Baca artikel Duniaku lainnya di IDN App
For
You

5 Perbedaan Besar Antara Seri Resident Evil dan Silent Hill! Jenis Horornya Beda

Resident Evil dan Silent Hill.jpg
Resident Evil 4 dan Silent Hill 2 Remake. (Dok. Capcom/Resident Evil 4, Dok. Team Bloober, KONAMI/Silent Hill 2 Remake)
Intinya sih...
  • Resident Evil dan Silent Hill memiliki perbedaan besar dalam jenis horornya
  • Survival horror vs horor psikologis, penyajian cerita, dan gameplay menjadi perbedaan krusial antara kedua seri game ini
  • Asal usul ancaman, gaya penyampaian, dan ending dari kedua seri game juga menjadi pembeda yang signifikan

Dua nama besar dalam dunia horor video game, Resident Evil dan Silent Hill, sering dibandingkan karena sama-sama lahir di akhir 90-an dan menjadi pelopor game survival horror semasa di PS1.

Namun, keduanya memiliki identitas dan pendekatan yang sangat berbeda. Bagi gamer baru atau bahkan veteran yang belum menyadari kontras ini, berikut adalah 5 perbedaan besar antara Resident Evil dan Silent Hill:

1. Survival horror aksi versus horor psikologis

Cuplikan Resident Evil 4 Chainsaw Demo (dok. Steam/Resident Evil 4 Chainsaw Demo)
Cuplikan Resident Evil 4 Chainsaw Demo (dok. Steam/Resident Evil 4 Chainsaw Demo)

Meski sama-sama survival horror, Resident Evil dan Silent Hill itu penekanan kengeriannya beda.

Resident Evil lebih menekankan ketakutan fisik. Musuhnya mengerikan namun nyata, ada ancaman biologis seperti virus, dan tokohnya terlibat dalam aksi bertahan hidup. Ketegangan berasal dari keterbatasan peluru, zombie yang datang tiba-tiba, atau monster raksasa hasil eksperimen sains.

Silent Hill, bermain di ranah horor psikologis dan simbolik. Kota Silent Hill seperti cermin bawah sadar, menyesuaikan bentuk ketakutannya dengan isi jiwa karakter.

Bahkan sejak Silent Hill pertama kamu akan mendapati fenomena seperti kamu mencoba lari kembali ke jalan yang kamu lalui, tapi jalannya tiba-tiba jadi buntu. Atau kamu tadinya di toilet sekolah lantai dasar tapi malah pindah ke lantai dua. Kota Silent Hill benar-benar tidak bisa dipercaya.

Musuh-musuhnya pun sering bukan "makhluk", tapi representasi trauma, rasa bersalah, atau ketakutan personal.

2. Perbedaan penyajian cerita

game horor ps2 6.jpg
Silent Hill 4: The Room (Dok. Konami/Silent Hill 4: The Room)

Resident Evil cenderung membawa narasi dengan skala besar... konspirasi perusahaan, wabah virus global, dan organisasi rahasia seperti Umbrella atau BSAA. Fokusnya lebih ke penyelidikan dan aksi.

Silent Hill justru memusatkan cerita pada perjalanan batin karakter. Konflik berasal dari dalam diri tokoh utama, seperti rasa bersalah James Sunderland (SH2) atau pencarian jati diri Heather (SH3). Kadang pemain bahkan tak bisa percaya pada apa yang mereka lihat, karena dunianya sendiri bisa ilusi atau metafora.

Ucapan Vincent pada Heather di SH3 ("They look like monsters to you?") menjadi momen penting yang jadi bahan spekulasi pemain bahwa mungkin selama ini yang terlihat mengerikan bukan dunia luar, tapi mata kita sendiri. Sejak SH1, sudah muncul pertanyaan: apa yang dialami Harry itu nyata... atau delusi? Dan Silent Hill tidak pernah memberikan jawaban pasti karena justru di situlah letak horornya.

