Waduh! Ending 9 Game ini Bikin Pemainnya Marah dan Kecewa Berat!
Saat kita mencapai ending dari sebuah game, seharusnya kita merasa bangga atas kerja keras kita. Namun, ternyata ada banyak juga game yang tidak mengizinkan kita merasakan hal tersebut!
Sumber: Depasquale[/caption]
Tidak percaya kalau tidak semua game berakhir dengan bahagia? Inilah 9 ending game yang bikin pemainnya marah dan kecewa berat!
Bermain game adalah salah satu aktifitas yang menyenangkan, apalagi jika kita bisa menyelesaikan game tersebut. Namun, pada kenyataannya ada juga banyak game yang ingin membuat para pemainnya merasa geram dan bahkan kecewa setelah memainkannya. Ingin tahu ending game apa saja yang dimaksud? Yuk, kita simak lebih lanjut!
SPOILER ALERT
[duniaku_baca_juga]
[page_break no="9" title="Bioshock: Infinte"]
Sumber: Giantbomb
Jangan takut bila kamu merasa bingung setelah menamatkan Bioshock: Infinite, karena ada banyak sekali orang yang merasakan hal tersebut. Dalam game pertamanya, penggunakan kalimat "Would you kindly?" adalah sebuah plot-twist yang sangat mengejutkan karena kita telah berulang kali mendengar kata tersebut tanpa mengetahui makna yang sebenarnya. Sedangkan dalam Bioshock: Infinite, Booker secara "tiba-tiba" mengingat berbagai detail penting dalam masa lalunya demi membuat ending yang terlihat berkesan dan penuh makna.
Sumber: Maxrambles[/caption]
[read_more id="320710"]
Sepanjang permainan kita terus menebak siapa identitas Elizabeth dan Comstock yang sebenarnya, dan semua hal tersebut dijelaskan secara tersirat seperti pada kedua game sebelumnya. Namun, pada ending Bioshock: Infinite para developernya seakan menyuapi kita berbagai informasi penting dan memaksa kita untuk menerimanya. Mereka mungkin merasa telah membuat sebuah ending yang terlihat briliant dan jenius, namun, pada kenyataannya Bioshock: Infinite adalah sebuah game dengan ending yang sangat konyol dan mengecewakan.
[page_break no="8" title="Life is Strange"]
Sumber: Fandom[/caption]
Salah satu alasan mengapa Life is Strange sangat populer adalah ceritanya yang dalam dan penuh dengan realita kehidupan remaja di dunia modern. Dengan gameplay yang sangat sederhana, Dontnod Entertainment berhasil membuat sebuah game yang membawa para pemainnya ke dunia lain. Sayangnya, banyak orang merasa bahwa ending dari Life is Strange terlalu dipaksaan dan antiklimaks jika dibandingkan dengan apa yang terjadi dalam ke-empat episode sebelumnya.
Sumber: Giantbomb[/caption]
Sebagai sebuah game yang sangat mewajibkan kita untuk berpikir sebelum memilih, apa yang selama ini telah dilakukan oleh Max seharusnya dapat mempengaruhi ending dari Life is Strange. Namun, pada kenyataannya semua hal tersebut tidak berarti apapun. Meminta para pemainnya untuk memilih antara menyelamatkan teman atau tempat tinggal kita bukanlah pilihan yang logis, dan hal telah membuat Dontnod menodai sebuah masterpiece buatan mereka.
[page_break no="7" title="Final Fantasy XIII-2"]
Sumber: TV Tropes[/caption]
Final Fantasy XIII-2 masuk ke dalam kategori yang cukup unik. Dia adalah sebuah sekuel dari game yang tidak disukai dan prekuel yang tidak diminta oleh banyak orang. Selain menggantikan Lighting dengan Sera, XIII-2 menambahkan elemen waktu demi membuat ceritanya semakin kompleks. Namun, cerita yang sulit dipahami bukanlah alasan mengapa Final Fantasy XIII-2 muncul di daftar ini.
Sumber: Final Fantasy Wikia[/caption]
[read_more id="320299"]
Sepanjang permainan, Sera telah melewati banyak masalah demi menemukan Lightning yang seharusnya bisa menyelamatkan masa depan. Namun, pada akhirnya tidak ada satupun dari masalah tersebut yang mendapatkan penjelasan ataupun jawaban. Apa yang kita dapatkan hanyalah tulisan "To be continued" dan untuk mengetahui apa yang terjadi, kita harus membeli game selanjutnya. Membuat sebuah game yang membingungkan seharusnya sudah lebih dari cukup untuk membuat para pemainnya merasa kesal, namun mengunci ending yang baru bisa didapat setelah membeli game selanjutnya adalah tindakan yang jauh lebih gila.
