang membandingkan fitur diantara kedua dengan lebih dalam, sebagai pelengkap artikel individu mengenai setiap konsol pada artikel sebelumnya. Pertarungan ini memang baru saja dimulai, dan bisa dikatakan baru masa pemanasan saja. Yang "real" jelas, ketika keduanya dirilis akhir tahun ini, ketika kita bisa melihat penampilan "real" konsol ini dari dekat.
Dari dekat, mungkin kamu akan kaget ketika bertemu muka dengan keduanya. Mungkin sama seperti kami yang heran dengan penampilan baru mesin game generasi delapan ini. Keduanya muncul mengotak (atau lebih ke jajaran genjang untuk PS4), dengan garis dan setiap ujung yang tegas, warna dominan hitam, keduanya lebih mirip kotak perekam kaset dari era tahun 80-an. Jika melihat fungsinya sebagai pusat multimedia, X1 terlihat manis, modern, dan pas ditempatkan di tengah ruangan keluarga. Apalagi posisi standarnya yang duduk horizontal (bukan vertikal seperti X360), merupakan posisi paling tepat untuk masuk di bagian bawah lemari TV di ruang keluarga. Posisi tersebut dikarenakan beberapa port untuk lubang udara penempatannya di kedua sisi X1. Di sekeliling tubuhnya, kamu menjumpai drive Blu-ray, HDMI in/output, dua port USB di belakang, port Ethernet, port sensor Kinect, konektor S/PDIF dan IR Port.
Untuk PS4, yang desainnya pertama kali dikonfirmasikan selama E3 2013, awalnya kami berharap banyak. Namun ternyata biasa saja. Memang tidak terlalu mengotak, dengan sudut-sudut yang miring, lebih tepatnya dua jajaran genjang yang bertumpuk, dilapisi dua warna, yang dipisahkan garis biru. Terlihat fresh, namun dengan beberapa elemen mengingatkan pada PS3, seperti struktur grill-nya yang mirip dengan PS2. Lebih mudahnya, seandainya logo PS di konsol ini dilepas, kamu masih bisa mengenali bahwa ini adalah konsol Sony. Khusus Sony, sudah ada yang memperkirakan dimensinya. Konsol ini diperkirakan memiliki ukuran 275 x 53 x 305-mm dengan berat sekitar 2.8-kg.
Seperti PS3, kamu bisa memposisikannya secara horizontal atau vertikal (X1 hanya horizontal saja), membuat konsol satu ini paling mudah ketika harus dipindahkan posisinya. Mau disimpan di kamar atau ruang keluarha, PS4 memiliki banyak pilihan tempat untuk duduk. Namun membandingkannya dengan X1, kami tetap merasa konsol Microsoft itu lebih cocok berada di tengah ruang keluarga (karena desainnya yang lebih mirip kotak multimedia) dibandingkan PS4.
Microsoft sendiri sudah berkomitmen akan merilis X1 pada 27 November 2013 mendatang, sedangkan Sony sendiri belum memastikan kapan, kecuali kuartal keempat 2013 ini – namun kami yakin, dengan arus perputaran uang paling besar selama akhir tahun (bonus keluar, liburan panjang), Sony seharusnya juga merilis konsol mereka antara awal Oktober sampai akhir Desember.Para retailer hampir pasti tidak mau terjadi tanggal penjualan konsol di hari yang sama (bisa dibayangkan kacaunya, sekadar konferensi pers selama E3 saja sudah terjadi “perang,” bagaimana ketika keduanya dirilis), jadi kita bisa menyimpulkan jika Sony akan merilis konsol mereka antara awal Oktober, minggu kedua November, atau bisa juga selama Desember mendatang.
Sayangnya, Xbox One ketika dirilis nanti hanya untuk 21 negara saja, dengan Asia dan Jepang pun baru menyusul awal - pertengahan 2014 mendatang. Negara tersebut antara lain: Australia, Austria, Belgia, Brazil, Kanada, Denmark, Finlandia, Prancis, Jerman, Irlandia, Italia, Meksiko, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Rusia, Spanyol, Swedia, Swiss, Inggris Raya, dan Amerika Serikat. Masih belum bisa dipastikan, meskipun tanpa region lock dan keharusan online, apakah kamu bisa memainkan X1 di Indonesia meskipun membelinya dari negara-negara tersebut. Atau, kamu perlu melakukan update dulu X1 di negara tersebut, sebelum bisa bermain online di negara lain.
Untuk harganya, X1 dijual dengan harga US $499 di Amerika Serikat, atau £429.99 di Inggris Raya, dan 499.99 Euros di Eropa. Sedangkan di Australia, X1 dijual dengan harga $599.99 AU. Kemudian Sony akan menjual PS4 pada harga £350, atau US $399 saja. Ok, langsung saja kita masuk pada inti ulasan kali ini, berikut kami bandingkan fitur kedua konsol tersebut dalam beberapa poin perbandingan sepanjang 16 halaman... !!
Lanjut ke halaman 2...
Harga – PS4
Anggaplah sebuah investasi, kita perlu berpikir bijak mau dialokasikan kemana cadangan dana untuk hiburan keluarga jika mau membeli sebuah konsol game. Setidaknya untuk mesinnya saja perlu beberapa juta rupiah, dan ratusan ribu untuk membeli game orisinalnya setiap bulan. Dan ciri khas konsol, dana yang kamu belanjakan tidak akan usang dalam setahun. Melihat PS3 dan X360 yang hingga saat ini masih mendapatkan dukungan game, setidaknya PS4 dan X1 bisa menemani aktivitas bermain game hingga 10 tahun ke depan.
