Terbukti! Inilah 6 Alasan Mengapa Orang Indonesia Sulit Menjadi Pemain Dota Profesional!
Bermain di atas panggung The International pasti menjadi impian para pemain Dota di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Namun, apakah mungkin kita bisa mewujudkan mimpi tersebut?
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sumber: Dota 2 Blog
Siapa yang tidak ingin menjadi pemain Dota profesional dan berdiri di atas panggung The International sambil mengangkat Aegis of Champions? Para pemain Dota dari seluruh penjuru dunia pasti mempunyai impian tersebut, namun, bagi sebagian besar orang termasuk kita, hal tersebut tidak lebih dari sebuah mimpi. Ingin tahu apa saja yang membuat kita akan sulit menjadi seorang profesional? Yuk kita simak lebih lanjut!
[duniaku_baca_juga]
Selain Rusia, SEA adalah salah satu server yang mendapat julukan “cancer” karena sikap para pemainnya yang dinilai negatif oleh banyak orang. Seharusnya, julukan tersebut bisa dihindari jika kita menyadari apa saja kelebihan dan kekurangan yang kita miliki, namun, pada kenyataannya masih ada banyak sekali orang yang melupakan hal penting tersebut. Inilah 6 alasan mengapa orang Indonesia tidak akan pernah menjadi pemain Dota profesional.
[page_break no="1" title="Kita Masih Tidak Bisa Mengendalikan Emosi"]
Sumber: Dota Blast
Emosi adalah salah satu hal terpenting saat bermain Dota. Sebagai sebuah game yang sangat mengutamakan strategi dan kerjasama tim yang baik, setiap keputusan harus kita buat dengan kepala dingin. Sayangnya, kebanyakan dari kita masih sulit mengendalikan emosi dan berpikir jernih setelah berulang kali terbunuh atau kesulitan melakukan farming. Kedua situasi tersebut bisa mengakibatkan banyak hal, mulai dari blaming, rage quit, atau bahkan feeding yang pastinya hanya akan merugikan teman satu tim.
Harus diakui bahwa mengendalikan emosi memang bukan hal yang mudah, karena ada suatu proses pendewasaan yang harus dilalui sebelum kita berhasil melakukan hal tersebut. Permainan psikologis adalah salah satu strategi yang tidak disadari oleh banyak orang saat bermain Dota. Saat kita mulai bermain dengan penuh emosi, tim lawan pasti akan menyadari hal tersebut dan memanfaatkannya untuk terus memancing gerakan kita. Karena sumbu yang pendek dan mudah terpancing, inilah alasan pertama mengapa pemain Indonesia sulit menjadi seorang profesional.
[page_break no="2" title="Kita Semua Merasa Sudah Seperti “Profesional”"]
Sumber: DHS
Selain emosi, rasa sombong adalah kekurangan lainnya yang sebenarnya dimiliki oleh banyak orang. Sejujurnya kemampuan kita pada saat ini mungkin sedikit lebih tinggi daripada mayoritas pemain Dota dari berbagai negara lain, namun, pola pikir seperti itu sama saja dengan meremehkan kemampuan seseorang tanpa pernah mengenal mereka.
Ada banyak sekali pemain ”profesional” di luar sana yang memandang teman satu tim sebagai sebuah beban dan alasan dari kekalahan mereka, dan pada kenyataannya hampir semua pemain Indonesia pasti melakukan kesalahan ini.
Sebuah tim yang pasti memiliki keseimbangan diantara para pemainnya, sehingga strategi mereka menjadi sulit dibaca oleh tim lain. Jika ada satu orang yang terlihat paling menonjol dari sebuah tim, pasti dia akan menjadi target utama yang harus dikalahkan, sehingga keberadaannya justru akan menjadi beban bagi keempat pemain lainnya.
Para tim profesional telah menyadari hal tersebut, sehingga mereka terus mengembangkan kemampuan masing-masing anggotanya. Kalau kita terus merasa bangga dengan skill yang kita miliki dan merendahkan orang lain, apakah kita pantas untuk memandang diri sendiri sebagai seorang profesional?
[page_break no="3" title="Kita Masih Bermain Dengan Keras Kepala"]
[read_more id="306505"]
Semua orang pasti tidak suka mendapat perintah dari orang asing, apalagi jika kita belum pernah mengenal orang tersebut. Hal yang sama juga berlaku dalam bermain Dota, di mana kita pasti sering mendapat “tips and trick” dari teman satu tim tanpa kita minta.
Poin sebelumnya telah membahas bagaimana rasa sombong sangat mempengaruhi kemampuan kita, dan dalam poin ini perasaan tersebut kembali mempengaruhi tindakan kita. Karena kita merasa bahwa kemampuan kita jauh lebih tinggi daripada keempat anggota tim lainnya, untuk apa kita mendengarkan setiap “bantuan” dari orang lain? Bukankah kita tetap bisa memenangkan pertandingan tanpa bantuan orang kan?
Jujur saja, beberapa dari kita pasti pernah memiliki pikiran seperti itu. Ego kita yang terlalu besar telah mem-filter semua perkataan yang masuk menjadi sebuah omong kosong, walaupun sebenarnya omongan tersebut dapat membantu kita.