[page_break no="6" title="The Order: 1886"]
Sumber: Andy Gillean[/caption]
The Order: 1886 adalah sebuah game di tahun 2015 yang berhasil mengecewakan semua orang. Game tersebut mungkin memiliki gameplay dan grafis yang terlihat menarik, namun eksekusinya tidak dijalankan dengan sempurna. Mulai dari AI yang tidak berguna, sistem bidik yang cacat, hingga fitur stealth yang tidak efektif, semua hal tersebut telah membuat banyak orang membenci game yang seharusnya memiliki potensi ini. Satu-satunya hal yang dianggap menarik dari game ini adalah ceritanya yang cukup unik, di mana mereka berhasil menggabungkan mitos dan sejarah di tahun tersebut seperti vampir, lycan dan Jack the Ripper.
[duniaku_adsense]
Sumber: PlayStation Universe[/caption]
Dalam akhir permainan, setelah sang tokoh utama Grayson berhasil mengagalkan rencana United Indian Company yang ingin menyelundupkan pasukan vampir, dia harus membunuh teman dekatnya yang ternyata adalah seorang pengkhianat. Walaupun terdengar sangat menarik, pertarungan terakhir Grasyon dengan rekannya hanyalah serangkaian QTE (Quick Time Event) yang sebelumnya telah kita lakukan. Akhir dari sebuah permainan seharusnya membuat kita merasa puas dan bangga, malah tidak memperlihatkan kematian tokoh antagonis. Dan menjelaskan kalau Grayson sekarang telah terasingkan oleh pasukannya sendiri adalah ending game yang sangat mengecewakan.
Masih ingin tahu ending game apa lagi yang bisa membuat pemainnya merasa marah dan kecewa? Lanjut ke halaman berikutnya!
[page_break no="5" title="Fable II"]
Sumber: Giantbomb[/caption]
Pada tahun 2008 Peter Molyneux dan timnya kembali dengan Fable II yang dirilis secara ekslusif untuk Xbox 360. Berbeda dengan game pertamanya, kali ini Fable II menceritakan tentang perjuangan seorang anak kecil bernama Sparrow yang akan mengakhiri masa penjajahan seorang pemimpin jahat bernama Lucien dan menyatukan seluruh wilayah Albion. Fable II memiliki setting yang lebih modern dan luas, namun sayangnya semua hal tersebut dirusak oleh ending game yang sangat mengecewakan.
Sumber: Kotaku UK[/caption]
[duniaku_baca_juga]
Setelah menguasai berbagai ilmu sihir dan senjata unik, pertemuan terakhir Sparrow dengan Lucien yang seharusnya sangat berkesan ternyata hanyalah sebuah percakapan yang bisa kita akhiri hanya dengan menembaknya. Bahkan, jika kita tidak menembak Lucien maka karakter lain akan melakukan hal tersebut. Game pertamanya berakhir dengan pertarungan antara tokoh utama melawan seekor naga, sehingga memberikan ending seperti ini untuk sebuah sequel yang sangat ditunggu-tunggu sama saja dengan menghina para pemainnya.
[page_break no="4" title="Far Cry 4"]
Sumber: Ubisoft[/caption]
Dalam Far Cry 4, kita berperan sebagai Ajay Ghale yang sedang dalam perjalanan ke tempat kelahiran ibunya untuk meletakkan abu ibunya itu. Namun, ditengah perjalanan kamu akan ditangkap oleh Pagan Min yang menaruh perhatian kepada Ajay setelah mengetahui identitasnya. Pertemuan pertama Ajay dan Pagan berakhir dengan baik berkat bantuan The Golden Path, kelompok pemberontak yang ingin menggulingkan kepemimpinan Pagan Min. Bersama dengan pasukan tersebut Ajay harus bertahan hidup di pegunungan Himalaya demi menyelesaikan permintaan ibunya.
Sumber: Gamespot[/caption]
[read_more id="320233"]
Sayangnya, sama seperti apa yang terjadi dalam Fable II, ending dari game ini adalah percakapan panjang antara Pagan dengan Ajay yang bisa diakhiri dengan sebuah tembakan. Namun, jika kamu terus mendengarkan Pagan hingga akhir maka dia akan pergi menggunakan helikopter tanpa adanya pertarungan apapun. Walaupun Ajay tetap memiliki pilihan untuk menembak helikopter Pagan saat dia melarikan diri, apakah menurutmu ini ending game yang seharusnya kita dapatkan?