Dengan harga US $500 (sekitar Rp. 5 jutaan), X1 lebih mahal dibandingkan PS4 yang dijual seharga US $400 (sekitar Rp. 4 jutaan). Dan meskipun Microsoft memaketkan kontroler bersensor gerakan yang sangat kuat, Kinect 2, sepertinya itu tidak merubah keadaan. Oh ya, harga PS4 bisa lebih murah karena memang Sony tidak memaketkan kamera PlayStation Eye, yang harga normalnya ketika dijual terpisah sekitar $59, sama dengan harga Dual Shock 4 ketika dijual terpisah.
Semua bergantung pada akan kamu gunakan sejauh apa Kinect 2, karena kontroler ini merupakan perangkat utama untuk mendukung keseluruhan kinerja X1. Seandainya kamu tipikal gamer yang suka duduk anteng ketika bermain game tidak banyak menggunakan Kinect 2, maka investasi $500 tersebut akan menjadi percuma. Perbandingan harga tesebut juga bisa mempertimbangkan bagaimana PS4 kini tidak menggratiskan penggunanya bermain game online multiplater gratis sebagaimana PS3. Kini gamer PS4 perlu berlangganan layanan PlayStation Plus sebesar $50 setiap tahun, atau $5 setiap bulan. X1 ini akan tetap men-charge gamer untuk bermain online seperti X360 melalui Xbox Live Gold dengan biaya $60.
Selain lebih murah, apa yang ditawarkan Sony juga dengan beberapa poin hiburan lain yang digratiskan. Seperti layanan video streaming Netflix justru bisa diakses gratis di PS4.
Lanjut ke halaman 3...
Kontroler – X1
Untuk kontroler, untunglah Microsoft tidak banyak merubah desain dan ukurannya, meskipun diklaim sudah melalui proses 200 versi prototype dan memiliki 40 fitur baru. Kami menyukai kontroler X360 yang begitu ergonomis dan mantab dalam genggaman. Dan kini mereka memasukkan motor getar baru untuk kontroler X1, yang disebut Impulse Triggers, sehingga memberi feedback yang langsung terasa ketika menggunakan tombol trigger-nya. Bentuk D-padnya juga silang, yang pasti nyaman digunakan untuk bermain game fighting (d-pad-nya itu juga diklsim dibuat lebih sensitif). Kemudian analog-nya kini juga lebih nyaman digenggam. Oh ya, port headset pun masih ada di sini.
Di sisi lain, tombol touchpad capacitive pada Dual Shock 4 memberi opsi kontroler sentuh baru yang lebih unik, speaker untuk sensasi audio langsung dari kontroler, tombol Share yang menegaskan integrasi fitur sosial untuk PS4, apalagi sensor Light Bar-nya juga memiliki fungsi khusus bukan sekadar menandai seorang player di tengah permainan multiplayer (ketika kamu berubah posisi tempat, di layar TV yang tampilannya split-screen pun akan bergeser menyesuaikan posisimu) – X1 juga bisa melakukannya melalui Kinect 2. Kita juga tidak bisa melewatkan janji Sony yang akan memberi kemungkinan tablet atau smartphone Xperia berinteraksi dengan PS4, atau menjadi pengendali tambahan, selain juga PS Vita yang juga bisa dijadikan kontroler (mahal) untuk PS4 melalui model permainan Remote Play.
Sony sepertinya memiliki banyak peluang ya... Namun kita tidak bisa melupakan Kinect 2, yang terkadang dihiraukan, karena semuanya lebih fokus pada fisik Xbox One itu sendiri (yang jujur saja, bentuknya tidak menarik!). Microsoft memaketkan kamera hi-tech tersebut dalam X1, artinya, juga menjadi kontroler standar. Teknologi yang dibenamkan pada Kinect 2 jauh dari apa yang kita kagumi dari Kinect, atau apa yang ditawarkan Sony melalui PlayStation Eye-nya PS4. Sensor infra merah untuk membantu deteksi gerakan kita di ruangan gelap, bisa mengukur detak jantung, membaca bagian tubuh kita yang menjadi tumpuan berat, bahkan menganalisa raut wajah dan juga suasana hati saat sedang bermain.
Apa yang dibenamkan Microsoft di dalamnya adalah fitur masa depan. Jika mungkin bukan untuk bermain game, Kinect 2 adalah sarana tercanggih yang mampu membuat kita berinteraksi sempurna dengan komputer, dengan game casual seperti tipikal game dansa misalnya, dan bukan sekadar menjembatani kita mengendalikan X1 itu sendiri melalui perintah suara. Dan untuk satu poin ini, Sony tidak mungkin menjangkaunya. Setidaknya tidak begitu saja meskipun dengan kombinasi DualShock 4 dan kamera PS Eye sekalipun.
Lanjut ke halaman 4...
Layar Kedua – PS4
Layar kedua sebenarnya sekadar menjadi usaha produsen konsol untuk membuat mesin game mereka menarik di mata para pemain game mobile, yang biasa menggunakan smartphone atau tablet. Jadi tidak bisa dijadikan sebagai kontroler utama, kecuali seperti Sony yang memanfaatkan PS Vita melalui fungsi remote play-nya yang hebat, dimana kamu bisa memainkan semua game PS4 melalui layar PS Vita, baik secara lokal (menggunakan WiFi, dan kamu serta PS Vita tidak berada jauh dari PS4) atau mobile (membutuhkan akses internet).