Kemampuan dari para pemain seperti Miracle- dan Suma1L pasti sudah tidak perlu dipertanyakan lagi, namun, mereka tetap bisa menghormati dan menerima segala masukan yang diberikan oleh teman satu tim-nya. Jika seorang profesional bisa membuka diri terhadap pendapat orang lain, untuk apa kita masih keras kepala?
[duniaku_adsense]
Apa lagi nih penyebab orang Indonesia sulit menjadi pemain Dota profesional? Cek lanjutannya di halaman kedua!
[page_break no="4" title="Kita Masih Sulit Bermain Dengan Serius"]
Sumber: RedBull
[duniaku_adsense]
Pada dasarnya Dota memang bukanlah sebuah game yang mudah untuk dikuasai, karena ada lebih dari 100 hero dan 5 peran yang harus kita kuasai sehingga sulit untuk tetap fokus dalam permainan. Namun, pada kenyataannya kita masih sangat sering melakukan kegiatan lain ditengah permainan, baik untuk membalas chat Steam ataupun LINE dari orang lain. Padahal, kebiasaan seperti ini adalah salah satu hal yang berpotensi menjamin kekalahanmu dalam permainan.
[duniaku_baca_juga]
Walaupun kita mungkin telah menghabiskan waktu ratusan jam bermain Dota, jika kita masih tidak memiliki fokus yang tinggi maka semua waktu tersebut telah telah terbuang percuma. Hasil dari sebuah pertandingan dapat berubah hanya dalam 1 detik, dan tim yang berhasil memanfaatkan setiap detik yang mereka miliki berpotensi lebih besar untuk menjadi seorang pemenang. Dota bukanlah sebuah game individu, sehingga saat kita kehilangan fokus di tengah permainan, tidak hanya kita telah merusak permainan untuk diri sendiri, melainkan 9 orang lainnya juga ikut terpengaruh karena kesalahan kita.
[page_break no="5" title="Kita Selalu Menyalahkan Orang Lain"]
[read_more id="303234"]
Mungkin ini adalah pelajaran terpenting yang harus dipahami untuk menjadi seorang profesional. Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan, namun, bukan berarti kita harus terus menyalahkan orang tersebut sepanjang permainan.
Dalam sebuah pertandingan berskala besar seperti The International, kita pasti sering melihat seorang profesional melakukan kesalahan, namun, apakah kita melihat teman satu tim-nya mengejek pemain tersebut? Seorang profesional yang sebenarnya pasti akan mempelajari kesalahannya setelah turnamen tersebut dan menghabiskan waktu berjam-jam untuk menganalisis cara menghindarinya, lalu mengapa kita tidak melakukan hal yang sama?
Melihat seseorang melakukan kesalahan pasti membuat semua orang merasa kesal, apalagi jika kita yakin bahwa kesalahan tersebut seharusnya tidak mungkin terjadi. Namun, jika situasinya dibalik apakah kita ingin berada di posisi pemain tersebut? Tidak ada pemain Dota yang sempurna, dan sekarang adalah saatnya untuk menyadari hal tersebut. Mulailah menyaksikan replay dari pertandingan kita sendiri, pelajari berbagai kesalahan kecil yang terjadi, dan cobalah untuk introspeksi diri kita sendiri.
[page_break no="6" title="Kita Tidak Menyadari Peran yang Sebenarnya Dibutuhkan"]
Sumber: GosuGamer
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, Dota bukanlah game yang mudah untuk dikuasai. Dari banyaknya hero dan posisi yang bisa diambil, banyak orang pasti lebih sering memilih yang paling sering mereka gunakan – walaupun sudah ada orang yang mengisi posisi tersebut. Salah satu contoh dari hal ini adalah banyaknya orang yang memilih hero carry walaupun sudah ada 4 orang carry lainnya dalam tim mereka. Mengapa kita tidak memilih hero support atau pun offlaner yang sebenarnya jauh lebih dibutuhkan? Apakah lima orang carry yang tidak ingin membeli ward ataupun courier dapat menjamin kemenanganmu?
Sebenarnya alasan dari hal ini cukup sederhana, antara kita ingin menjadi pusat perhatian semua orang atau tidak ada satupun yang bisa mereka andalkan. Namun, kita lupa bahwa komposisi hero adalah pelajaran terpenting yang seharusnya dikuasai. Kita tidak bisa asal memilih hero tanpa mengoordinasikannya dengan teman satu tim. Walaupun terdengar sangat sederhana, rasa egois dalam diri kita telah membuat lupa bahwa ada lebih dari seratus hero dan lima peran yang bisa kita pilih, mengapa kita tidak ingin berkorban demi sebuah kemenangan?
Itulah enam alasan mengapa kita semua akan sulit menjadi seorang pemain Dota profesional. Jika ada salah satu alasan yang membuat kamu tersinggung, seharusnya kamu bisa menjadikannya sebuah masukan untuk meningkatkan kemampuanmu. Apakah ada lagi alasan lainnya yang menurutmu ditambahkan ke dalam daftar ini? Jangan lupa berikan pendapatmu di komentar yah!
Diedit oleh Fachrul Razi