Kami Mencoba Demo Code Vein, "Dark Souls" Rasa Anime. Berikut Impresi Kami!
Cari gim anime yang menantang? Nih cobain Code Vein! Berikut impresi kami saat mencoba demo terbarunya bulan April lalu
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Masih ingatkah kamu dengan Code Vein? Yap, gim yang digadang-gadang bakal jadi salah satu andalan dari Bandai Namco ini sempat "menghilang" beritanya dari peredaran setelah mereka merilis demo untuk publik di event Tokyo Game Show 2017. Terakhir kali kita mendengar info dari Code Vein pada pertengahan 2018 atau lebih dari satu tahun lalu.
Pada saat itu, Bandai Namco mengonfirmasikan bahwa mereka menunda perilisan gim ini. Alasannya, mereka membutuhkan waktu lebih banyak untuk memoles gim agar menjadi lebih apik. Sejak saat itu, kamipun bertanya-tanya, bagaimana nasib dari gim ini ya?
Beruntung, di akhir April 2019 kemarin, Duniaku.net mendapatkan undangan eksklusif dari Bandai Namco untuk mengunjungi markas mereka yang ada di Singapura. Tujuannya adalah untuk menghadiri Restart Event dari Code Vein yang diperuntukkan khusus untuk media-media gim di Asia Tenggara.
Restart Event ini kabarnya digelar dalam waktu yang bersamaan di seluruh dunia. Selain di Singapura, terdapat event serupa di berbagai belahan dunia seperti di Jepang dan Eropa. Duniaku.net sendiripun menjadi satu-satunya media gim dari Indonesia yang mendapatkan kesempatan berharga ini.
Sesuai dengan namanya, dalam event ini Bandai Namco ingin menunjukkan sudah sejauh mana progress dari Code Vein yang banyak dianggap sebagai "Dark Souls" versi anime ini. Dan tentu saja, para media termasuk kamipun mendapatkan kesempatan untuk menjajal build terbaru dari gim ini yang tentu sudah mendapatkan update yang signifikan dari demo terakhir di TGS 2017 lalu.
Bagaimana sih serunya Code Vein? Simak impresi kami memainkan "Dark Souls" versi anime ini.
"Menyiksa" seperti Souls, tapi lebih "wajar"
Tentu ada alasan mengapa gim ini disebut sebagai "Dark Souls" versi anime. Tak lain dan tak bukan adalah tingkat kesulitannya yang cukup tinggi! Sistem pertarungannya yang lambat dan taktis pun mungkin akan membuatmu langsung teringat dengan gim besutan From Software tersebut. Bandai Namco pun juga sempat menyebutkan bahwa mereka memang terinspirasi dari judul tersebut saat mengembangkan Code Vein.
Apalagi dalam build terbaru yang kami mainkan, gim ini hanya menyediakan satu tingkat kesulitan saja. Dalam TGS 2017 lalu, tim pengembang Code Vein sempat mengonfirmasikan bahwa mereka tidak ingin memberikan opsi tingkat kesulitan untuk pemain. Tapi dengan masih ada waktu tersisa sebelum perilisan, siapa tahu mereka akan berubah pikiran?
Namun penulis merasa tingkat kesulitan dalam Code Vein masih dalam batas "wajar", paling tidak dalam demo yang kami mainkan. Di beberapa area mungkin kamu akan kewalahan saat menghadapi beberapa musuh sekaligus. Namun, kamu bisa menyusun strategi untuk menarik perhatian mereka satu per satu jika tidak ingin dikeroyok sampai tewas.
Saat bertarung, kamu memiliki sebuah bar spesial bernama Focus Gauge. Kamu bisa mengisi bar ini dengan cara menghajar musuh. Saat bar ini terisi penuh, kamu bisa melakukan serangan yang lebih kuat kepada musuh, yang bisa membuat mereka dalam posisi stagger dan memudahkanmu untuk menghabisinya.