Dan meskipun sejatinya layar kedua ini hanya menyediakan fungsi tambahan (mengatur inventory, melihat map dll), namun jelas ada banyak unsur gameplay yang bisa digali daripada menggunakan kontroler standar. PS Vita menjadi opsi yang perfect untuk PS4, meskipun lebih mahal, dan tetap jauh lebih baik dibandingkan SmartGlass-nya Microsoft (yang memanfaatkan smartphone / tablet, dan pilihan gamenya pun terbatas). Ketika kamu tidak bisa mengakses TV, tinggal ambil PS Vita dan mainkan game PS4 melalui handheld tersebut. Tidak seperti Remote Play PS3-PS Vita, di sini Remote Play dibangun dalam infrastruktur PS4, sehingga semua game (kecuali yang memerlukan perangkat tambahan seperti PS Eye), akan mendukung Remote Play.
Seandainya Wii U masuk dalam pemilihan kali ini, jelas Nintendo menjadi pemenang di poin perbandingan ini. Selain itu, Wii U juga membuktikan pasti ada banyak inovasi yang bisa diciptakan melalui penerapan yang dalam “layar kedua” ini, meskipun untuk prospek jangka panjang, inovasi tersebut lebih banyak untuk judul-judul buatan Nintendo sendiri, bukan game cross-platform yang juga ada di PS4 dan X1. Dan kembali pada kategori layar kedua antara PS4 dan X1, ya benar, PS Vita (plus juga bisa melalui semua smartphone dan tablet Xperia), dengan mudah mempermalukan X1.
Lanjut ke halaman 5...
Game – Seimbang
Bicara game, terutama yang eksklusif di konsol yang secara arsitektur hardware-nya mirip ini pasti akan susah. Kedua produsen pasti akan berusaha keras mengamankan sebuah game berkelas masuk dengan status eksklusif. Atau, menggiatkan studio first-party agar lebih produktif.
Demikian daftar game eksklusif yang diumumkan pun tidak terlalu banyak. Untuk PS4, Sony yang akhirnya menuai hasil dari usaha mendekati banyak developer game indie, mereka mendapatkan banyak judul game eksklusif langsung dikonfirmasikan eksklusif untuk PS4. Untuk game kelas AAA, PS4 menjagokan FinalFantasy XIV: Realm Reborn, Killzone Shadow Fall, Infamous Second Son, hingga Order 1866.
Sedangkan X1, kita mendapat pilihan Halo, Forza, Dead Rising 3, Crimson Dragon, Quantum Break, atau Ryse: Son of Rome. Kamu bisa melihat tablet yang kami sertakan, yang berisi update terakhir game yang akan dirili untuk kedua konsol tersebut dengan rencana setahun awal masa hidup mereka pasca dirilis. Khusus judul game yang tercetak miring, hanya dirilis untuk konsol tersebut.
Lanjut ke halaman 6...
Dukungan Developer Indie – PS4
Kenapa justru developer independen, bukanya developer besar? Oke, jika kita mengesampingkan developer first-party, kelompok pengembang yang memang dimiliki oleh produsen konsol, pilihannya lebih mudah. Ada banyak developer, mulai yang kecil dan besar di luar sana. Namun rata-rata pihak ketiga tersebut akan mencoba meraih keuntungan lebih dengan merilis gamenya secara multi-platform. Dan biasanya, seperti yang juga sempat kami singgung dalam topik Masa Depan Mobile Game, tipikal developer/publisher besar lebih suka mencari jalan aman, dengan ide/konsep yang sudah pasti diterima pasar. Karena itulah, kami lebih suka game-game hasil karya developer indie, karena ide mereka yang fresh, dan biasanya tidak mendapat batasan dari pihak publisher besar yang menaunginya.
Sepertinya Sony paham dengan para developer indie tersebut. Sony ingin mempermudah para kreator indie mengembangkan game untuk platform PlayStation, dengan mengijinkan developer berlisensi untuk menerbitkan sendiri, termasuk menentukan harga dan kapan tanggal rilisnya. Bahkan Sony juga mengatakan mereka akan mengesampingkan hal-hal kecil seperti biaya patch. Sebelumnya Sony yang juga dalam upayanya meramaikan PS Vita, mereka juga mempermudah developer dengan memberikan development kit, bahkan sebelum kontrak dengan Sony berlangsung.
Selain itu, Sony juga memberikan dukungannnya untuk engine game Unity, engine populer untuk kelas developer game kecil, sehingga mempermudan mereka mem-port game untuk PlayStation. Tidak hanya itu saja, pada tahun 2011 lalu Sony juga berkomitmen mendukung dana developer kecil melalui langkah Pub Fund. Berkat langkah Sony yang lebih open tersebut, makin banyak game-game indie masuk ke PS3 dan PS Vita, bahkan sampai yang sebelumnya eksklusif Xbox seperti Limbo juga berhasil di-port untuk PlayStation.
Mungkin game independen pengaruhnya tidak sebesar game flagship seperti Halo, atau Killzone yang eksklusif di setiap platform. Namun dengan makin banyaknya developer (indie) yang ikut mendukung PS4, jelas akan memancing lebih banyak lagi masuk ke platform Sony tersebut dengan alasan kemudahan. Seperti Nintendo denga Wii U-nya, Sony tidak mengharuskan para developer independen berpartner dengan publisher besar agar gamenya bisa masuk ke PS4. Berbeda dengan Microsoft, yang melalui X1, mereka melarang studio indie menerbitkan sendiri game mereka. Jelas itu menjadi kendala studio game kecil yang tidak mau ide kreatif mereka dan hak intelektual ciptaannya dikuasai publisher, hingga yang juga sensitif, keuntungan atas penjualan game mereka dibagi dengan publisher.