3. Gameplay: Aksi vs Atmosfer

Senjata P.R.L. 412 dari Resident Evil 4 (2005) (dok. CAPCOM)
Senjata P.R.L. 412 dari Resident Evil 4 (2005) (dok. CAPCOM)

Resident Evil (terutama sejak RE4) mengarah ke aksi intens senjata upgrade, boss fight, dan strategi bertempur. Bahkan di versi remake sekalipun, gameplay-nya penuh ketegangan karena harus mengatur sumber daya secara efisien.

Perhatikan bahkan Resident Evil 7 yang awalnya lebih ke horor pun memberikan kamu beragam senjata dahsyat, dan segmen pertempuran, di paruh akhirnya.

Silent Hill lebih lambat dan atmosferik.

Versi seperti Homecoming mencoba memberi aksi lebih banyak namun biasanya Silent Hill lebih setia pada pakem ini. Bahkan di Remake sekalipun.

Senjata sederhana, kontrol berat, dan musuh yang seringkali sebaiknya dihindari. Fokusnya bukan “menang”, tapi merasakan ketidakberdayaan. Audio desain dan musik Akira Yamaoka jadi tulang punggung pengalaman horor ini.

Di Silent Hill 2 Remake, meskipun sistem combat-nya ditingkatkan secara teknis (dengan animasi dan kontrol yang lebih responsif), rasa lemah dan tertekan tetap hadir dengan sangat efektif.

Musuh tidak mudah dijatuhkan, apalagi di tingkat kesulitan normal ke atas, kecuali kamu benar-benar tahu trik atau senjata yang cocok. Peluru cepat habis, dan darah merah di layar jadi teman akrab pemain. Rasa takut bukan hanya berasal dari monster, tapi dari pertanyaan internal: "Ini saya bisa selamat gak di ruangan selanjutnya?!"

Di sini terlihat perbedaan mendasar: RE mendorongmu untuk menjadi lebih kuat, sementara SH memaksamu bertanya seberapa lama kamu bisa bertahan sebelum tumbang.

4. Asal Usul Ancaman

Umbrella Corporation dari Resident Evil (residentevil.fandom.com)
Umbrella Corporation dari Resident Evil (residentevil.fandom.com)

Resident Evil: Semua horor berasal dari sains yang menyimpang. Virus, eksperimen genetika, senjata biologis. Dunia RE dijelaskan secara ilmiah (meskipun terkadang terlalu over-the-top).

Silent Hill: Dunia penuh mistik dan okultisme. Kota Silent Hill itu sendiri adalah entitas metafisik yang bisa mengerjai jiwa manusia. Agama sesat, kutukan, dan dunia paralel adalah tema utamanya, lebih dekat ke horor Lovecraftian daripada sains.

5. Gaya Penyampaian dan Ending

game dengan plot twist terbaik 1.jpg
Silent Hill 2 (Dok. Konami/Silent Hill 2)

Resident Evil sering punya gaya naratif yang lebih "Hollywood": cutscene sinematik, karakter heroik, dan ending yang kadang memperlihatkan tokoh utama evakuasi. Entah naik helikopter, kereta, atau kendaraan lain.

Silent Hill bermain dengan ambiguitas realitas, dan ending-nya sering kali tragis atau tidak jelas. Bahkan ending terbaik di SH2 masih menyisakan rasa pahit dan pertanyaan. Setiap keputusan kecil bisa memengaruhi nasib karakter utama, apakah dia berdamai, menolak realita, atau tenggelam dalam kegilaan.

Jadi memang, Resident Evil dan Silent Hill mungkin memiliki sejumlah kemiripan. Versi PS1-nya sama-sama mengharuskan kamu untuk jaga-jaga pakai senjata api karena peluru terbatas, dan sumber daya pun harus dihemat.

Tapi lihat lebih dalam dan dua judul horor populer ini sebenarnya beda banget!

Yang satu menggugah adrenalin dan mendorong pemain untuk bertahan, yang satu lagi menggali ketakutan terdalam dan mempertanyakan siapa kita sebenarnya.

Mana yang lebih menakutkan? Tergantung: takut diserang zombie di lorong gelap, atau takut pada dosa yang belum dimaafkan?

Kamu lebih suka Resident Evil atau Silent Hill? Sampaikan di kolom komentar!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fahrul Razi Uni Nurullah
EditorFahrul Razi Uni Nurullah
Follow Us