[page_break no="3" title="Ghost 'n Goblins"]
Sumber: Escapist Magazine[/caption]
Sebelum Dark Souls dikenal sebagai salah satu game paling sulit yang pernah ada, Ghost 'n Goblin telah memiliki gelar tersebut semenjak kehadirannya di mesin arcade. Dalam game ini, kamu berperan sebagai Sir Arthur, seorang kesatria yang harus bertarung melawan pasukan iblis demi menyelamatkan seorang ratu. Setelah bersusah payah mencapai level terakhir, jika kamu tidak memiliki sebuah item khusus, maka kamu akan dikirim kembali ke awal level 5 dan dipaksa untuk mengulangi kerja kerasmu!
Sumber: Koke PM[/caption]
Memaksa para pemainnya untuk mengulangi kerja keras mereka seharusnya sudah lebih dari cukup untuk membuat kita merasa geram. Namun setelah kembali ke level terakhir dan mengalahkan sang iblis, maka kamu akan mendapatkan kejutan baru. Semua jerih payah yang kamu lakukan selama adalah jebakan yang disiapkan oleh sang iblis, sehingga kamu akan dikirim kembali ke awal permainan untuk menyelesaikan game ini dalam tingkat kesulitan yang lebih tinggi.
[page_break no="2" title="Assassin's Creed III"]
Sumber: PC Gamer[/caption]
Sebelum Black Flag berhasil menyelamatkan nyawa franchise Assassin's Creed, Ubisoft telah melakukan banyak kesalahan dalam Assassin's Creed III. Mulai dari tokoh utama yang membosankan, tidak adanya bangunan megah dan menarik seperti sebelumnya, hingga cerita yang terlalu dipaksakan. Namun, semua itu bukanlah kesalahan terburuk dari game ini.
Pada akhir kisah dirinya sebagai seorang assassin, Connor yang sedang terluka melakukan perjalanan panjang hanya demi membunuh Charles Lee tanpa mengucapkan apapun, dan dia menyembunyikan kunci kuil peradaban pertama di makam anak Achiles. Adegan ini terlihat sangat konyol, apalagi jika kita mengingat apa saja yang telah Lee lakukan terhadap Connor sepanjang permainan.
Sumber: GeForce[/caption]
Di masa modern, Desmond berhasil menemukan kunci yang Connor sembunyikan dan secara tidak sengaja membebaskan Juno yang ingin menguasai dunia. Walaupun diberikan pilihan untuk membiarkan sebagian umat manusia hancur dan menjadi pemimpin dunia baru, Desmond lebih memilih untuk mengorbankan dirinya demi nyawa orang lain. Sebagai seorang assassin di jaman modern, kita tidak pernah melihat Desmond melakukan aksi apapun, dan pada akhirnya dia mati tanpa bisa melakukan apapun. Ubisoft telah menyia-nyiakan salah satu karakter yang paling menarik demi dua ending game yang sangat mengecewakan, baik itu Desmond ataupun Connor.
[page_break no="1" title="Dead Space 3"]
Sumber: Gaming Dragons[/caption]
Sebagai salah satu game dari franchise horror yang sangat terkenal, tidak heran jika banyak orang memiliki ekspektasi tinggi terhadap Dead Space 3. Setelah game pertama dan kedua yang berhasil menakuti para pemainnya, game ketiganya justru mengubah semua hal tersebut dan mengubah Dead Space menjadi sebuah game action-shooter dengan menghadirkan mode Co-Op dan kelompok Unitologist. Walaupun memiliki budget yang lebih besar, Dead Space 3 terlihat lebih seperti sebuah game action daripada game horror.
Sumber: Game Informer[/caption]
Dalam ending game tersebut, Isaac Clarke dan rekannya John Carver mengorbankan diri mereka demi menghancurkan bulan yang akan menghantam bumi. Namun, dalam adegan post-credit kita bisa mengetahui bahwa mereka berdua sebenarnya masih hidup. Sayangnya, untuk mengetahui nasib Isaac dan Carver kita harus membeli sebuah DLC yang memiliki ending seburuk game aslinya. Dengan adanya dua ending yang buruk dari sebuah game yang sama, tidak heran franchise ini tidak dilanjutkan kembali.
[duniaku_adsense]
Dari kesembilan game tersebut, apakah ada yang pernah kamu mainkan? Apakah kamu mengetahui game lainnya dengan ending yang tidak kalah mengecewakan daripada semua game di atas? Langsung tulisakan pendapatmu di komentar yah!
Diedit oleh Snow
Konferensi komunitas Game terbesar di Indonesia! Coba berbagai macam game dan dapatkan doorprize di GAME PRIME 2017, Balai Kartini, Jakarta, 29-30 Juli 2017. Info: http://www.gameprime.asia