Lanjut ke halaman 7...
Kekuatan Hardware – PS4
Secara teknis, keduanya mirip: prosesor delapan-core (keduanya juga dilaporkan berjalan di kecepatan 1.6GHz), prosesor grafisnya di-custom oleh AMD, drive Blu-ray. Namun ada beberapa perbedaan mendasar. Keduanya mengajukan GPU yang menerapkan arsitektur Graphics Core Next-nya AMD, yang terbagi pada working block yang disebut Compute Unit. Pada PS4 ada 18 CU yang menghasilkan kekuatan proses 1.84 teraflops (TFLOPS), sedangkan X1 hanya ada 12 CU, yang secara teori memberi konsol Sony 50% lebih baik dalam hal kinerja raw shader (misalnya untuk menghasilkan pencahayaan dan efek grafis yang lebih baik).
Jika hanya memperhitungkan angka saja, PS4 di atas kertas lebih unggul. Apalagi ketika melihat bahwa ternyata Microsoft mendesain X1 dengan dua sistem operasi yang berjalan bersamaan (untuk mengatur game dan fitur hiburan lainnya), jelas akan membebani keseluruhan sistem. Dari data teknisnya saja konsol Sony sudah unggul di sisi grafis, namun jika melihat arsitektur keduanya yang begitu mirip, kita sanksi jika developer game akan memilih menyibukkan team-nya membuat satu versi game lebih baik grafisnya dibandingkan versi yang lain seandainya dirilis multi-platform.
Dan seandainya memang versi X1 atau PS4 dibuat lebih baik, apakah perbedaan diantara keduanya akan terlihat signifikan, mengingat konfigurasi hardware-nya yang begitu serupa? Dan kembali ke data di atas kertas, kembali terlihat jika PS4 lebih unggul. Kecuali nantinya ketika sudah dirilis kita bisa menguji, bagaimana penerapan "real" kedua hardware yang serupa itu untuk pengoperasian sehari-hari. Apakah dua sistem operasi pada X1 akan membebani konsol, dan apakah keberadaan server Xbox Live yang lebih banyak (dengan klaim Microsoft mampu meningkatkan kualitas render grafis game, atau membantu kinerja konsolnya selama beban kerjanya penuh) bisa mendukung permainan?
Untuk PS4 sendiri keseluruhan sistem hanya berjalan di atas satu interface, yang juga mendukung multi-tasking seperti pada X1. Kami memberi sedikit penjelasan mengenai interface software PS4 ini pada bagian lain artikel ini. Oh ya, di PS4 hard disk-nya juga removeable, memungkinkan kita untuk melepasnya dan menggantinya dengan hard disk lain yang kapasitasnya lebih besar.
Lanjut ke halaman 8...
Arsitektur Memory dan Sistem Operasi – X1
Menurut Microsoft, mereka melihat kebutuhan memory untuk game dewasa ini, dan juga game yang akan datang, sudah cukup dengan 5GB RAM saja, maka game sudah bisa dijalankan dengan baik. Namun ternyata Microsoft memilih 8GB. Bukan agar X1 bisa setara dengan PS4 (meskipun mereka memilih DDR3 dengan latency rendah, bukan GDDR5 seperti pada PS4, yang jelas memiliki bandwitdh besar), namun justru disesuaikan dengan kebutuhan adanya dua sistem operasi yang diterapkan Microsoft ke dalam X1.
PS4 di atas kertas lebih unggul. Sony memilih core GPU yang lebih tinggi (1152 vs 768), berapa banyak shader yang bisa diproses (1.84 TFLOPS vs 1.23 TFLOPS), dan penerapan memory GDDR5 pun menghasilkan bandwidth yang cukup tinggi (176.0 GB/s vs 68.3 GB/s). Dengan memilih 8GB GDDR5, yang dibagi untuk keseluruhan sistem, Sony menerapkan konfigurasi termudah yang bisa langsung dimanfaatkan developer, dan fokusnya adalah untuk kalkulasi grafis (GDDR5 dengan bandwidth tinggi memang lebih baik untuk kebutuhan grafis). Sedangkan Microsoft memilih GDDR3 bukan tanpa alasan, karena memang jenis memory tersebut memiliki latency rendah, cocok untuk pengoperasian sistem yang lebih kompleks.
Mana yang lebih baik? Antara bandwidth dan latency bisa dianalogikan dengan sebuah jalan. Ada jalan yang 1 jalur, ada yang 2 jalur dan seterusnya. Makin banyak jalurnya, maka makin banyak kendaraan yang bisa lewat. Sedangkan latency kita analogikan dengan kecepatan kendaraan yang lewat. Jadi GDDR5 masuk pada jalanan dengan banyak jalur. Namun memory ini bermasalah dengan tingginya latency, sehingga proses (ketika CPU dan GPU untuk meminta data mendapatkannya kembali) tidak bisa cepat di teruskan melalui memory tersebut (dibandingkan GDDR3), dan itu kurang cocok untuk kinerja umum CPU. Namun arsitektur PS4 menempatkan CPU dan GPU pada satu die, dan seharusnya masalah latency bisa diminimalkan. Masalah Sony lainnya, GDDR5 lebih mahal dari GDDR3.