Tapi jangan salah. Seperti yang kami tuliskan di awal bahwa gim ini cukup "menyiksa", bukan kamu saja yang memiliki Focus Gauge. Musuhmu pun juga demikian! Mereka bisa mengisi bar tersebut, dan membuatmu dalam kondisi stagger dengan sekali pukul saat bar tersebut terisi penuh. Saat stagger, damage yang kamu terima akan lebih besar dan kamu akan sulit menghindari serangan-serangan berikutnya.
Meskipun cukup menyiksa, akan tetapi kami merasa kadar menyiksanya masih dalam tahap "wajar". Contohnya saat tewas, kamu akan kembali ke Mistle (checkpoint) yang kamu kunjungi sebelumnya. Jarak antar checkpoint di game ini memang jauh, tapi tidak sejauh gim-gim "menyiksa" lain seperti Dark Souls atau Bloodborne. Yah, lagi-lagi masih dalam tahap wajar lah.
Dan jika kamu kembali ke Mistle untuk mengisi HP, maka ada kalanya musuh-musuh yang sudah kamu habisi akan hidup kembali. Jadi ya, pikir baik-baik sebelum kamu memutuskan kembali ke Mistle, apalagi setelah kamu berhasil mengalahkan musuh yang cukup merepotkan sebelumnya.
Mistle bukan sekadar checkpoint biasa
Di sini Mistle bukan hanya sekadar checkpoint atau menyembuhkan HP saja. Jika kamu menemukan Mistle yang membusuk (Rotten Mistle), kamu bisa mengaktifkannya untuk membuka Map antara Mistle tersebut dengan Mistle sebelumnya. Selain itu, kamu juga bisa teleport dari satu Mistle ke Mistle lainnya.
Bukan cuma itu, kamu juga bisa menaikkan level di Mistle dengan menggunakan Haze yang kamu kumpulkan dari mengalahkan musuh. Selain naik level, kamu juga bisa mempelajari Gift (skill) baru juga dengan menggunakan Haze yang sudah kamu kumpulkan.
Asyiknya mengutak-atik strategi Blood Code
Elemen strategi juga terlihat dalam penggunaan sistem Blood Code yang tak lain merupakan sistem kelas dalam Code Vein. Yang membuatnya berbeda dengan gim-gim lain, kamu bisa sewaktu-waktu mengganti Blood Code sebelum menghadapi musuh tertentu, tanpa perlu ke checkpoint atau menemui NPC terlebih dahulu.
Selama memainkan build khusus kemarin, kami mendapatkan kesempatan untuk menjajal enam Blood Code yang tersedia, antara lain Fighter, Ranger, Caster, Berserker, Prometheus, dan Blood Code keenam yang didapat setelah menamatkan demo.
Masing-masing Blood Code memiliki keuntungan dan kerugian saat melawan satu musuh tertentu. Sebagai contoh Fighter bisa menggunakan senjata melee dengan damage yang paling besar, akan tetapi serangannnya sangat lambat. Fighter cocok digunakan apabila kamu ditemani oleh partner seorang Ranger yang bisa memberikan dukungan dan melakukan serangan jarak jauh.
Beruntung dalam salah satu bagian demo kemarin, kami sempat mendapatkan partner NPC seorang Ranger yang bisa memberikan serangan "pembuka" sebelum dihajar dengan damage besar dari penulis yang menggunakan Fighter.
Selain strategi dalam menentukan Blood Code yang cocok, kamu juga dituntut untuk memiliki senjata dan armor (Blood Veil) yang bisa digunakan untuk Blood Code yang kamu pilih. Jadi kamu tidak bisa secara "dadakan" untuk berganti Blood Code sekalipun kamu bisa melakukannya kapan saja selama permainan.
Tentunya pemilihan Blood Code ini akan menjadi salah satu bagian yang krusial apabila nantinya fitur multiplayer-nya diimplementasikan.
