Penjualan Wii U Jauh Dari Ekspetasi, Nintendo Pangkas Target Hingga 70%
Nintendo mengkonfirmasikan jika penjualan konsol terbaru mereka, Nintendo Wii U, telah gagal mencapai ekspetasi, dan penjualan hardware serta softwarenya direvisi hingga kurang dari separuhnya.
Dalam sebuah konferensi pers, President Nintendo, Satoru Iwata mengkonfirmasikan jika penjualan konsol terbaru mereka, Nintendo Wii U, telah gagal mencapai ekspetasi mereka. Selain revisi penjualan hardware dan software, Nintendo juga mencoba mencari alternatif model bisnis baru setelah mereka memperkirakan akan menderita kerugian hingga 25 milyar-yen (atau sekitar Rp. 2.9 trilyun).
Sebelumnya Nintendo memproyeksikan keuntungan 55 milyar yen untuk tahun fiskal yang berakhir Maret, dan berharap penjualan selama musim liburan akhir tahun kemarin mereka bisa membangkitkan penjualan Wii U dengan menawarkan beberapa game ikonik mereka, seperti Super Mario 3D World atau The Legend of Zelda: The Wind Waker HD. Namun ternyata meleset, dan mereka pun memotong perkiraan penjualan konsol mereka hingga 70%, menjadi 2.8 juta units dari 9 juta unit, dan untuk game Wii U penjualannya diturunkan menjadi 19 juta unit dari 38 juta sampai akhir Maret 2014 mendatang. Demikian ini menjadi tahun ketiga dimana Wii U kembali menderita kerugian, sejak pertama kali dirilis November 2012 lalu. Kabar ini memang mengejutkan, apalagi Nintendo sendiri sudah berusaha menggairahkan penjualan Wii U September 2013 lalu, dengan memotong harga jualnya menjadi US $50, menjadi US $299.
Bukan rahasia lagi, dan kami juga sudah mengulasnya panjang lebar melalui ulasan khusus pertengahan tahun 2013 lalu, dan juga artikel lainnya berdasar laporan Gartner Oktober 2013, bahwa handheld gaming telah mengalami pukulan telak dari mobile gaming, seiring dengan perkembangan dan makin populernya teknologi smartphone dan tablet melalui Google Android OS dan Apple iOS, yang berujung pada meningkatnya kualitas game-game mobile hingga menyamai, atau bahkan mengungguli game-game handheld pada Nintendo 3DS dan Sony PlaySation Vita. Selain itu, game yang dikembangkan untuk mobile juga lebih murah, sehingga developer dan publisher mendapatkan lebih banyak margin keuntungan dari usaha mereka. Tidak heran jika mulai tahun fiskal 2013 lalu, banyak publisher yang sedikit merubah strategi bisnis mereka, dengan memasukkan mobile gaming serta memproduksi lebih banyak game mobile atau social game.
Mesin game Nintendo yang selama ini konsisten terfokus pada konten yang lebih berorientasi keluarga dan menjauhi software yang "dewasa" juga makin ditinggalkan pasar karena banyak gamenya yang ditunda, dan makin derasnya arus gamer kasual, pasar utama Nintendo, yang berpindah memainkan game mobile. Wii U pun juga makin susah berkompetisi di kelas konsol setelah dua rivalnya, Sony dan Microsoft merilis PlayStation 4 dan Xbox One yang kekuatannya berkali lipat Wii U, dan jelas menjadi pilihan gamer-gamer hardcore.
Meskipun muncul rumor Nintendo akan membuat tablet mereka sendiri yang fokus pendidikan, dan mungkin juga memasukkan ikon-ikon terlarisnya, seperti Pokemon, Zelda atau Donkey Kong di sana, namun sejauh ini mereka belum mau membuat game yang memang khusus untuk mobile dengan karakter-karakter tersebut. Hal itu bisa jadi membatasi penerimaan keuntungan Nintendo, mengingat pasar kasual yang kini lebih suka bermain game di smarphone dan tablet jumlahnya jauh lebih besar dari ceruk pasar handheld gaming.
“We failed to reach our target for hardware sales during the year-end, when revenues are the highest,” ujar president Nintendo, Satoru Iwata, selama laporannya pada para pemegang saham untuk menjelaskan pencapaian penjualan mereka, seperti dilaporkan oleh Reuters.
“We are thinking about a new business structure,” ujar Iwata dalam konferensi pers di Osaka. “Given the expansion of smart devices, we are naturally studying how smart devices can be used to grow the game-player business. It’s not as simple as enabling Mario to move on a smartphone.”
Pernyataan Iwata tersebut mengindikasikan jika Nintendo akan mencoba struktur bisnis baru yang berhubungan dengan perangkat mobile. Dari pernyataannya tersebut, bukan berarti kita akan segera mendapatkan game dengan ikon-ikon karakter terkelan dari Nintendo. Namun jika Nintendo tidak segera bertindak, sepertinya keadaan akan menjadi semakin sulit, mengingat banyak analis memprediksikan perkembangan game mobile ke depannya akan menggantikan handheld, dan bahkan menjadi sejajar dengan konsol.
Sumber: Reuters, Bloomberg