Singkatnya, bandwitdh yang 2.5x lebih cepat dari X1 tersebut berarti ada banyak data bisa diambil dari RAM, diproses oleh CPU (atau khusus untuk arsitektur baru ini, digunakan oleh Compute Units pada GPU), dan kemudian dikirimkan kembali ke RAM untuk diproses kembali atau dirender. Dan jika untuk keseluruhan proses tersebut bisa sekaligus banyak data dijalankan, seharusnya itu lebih baik untuk developer.
Sedangkan GDDR3 memiliki latency rendah, dan meskipun jalurnya kecil, namun dia lebih sigap meneruskan perintah yang melalui memory tersebut. Kemudian Microsoft sendiri membagi 8 GB tersebut untuk dua kebutuhan. Ada 5 GB dioptimalkan untuk game (non-share) dan 3 GB untuk aplikasi dan OS. Dengan pembagian yang adil dan sudah distandarkan tersebut, Microsoft berusaha menjamin sistem mereka tetap berjalan dengan baik, tanpa lag. Efeknya developer game tidak mendapat akses memory sebesar PS4.
Dengan X1 yang memiliki dua virtual machine (VM) yang berjalan bersamaan (satu untuk game, satu unuk aplikasi lainnya), dan antara kedua jendela yang mengoperasikan keduanya bisa di-switch begitu cepatnya (disebut Snap Mode), Microsoft merasa 3 GB untuk sistem dan OS sudah cukup untuk menjaga konsol game mereka minim lag selama melakukan aktifitas multi-tasking.
Jadi apakah untuk urusan memory, X1 juga tidak sebaik PS4? Tidak juga, karena Microsoft memberikan sRAM khusus untuk mendukung GPU-nya. Dengan sRAM 32 MB dan bandwitdh hingga 102 GB/s, diharapkan bisa mendukung proses game yang membutuhkan kinerja grafis lebih, secara alokasi memory sistemnya hanya 5 GB saja. Jika sRAM tersebut akan sering digunakan selama kebutuhan gaming, maka sebenarnya X1 memiliki total bandwidth memory mencapai 168GB/s.
Hanya saja solusi Microsoft tersebut lebih rumit untuk diterapkan developer (dan 32MB itu saja bisa dikatakan terbatas), walaupun menurut kami, adanya dua OS khusus akan menunjang banyak pengembang aplikasi bisa mendesain aplikasi khusus untuk X1 ke depannya nanti. Dan standar 5 GB untuk game juga bisa menjadi patokan bagi developer ketika mengembangkan game untuk X1, tidak perlu mereka berpikir apakah mau mengoptimalkan keseluruhan jatah RAM seperti pada PS4 dengan total 8 GB (atau 7 GB, karena 1 GB disebut-sebut di-reserved untuk sistem).
Overall, arsitektur X1 didesain untuk beragam variasi, tidak sebatas game saja, terutama akan maksimal untuk implementasi dengan platform Microsoft lainnya (khususnya Windows 8 dan Windows Phone 8). Sejauh ini selain layanan streaming seperti Netflix, Hulu Plus, YouTube, hingga Vimeo yang bisa dijalankan di X1, kamu juga bisa menjalankan aplikasi semacam Facebook dan juga Internet Explorer (PS4 pun juga bisa melakukannya).
Baca: “Serangan Gabungan” Xbox One dan Windows 10 Ini Bisa Bikin PlayStation 4 Kerepotan!
Lanjut ke halaman 9...
Jaminan Masa Depan – X1
Sony dan Microsoft sadar, bahwa dunia game berbeda dengan ketika mereka mengenalkan PS2 arau Xbox generasi pertama. Saat itu tidak terpikirkan bagaimana gadget mobile seperti iPhone bisa berkembang dengan pesatnya, dan akhirnya tumbuh menjadi platform game baru yang “menggerogoti” pasar game. Karena itulah konsol next-gen baru ini juga dikembangkan dengan beberapa opsi untuk mendukung performanya beberapa tahun ke depan, ketika teknologi mobile misalnya, ternyata juga bertumbuh dengan pesat.
Untuk kotak retail X1 Day One berwarna hitam. Sedangkan kotak retail yang standar bukan "day one" warnanya hijau.[/caption]
Microsoft terlihat jelas melakukannya melalui kombinasi X1 dan ribuan server Xbox Live di awan, yang seperti yang kami ulas dalam edisi lalu, diklaim mampu membuat grafis game yang kamu mainkan menjadi lebih baik dari apa yang mampu dihasilkan dengan kekuatan maksimal X1, tentu saja prinsip X1 dan dukungan server di awan tersebut juga membutuhkan dukungan koneksi internet yang kencang. Akan tetapi Microsoft sudah siap mengantisipasi seandainya dunia game generasi mendatang membutuhkan yang lebih baik dari apa yang saat ini mereka tawarkan.
Lanjut ke halaman 10...
Pusat Multimedia – X1
Ketika Microsoft pertama kali mengumumkan X1, banyak yang heran kenapa gamenya begitu minim, dan justru terfokus untuk menghadirkan sarana hiburan di tengah keluarga. Jelas di sini mereka ingin bukan sekadar gamer saja yang akan menikmati konsol tersebut. Dan dengan kombinasi X1 plus Kinect 2, bukan hanya gamer hardcore saja yang bisa menikmati konsol ini. Siapa pun bisa menggunakannya untuk mengendalikan perangkat elektronik lain yang berhubungan dengan X1, dengan cara yang lebih modern. Tujuan utama Microsoft adalah kamu bisa mengendalikan hampir semua perangkat yang terhubung dengan X1 melalui perintah suara saja.
