Finding Paradise (PC), Sekuel Game To the Moon, Beli Gak?
Finding Paradise akhirnya dirilis! Game nyentrik ini merupakan kelanjutan To the Moon dan masih menawarkan cerita serta musik menyentuh. Siap untuk terharu?
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Di seri pertama "Beli Gak?" ini, kita akan membahas game yang sudah lama ditunggu-tunggu penggemar To The Moon besutan Freebird Games, Finding Paradise!
Buat kamu yang belum tahu, game To The Moon dikenal karena memiliki cerita yang menyentuh disertai musik yang menghanyutkan.
[duniaku_baca_juga]
Sekuel game ini juga menjanjikan hal yang sama. Apa saja yang menarik di dalamnya dan layakkah game ini dibeli?
Oh iya, jika kamu takut spoiler, jangan khawatir karena kami meminimalisir membeberkan cerita di sini. Kami hanya akan memberikan teaser yang mungkin akan membuatmu penasaran untuk mengetahui ceritanya sendiri!
[page_break no="1" title="Cerita yang Buat Terharu"]
Sudut pandang cerita Finding Paradise masih sama dengan game pendahulunya.
Kisah dimulai dengan dua orang dokter (Eva dan Neil) yang bekerja pada perusahaan bernama Sigmund Corp. Perusahaan ini unik, mereka menyediakan jasa mengubah memori seseorang.
Dengan pengubahan memori ini, mereka yang memiliki kenangan buruk atau mimpi yang tidak tercapai bisa mendapatkan apa yang diinginkannya. Bahkan dalam kondisi tertentu, ingatan sang pasien dapat dihapus!
Karena risikonya tinggi dalam mengubah kehidupan seseorang, jasa ini hanya ditawarkan kepada mereka yang sudah sekarat.
Jika pada To The Moon, Eva dan Neil dihadapkan pada seseorang yang memiliki kehidupan pahit, pada Finding Paradise ini mereka dihadapkan pada seseorang yang memiliki hidup bahagia.
Ia kaya secara materi dan memiliki istri serta anak yang amat mencintainya. Namun ia merasa hidupnya kosong, karena itu ia meminta Sigmund Corp untuk memberinya "hidup yang bermakna" tanpa mengubah memori tentang istri dan anaknya.
Cerita ini disampaikan lewat dialog-dialog cerdas yang tak jarang membuat saya berpikir. Selain itu, banyak momen dalam game ini yang juga membuat saya tertawa terpingkal, khususnya ucapan-ucapan Neil yang banyak menggunakan teknik dialog 4th wall (seolah berbicara ke kita sebagai pemain).
[read_more id="355531"]
Dari sini tampak bahwa fokus antara To The Moon dan Finding Paradise berbeda. Jika To The Moon fokus pada hubungan cinta, Finding Paradise fokus pada makna kehidupan pribadi.
Lirik lagu OST Finding Paradise berjudul Wish My Life Away ini mungkin memberikan sedikit gambaran.
All the grass on the other side
Is it only greener in my mind?
I'd still want it same
Because trading my yesterday
Is to wish my life away
[page_break no="2" title="Musik Menghanyutkan Hati"]
Buat kamu yang sedang galau, kami tidak menyarankan untuk mendengarkan musik di Finding Paradise. Sama seperti pendahulunya, musik dalam game ini sangat kuat dan dapat menghanyutkan pikiranmu. Salah satu lagunya dapat kamu temukan di atas.
Selain lagu "Wish My Life Away," lagu yang juga populer dari game ini adalah "The Scale Melody" dan "Time is a Place."
Selain lagu, game ini juga didukung oleh BGM dan sound effect yang mendukung suasana. Dalam beberapa momen, musik menakutkan dan mengagetkan muncul.
Sebagai mana yang kita tahu, Kan Gao sendiri merupakan seorang musisi, jadi tak heran musik-musik dalam game ini keren banget!
[page_break no="3" title="Grafis? Terbaik dalam Kategorinya"]
Untuk kamu yang suka grafik realistis dan next-gen, sebaiknya jauhi game ini. Mengapa?
Game ini menggunakan style grafis pixel-art, yang membuatnya terlihat seperti game dari Playstation pertama. Kamu tidak akan melihat efek-efek luar biasa. Selain itu, khususnya dari segi user interface, game ini tampak kuno.
Namun dalam kategori pixel art, kami merasa game ini memiliki tampilan yang luar biasa.
Selain penggambaran yang detail, permainan cahaya juga memiliki peran yang kuat dalam membangun suasana dalam game. Dibanding To The Moon, Finding Paradise tampak lebih dewasa dan memiliki style art yang konsisten dari awal sampai akhir.
Grafis, oke. Musik? Oke. Bagaimana dengan gameplay? Temukan jawabannya di halaman dua!
[page_break no="4" title="Gameplay yang Sederhana"]
Kami menempatkan gameplay di posisi bawah karena untuk sebuah game, gameplay yang dimiliki Finding Paradise amat minim.
Banyak task yang dilakukan hanyalah mencari barang-barang yang akan membuka cerita selanjutnya dalam game. Selain itu, ada beberapa mini-puzzle yang tidak sulit untuk dipecahkan.
Saya sendiri menyelesaikan game ini hanya dalam waktu 13 jam saja, itu pun karena selama kurang lebih 3 jam saya berputar-putar di tempat yang sama, yang ternyata ada glitch di dalamnya.
Ngomong-ngomong glitch, dalam hari-hari pertama peluncurannya, game ini masih memiliki beberapa bug.
Untungnya, developer Finding Paradise amat responsif menjawab pertanyaan pengguna di forum diskusi Steam sehingga kita tak perlu khawatir masalah tersebut terabaikan.
[read_more id="337456"]
Meski tampak sederhana, gameplay Finding Paradise justru memiliki penggemar tersendiri. Pasalnya, gameplay yang berlebihan akan membuat pemain lost track dari cerita game ini.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, cerita (story) merupakan elemen yang paling ditonjolkan dalam Finding Paradise. Tak heran developernya menekankan pada cerita dibanding hal lain.
Waktu game yang singkat sebenarnya juga memudahkan orang yang tidak memiliki banyak waktu untuk bermain. Tanpa grinding dan berputar-putar di dungeon, game ini mampu memberikan tingkat kepuasan tertinggi dalam waktu yang lebih cepat!
[page_break no="5" title="Beli atau Nggak?"]
Buat kamu yang menginginkan cerita panjang dan penuh adegan action, jangan beli game ini. Aktivitas yang bisa kamu lakukan di game ini sangat minim, hanya berjalan-jalan dan memecahkan puzzle sederhana.
Namun, bila kamu mementingkan story dan suka gaya RPG klasik, menurut kami game ini adalah game terbaik setelah To the Moon, pendahulunya. Game ini juga cocok bila kamu sedang tidak memiliki banyak waktu luang untuk bermain game. Dengan harga Rp89.000, maukah kamu membelinya?
Diedit oleh Audi E. Prasetyo