Banyak fan service
Gim-gim yang menyiksa identik dengan visual yang kelam dan seram. Lihat saja seperti Dark Souls atau Bloodborne. Namun Code Vein menawarkan nuansa yang sedikit berbeda. Memang nuansa kelam masih terasa, namun dengan gaya grafis ala anime shounen, kami merasa game ini mengandung banyak fan service.
Lihat saja beberapa karakter seperti Girl in White yang ada di screenshot di bawah ini. Pasti sudah paham dengan maksud kami bukan?
Bukan itu saja, kamu bisa mengkustomisasi karaktermu sesuai keinginan (video dan penjelasannya akan kami paparkan di bagian berikutnya). Beberapa desain karakter tampaknya memang dibuat untuk menarik minat para penggemar anime yang ingin menjajal sebuah pengalaman bermain gim yang berbeda. Jika Souls atau Bloodborne terlalu hardcore bagimu, Code Vein ini bisa jadi pilihan yang menarik.
Kustomisasi karakter
Bukan hanya gameplay-nya saja yang hardcore. Akan tetapi kustomisasi karakternya pun dijamin bisa menghabiskan waktumu berjam-jam. Ada banyak opsi untuk kustomisasi karakter, mulai dari jenis kelamin, tipe rambut, bahkan warna kulit dan warna mata pun bisa kamu ubah.
Jadi, jika kamu merasa bakal menghabiskan banyak waktu untuk menghajar musuh yang sulit-sulit di gim ini (dan sering tewas), setidaknya untuk permulaan cobalah untuk membuat karaktermu jadi enak dipandang agar ada sedikit hiburan :)
Sayang kontrol dan AI masih kurang oke
Jika dibandingkan dengan build pertama di TGS 2017 lalu, memang gim ini sudah mendapatkan banyak improvisasi. Bahkan dalam segi tingkat kesulitan, kami merasa gim ini sudah lebih "wajar". Akan tetapi kami menemukan beberapa minus dari segi kontrol dan AI musuh yang dihadapi.
Dari segi kontrol, tampak kontrol gim ini sedikit kurang responsif. Memang sistem pertarungannya berjalan lambat, akan tetapi kami beberapa kali merasakan adanya sedikit delay antara penekanan tombol dengan aksi di layar.
Sedangkan untuk AI musuh, kami rasa masih bisa ditingkatkan lagi. Banyak AI musuh (musuh biasa, bukan boss) yang kadang "cuek" saat kami berjalan melintasi mereka. Tidak ada serangan dari mereka sebelum kami menyerang lebih dahulu. Beberapa musuh juga bergerak mengikuti pola yang sama setiap kali kamu restart dari checkpoint dan kembali ke area musuh tersebut.
Kesimpulan
Bagi penulis yang sebenarnya cukup dibuat kesal dengan Dark Souls atau Bloodborne, gim ini cukup asyik kok untuk dimainkan. Tingkat kesulitan yang masih wajar, gaya grafis yang cantik (meskipun ada beberapa bagian cutscene yang masih kasar) dan juga keasyikan mengutak-atik Blood Code yang cocok untuk bertarung membuat penulis cukup menikmati gim ini.
Setidaknya, penulis tidak sampai melempar kontroler karena gemas tidak bisa mengalahkan satu musuh tertentu. Hehe..
Tapi hal tersebut tidak berlaku saat penulis memainkan stage "bonus" berjudul The Depths yang penulis eksplorasi setelah menyelesaikan pertempuran boss. Jika dibandingkan dengan gameplay misi utama, The Depths memiliki tingkat kesulitan dua atau tiga kali lipat lebih susah!
Bandai Namco sendiri menyebutkan bahwa gim ini akan siap rilis tahun 2019 ini juga. Dengan masih ada waktu yang tersisa, semoga mereka bisa memperbaiki beberapa bagian yang kurang, terutama masalah kontrolnya.
Oiya, kabarnya Bandai Namco saat ini tengah menyiapkan Network Test untuk PS4 dan Xbox One yang akan digelar dalam waktu dekat. Bagi kamu yang ingin main lebih awal, bisa coba untuk mendaftarkan diri di website resminya.