Microsoft juga sudah bekerjasama dengan beberapa partner yang menjadi penyedia hiburan di Amerika, seperti ESPN, HBO Go, plus dukungan penuh untuk vendor penyedia cable box dan juga channel kabel/satelit, menjadikan X1 sebagai pusat media untuk mengakses banyak sarana hiburan di ruang keluarga. Dan yang menarik, semuanya akan bisa dikendalikan melalui perintah suara atau pengenalan gerakan dengan Kinect 2. Sayang, sepertinya banyak fungsi tersebut baru akan diimplementasikan lebih awal di Amerika Serikat dulu.
Namun tetap saja, Sony menjauhi segmen yang saat ini sedang digarap Microsoft, dan lebih terfokus pada gamer dan aspek sosialnya saja. Sedangkan untuk fungsi standar sebagai pemutar disc, kamu menikmati fungsi player DVD atau Blu-ray kedua konsol ini, yang mendukung output resolusi hingga 4K atau mencapai 4096 × 2160-pixel!
Lanjut ke halaman 11...
Memainkan Game Bekas – PS4
Awalnya Microsoft memberi batasan untuk masalah ini. Sebagai publisher game untuk konsol mereka sendiri, Microsoft memberikan kesempatan kepada para pemilik game X1 untuk menjualnya kembali game mereka melalui retailer-retailer yang sudah ditetapkan dan tanpa dikenai biaya tambahan. Sayangnya hal ini belum tentu berlaku bagi game-game X1 yang dirilis oleh publisher selain Microsoft. Microsoft memberikan kebebasan bagi para publisher untuk menolak sistem jual beli game bekas atau menegosiasikan secara terpisah dengan para retailer tertentu yang bisa saja melibatkan biaya tambahan.
Oleh karena game bekas hanya dapat dijual melalui retailer khusus. Bahkan Microsoft juga membatasi setiap pemain yang ingin memberikan game bekas ke teman mereka. Setidaknya teman yang dipinjami harus ada dalam Xbox Live Friend Lists selama paling tidak 30 hari. Selain itu, setiap game hanya dapat dipindah tangan kan sekali saja. Selain itu, setiap game hanya dapat dipindah tangan kan sekali saja, jadi tidak bisa terus menerus di pinjamkan atau bahkan dikembalikan.
Seperti ini desain kotak retail PS4 yang dijual nanti.[/caption]
Karena besarnya arus keluhan dari gamer atas batasan game bekas tersebut, sepertinya Microsoft menyerah, dan pada 20 Juni lalu, mereka merevisi aturan game bekas tersebut. Dengan X1, kamu bebas menukar, meminjam, menjual kembali, memberikan atau menyewa game berbasis disc seperti biasa dilakukan melaloui X360. Sebelumnya Microsoft hanya memperbolehkanmu melakukan hal tersebut hanya untuk 10 orang anggota keluargamu saja.
Di sisi lain, Sony dengan PS4 mereka dari awal sudah menegaskan, jika mereka tidak membatasi aktivitas saling bertukar game bekas – dan kami sangat menyukai konsistensi aturan Sony tersebut. Karena aturan Sony yang lebih soft, kami tetap memberi poin satu ini untuk PS4. Padahal jika melihat batasan yang mereka lakukan, justru itu menjadi kunci untuk membuat makin banyak publisher tertarik merilis game mereka ke X1...
Lanjut ke halaman 12...
Batasan DRM dan Kebutuhan Online – PS4
Sebelumnya Microsoft juga membatasi poin yang satu ini, karena mereka ingin penjualan game X1 menjadi seperti iTunes atau Steam. Ambisi mereka jelas untuk menempatkan X1 sebagai sarana hiburan tunggal di ruang keluarga, dan anggota keluarga yang tetap menjadi prioritas. Sebanyak 10 anggota keluarga dapat log in dan mengakses cloud storage milik kita (sebagai pemilik utama X1), bahkan ketika itu menggunakan X1 orang lain. Tidak dijelaskan bagaimana X1 mengenali seseorang sebagai anggota keluarga.
Batasan lain berhubungan dengan usaha Microsoft membatasi pembajakan, dengan memasang verifikasi digital rights management, yang mengharuskan X1 untuk terkoneksi internet setiap hari. Alasannya, perlu dilakukan untuk melakukan verifikasi bila ada update terhadap game, proses transaksi penjualan maupun pembelian serta jika kita memberikan game ke pemain lain. Jika kita mengakses cloud storage kita dari X1 milik orang lain, rentang 24 jam ini menjadi 1 jam, yang berarti hampir sama saja dengan harus mengkoneksikan internet secara terus menerus. Memainkan mode offline single player pun tidak dimungkinkan jika kita melewati tenggat waktu itu dan baru dapat diakses lagi begitu kita mengkoneksikan X1 dengan internet.
Jelas aturan tersebut memberatkan gamer, walaupun publisher akan senang ketika produsen konsol membantu mereka mengecek apakah game yang dimainkan gamer itu orisinal. Namun Microsoft juga merevisi aturan mereka, dan kini kamu tidak memerlukan koneksi internet untuk memainkan game-game X1 yang offline. Setelah satu kali pengaturan/update saat X1 pertama kali kamu aktifkan, kamu bisa bermain semua game berbasis disc tanpa harus terkoneksi internet sama sekali! Tidak perlu terkoneksi 24 jam, dan kamu bisa membawa X1 kemana saja kamu suka dan memainkannya, seperti yang kamu lakukan untuk X360, atau tidak ada batasan region untuk semua gamenya. Aturan baru ini juga merevisi pernyataan sebelumnya. Kini kamu tidak bisa lagi berbagi game yang kamu miliki dengan 10 teman/keluargamu.
