Rupiah Anjlok ke Titik Terendah dalam 16 Tahun, Bagaimana Nasib Gamer?!
Apa pendapat para trusted seller seputar kondisi rupiah yang menggenaskan ini?
Nilai tukar rupiah bergerak melemah hingga nyaris menyentuh level terendah dalam 16 tahun terakhir!
Mengutip data Bloomberg, Rabu 17 Desember 2014, nilai tukar rupiah tercatat melemah 0,3% ke level Rp 12,723 per dolar AS pada perdagangan pukul 9:30 waktu Jakarta. Angka tersebut nyaris menyentuh level terendah pada masa krisis bulan Agustus 1998.
Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, kurs dolar AS mengalami penguatan hampir ke seluruh mata uang dunia. Ini merupakan gejala global yang masih akan terjadi sampai AS menuntaskan normalisasi kebijakan moneter.
Sementara itu Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara menyebutkan bahwa rupiah anjlok ini juga terpengaruh dari Rusia yang tengah menghadapi tekanan berat dari penurunan harga minyak dunia. Rusia sudah enam kali menaikkan suku bunga acuan sepanjang 2014. Hal itu terpaksa dilakukan karena harga komoditas minyak dunia turun dan menggerus pendapatan Rusia sampai 50 persen.
Apapun penyebabnya, kondisi rupiah yang terpuruk ini berdampak sangat buruk bagi dunia game Indonesia. Pemain PS4, Xbox One, Wii U, 3DS, dan PS Vita yang sudah terbiasa membeli game-game original mulai merasakan naiknya harga game, aksesoris, dan konsol. Saat ini mereka pun memilih untuk menunda beli game baru (apalagi konsol baru!). Tentu saja, yang paling merasakan dampak dari rupiah anjlok ini adalah para penjual game, alias seller.
Kami pun berdialog dengan beberapa trusted seller seputar kondisi rupiah ini. Berikut pendapat mereka:
"Naiknya dolar sangat mempengaruhi daya beli masyarakat. Karena harga mesin dan harga game yang melonjak sekitar 10 persen, orang cenderung menahan untuk membeli barang baru," ujar Ken, pemilik Kenken Cashernn Olstore. "Ini akan berakibat barang-barang sperti Gateway dan sejenisnya akan menjadi oasis bagi mereka yang berbudget rendah. Sangat disayangkan kalau ini terjadi, karena masyarakat saat ini sudah mulai beralih ke original."
Hengky Tanuwidjaja, pemilik Play Inc. - online game store. punya pendapat yang berbeda. "Karena baru berlangsung selama satu minggu terakhir ini, minat orang untuk beli game masih bisa dibilang cukup baik, karena kebetulan juga game-game judul AAA, sudah pada rilis November kemarin, dan itu dengan harga dollar yang belum setinggi sekarang," katanya optimis.
"Kita juga jual masih pake harga lama," tambah Hengky. "Kecuali nanti ketika para retailer melakukan restock game-game dan masuknya judul-judul baru, tentu harganya akan mengikuti harga dollar yang tinggi ini. Otomatis harga jual juga jadi tinggi dibanding sebelumnya. Baru seelah itu buyer cenderung untuk lebih selektif dalam membeli game."
Sedangkan menurut Returner OlStore, harga dollar tinggi seperti memaksa banyak gamer untuk menahan diri membeli konsol. Kenaikan harga konsol cukup signifikan. Contohnya saja, PlayStation 4 sebelumnya dijual seharga 5,1 juta, sekarang terpaksa naik menjadi 5,4 juta.
"Pada akhirnya gamer-gamer yang mengidamkan konsol atau handheld terbaru, akan lebih memilih mesin second," pungkas Returner OlStore.
Sementara itu Wilkie Alexzander, pemilik Dusebuto, menyebutkan kalau kenaikan harga ini membuat banyak seller yang lebih berhati-hati. "Jadinya kita jadi takut buat ready stock. Cuma bisa PO aja," akunya.
Suram juga. Padahal saat ini sudah dekat dengan Natal, momen yang tepat untuk membeli konsol atau handheld baru. Jadi kalau begini bagaimana nasib gamer? Apakah memang harus menunggu rupiah kembali perkasa?