Di sisi lain, Sony juga lebih welcome mengenai aturan online. Mereka tidak mengharuskan kita untuk melakukan otentifikasi online setiap 24 jam. Sony melihat ke belakang untuk PS4, dan mereka menerapkan aturan yang sama dengan PS3. Untuk satu ini, kami tetap menjatuhkan pilihan pada ketegasan Sony dalam memberikan aturan yang tidak memberatkan gamer. Dan jujur saja, Microsoft yang awalnya membanggakan aturan ”always on” mereka, lalu dengan mudah merubahnya, membuat kami lebih kuatir bakal ada ”udang di balik batu” ke depannya nanti.
Lanjut ke halaman 13...
Backward Compatibility – PS4
Karena kedua produsen konsol menerapkan arsitektur hardware yang benar-benar baru untuk PS4 dan X1, maka sama saja mereka membuang opsi konsol baru ini bisa memainkan game-game dari konsol era sebelumnya. Namun Sony memberi secercah harapan bagi mereka yang masih doyan memainkan game lama. Melalui layanan cloud storage-nya, Gaikai, ke depan Sony bisa memberi kita akses game-game PS3 yang disimpan di cloud storage, untuk dimainkan secara streaming ke dalam PS4. Namun untuk yang satu ini, kamu otomatis juga memerlukan koneksi internet yang cepat.
Sayangnya, Sony belum menunjukkan seperti apa wujud backward compatibility melalui layanan baru mereka itu dijalankan dari PS4. Kita masih perlu menunggu seperti apa penerapannya, semoga saja tahun depan sudah ada yang playable. Dan kami lebih menyukai cara Sony yang satu ini, membuat server di awan untuk menyimpan game mereka, sebagaimana konsep Valve dengan layanan Steam mereka, dibandingkan Microsoft yang bertujuan membuat cloud storage untuk “memperbaiki” kualitas game.
Seperti yang kami ungkapkan di bagian lain, dan artikel X1 pada edisi sebelumnya, cloud storage yang tersebar melalui ribuan server Xbox Live tersebut juga bisa membantu X1 ketika gamenya membutuhkan resource lebih. Jadi ketika ada demand beban grafis yang lebih baik, server akan bertugas memprosesnya dan kemudian menstreamingkan ke X1. Konsep Microsoft ini pun juga baru sekadar janji, belum ada bukti seperti apa peran server yang mampu menyulap grafis game X1 menjadi lebih baik dari sekadar kemampuan maksimal GPU-nya. Dan kembali pada poin memainkan game bekas, jelas Sony-lah yang memenangkan hati kami.
Lanjut ke halaman 14...
Cloud Service – PS4
Microsoft mengklaim layanan cloud mereka yang tersebar dalam ribuan server Xbox Live mampu meningkatkan kekuatan X1 hingga 3 kalinya, dengan pemrosesan di awan yang memperbaiki physic dan AI (belum bisa dibuktikan juga, karena banyak yang meragukan batasan latency terhadap koneksi internet akan memungkinkan elemen game yang cukup sensitif dengan waktu penerapan pada layar TV terebut bisa dihadirkan dengan cepat). Microsoft juga menyebutkan jika server di awan mereka bisa mendukung tercapainya setting dunia persistent online seperti dalam tipikal MMO, yang keadaannya bisa terus berevolusi.
Sony dengan PS4 juga menjanjikan layanan cloud computing, namun layanan yang dihadirkan oleh Gaikai (layanan game berbasis cloud yang menawarkan streaming game PC/konsol, dan sudah diakuisisi Sony sejak pertengahan tahun lalu) tersebut juga digunakan Sony untuk menyimpan semua content digital untuk PS4. Seperti misalnya, segera setelah kamu memilih/membeli demo atau full game melalui PlayStation Store, sebagian kecil data gamenya bisa langsung diakses dan kamu mainkan. Secara teori (dan juga kami jelaskan dalam bagian lain), memungkinkanmu secara remote/berjauhan mengendalikan permainan temanmu (setelah kamu men-download sedikit bagian game tersebut), dan membantunya dalam menyelesiakan puzzle, atau mengalahkan boss misalnya.
Microsoft sendiri juga berjanji akan menghadirkan remote play serupa melalui X1 menggunakan layanan Skype (mungkin sekadar mengijinkan pemain lain menuntun selama berkomunikasi video chat via Skype). Selain itu remote play X1 bisa dicapai dengan kemungkinan memainkan game yang sudah kamu beli dari sembarang X1 (asal kamu log in dulu ke Xbox Live), karena versi digital game tersebut tersimpan di cloud storage.
Semua klaim produsen tersebut memang menarik, dan baru Sony saja yang menunjukkan melalui preview video, bukan secara real selama konferensi pers mereka. Bisa jadi perangkat pendukungnya belum siap. Namun tetap saja muncul pertanyaan, bagaimana jika layanan yang bergantung pada koneksi internet itu tiba-tiba aksesnya terputus? Diantara kedua tawaran tersebut, kami lebih menyukai cara “sosial” Sony yang memungkinkan kita bisa saling berinteraksi dengan pemain lain, tanpa perlu memiliki/mendownload keseluruhan gamenya. Jadi satu tambahan poin untuk PS4!
Lanjut ke halaman 15...
Hiburan Keluarga – X1
Jika Microsoft juga tidak merevisi aturan mereka mengenai Kinect 2, kami tidak akan memberikan poin yang satu ini untuk X1. Sebelumnya Kinect 2 dianggap sebagai gadget canggih yang mampu memata-matai kita, karena memang sejatinya dia menjadi pengendali utama X1, tidak bisa dimatikan, dan akan selalu berhubungan dengan X1. Namun melalui update statement awal Juni lalu, Microsoft menambahkan jika Kinect 2 nantinya dapat dinonaktifkan. Sementara dalam kondisi stand by, Kinect hanya akan dapat mendengar perintah suara “Xbox, On” dan fitur ini pun juga dapat kamu nonaktifkan. Jadi, nantinya akan ada semacam mode pause untuk kinect bagi mereka yang tidak ingin merasa dimata-matai.
Dengan demikian, Kinect 2 bisa dinikmati sesuai kebutuhan. Seperti ketika anggota keluarga kita beramai-ramai ingin berinteraksi dengan kontroler kamera tersebut melalui Dance Central misalnya, dan semua kelebihan yang bisa ditawarkan Kinect (akan sedikit kami jelaskan kembali dalam artikel lainnya). Hanya saja jika kamu membeli sebuah konsol sekadar untuk hiburan keluarga, bukan untuk pilihan memainkan game-game hardcore, maka kami sarankan untuk membeli Wii U saja.
Konsol Nintendo tersebut lebih menyenangkan sebagai hiburan santai di tengah keluarga, dan bahkan juga bisa menangani beberapa fungsi multimedia X1 (seperti terhubung dengan cable box) dengan baik. Selain itu, meskipun secara hardware beberapa tingkat di bawah PS4 dan X1, dan gamenya terbatas (kecuali kamu penggemar game-game Nintendo), Wii U dengan opsi backward compatibility-nyamasih bisa kamu gunakan untuk memainkan semua game Wii sebelumnya. Plus, harganya pun juga separuh dari PS4 atau X1.
Lanjut ke halaman 16...
Dan Pemenang Untuk Saat Ini Adalah… PS4!
Sebenarnya susah menentukan pemenang, apalagi ketika konsolnya belum dirilis. Pengalaman “perang konsol” di masa lalu, ada konsol yang diprediksikan menjadi pemenang, namun ternyata justru kandas di tengah jalan. Dan konsol yang awalnya diduga akan biasa saja, justru menjadi yang paling laku di pasaran. Seperti Sega Mega Drive yang memangblebih laris dibandingkan Nintendo Super NES, ternyata penerusnya yang diprediksi juga sukses (Saturn), justru menjadi awal kejatuhan Sega di bisnis konsol. Atau, siapa pun tidak ada yang menduga, setelah gagalnya Nintendo GameCube di pasaran, ternyata penerusnya, Wii menjadi konsol generasi ketujuh terlaris di dunia.
Menghitung dari poin perbandingan kami di atas, jelas PS4 adalah konsol game yang paling menjanjikan saat ini. Kami menyukai Sony yang mendengarkan gamer, dan memudahkan kita dalam memainkan game bekas, tanpa ada batasan untuk online, secara hardware pun dia lebih baik, banyak developer game independen (menurut kami masih menyimpan banyak ide dan konsep game kreatif) yang dirangkul, kemudian dukungan kontroler eksternal seperti PS Vita dan tablet. Sony menggengam semua sarana hiburan terbaik, dan memang khusus untuk gamer.
Sedangkan semua kualitas yang dimiliki X1, kemudahan untuk mengendalikan perangkat lektronik/multimedia di rumah, semua fitur Kinect 2 yang belum dieksploitasi, render grafis game melalui layanan cloud Xbox Live, dan sejauh ini yang memiliki beberapa judul eksklusif lebih banyak dari PS4, sepertinya bisa lebih kita nikmati semua benefitnya beberapa tahun ke depan. Pilihan gamenya pun sejauh ini lebih menjanjikan di X1. Ide Microsoft mengenai game bekas dan DRM memang sebuah gambaran masa depan (seperti kami jelaskan dalam artikel Mobile Game berikut). Mereka ingin merubah bagaimana industri game ini berjalan – namun arah baru itu sepertinya sulit diikuti oleh para gamer, yang ironisnya merupakan konsumen yang konservatif.
Apa yang lebih menarik saat ini adalah pendapat banyak analis industri ini dan juga perusahaan finansial besar yang mendukungnya, mereka yang usianya mungkin dua atau tiga kali dari tipikal usia produktif gamer dunia. Tidak jarang mereka memprediksikan kematian konsol game, sarana hiburan game sudah tidak lagi relevan didapatkan melalui kotak besar yang disimpan di samping televisi. Saat ini yang mereka percayai, anak-anak lebih memilih memainkan game di tablet, semuanya akan ditawarkan secara free-to-play. Namun keadaan belum sampai disana.
Sedangkan untuk saat ini, menunjuk pada poin utama artikel ini, kami cukup sreg menjatuhkan pilihan pada PS4. Namun untuk jangka panjang, kami percaya X1 yang dibuat dengan fokus bukan sekadar konsol game, bisa berkembang menjadi salah satu pilihan terbaik bagi mereka yang mencari sarana hiburan keluarga yang “all-in-one,” bukan sekadar kotak game saja. Bagaimana menurut kalian? Tuangkan komentarmu mengenai topik PlayStation 4 vs Xbox One ini melalui kolom komentar di bawah.