Review The Dark Pictures Anthology: The Devil in Me

Game yang satu ini sangat intens dan cukup berdarah!

Review The Dark Pictures Anthology: The Devil in Me

The Devil in Me sudah rilis sejak 18 November 2022.

Ini adalah judul terbaru dari The Dark Pictures Anthology. Kalau kamu sudah pernah main Man of Medan, Little Hope, dan House of Ashes, ini adalah judul terbaru dari seri itu.

Seperti apa sih game-nya? Simak di bawah ini! 

1. Ceritanya soal apa?

Review The Dark Pictures Anthology: The Devil in MeScreenshot dari The Devil in Me. (Dok. Supermassive Games/The Dark Pictures Anthology: The Devil in Me)

Kru dokumenter dapat undangan mengunjungi replika dari "Murder Castle," hotel dari pembunuh berantai H. H. Holmes. 

Saat mencapai hotel, para kru ini mendapati kalau ada sosok yang mengincar mereka.

Hidup atau matinya para kru ini akan ditentukan oleh kamu, selaku pemain. 

Baca Juga: Preview The Dark Pictures Anthology: The Devil in Me! Makin Sinematik!

2. Gameplay khas The Dark Pictures Anthology, tapi dengan tambahan

Review The Dark Pictures Anthology: The Devil in MeScreenshot dari The Devil in Me. (Dok. Supermassive Games/The Dark Pictures Anthology: The Devil in Me)

Kamu pernah main The Dark Pictures Anthology lain sebelumnya?

Mungkin House of Ashes? Atau Man of Medan? Atau mungkin Little Hope?

Permainan The Devil in Me pada dasarnya masih mirip itu. 

Sepanjang game, kamu akan disuguhi beberapa pilihan. Pilihan-pilihan itu bisa mempengaruhi hubungan antara karakter. 

Beberapa pilihan bahkan bisa berujung pada hidup atau matinya para karakter.

Selain pilihan, ada juga momen-momen di mana kemampuan quick time event kamu diuji. Kamu harus menekan tombol yang tepat dengan cepat, untuk terhindar dari situasi buruk. Atau menekan tombol di saat yang tepat, untuk membantumu bersembunyi. 

Seperti game The Dark Pictures Anthology ini, kamu masih bisa memainkan semua karakter sendirian, atau kamu main bersama teman. Kalau kamu main bersama teman, kamu bisa mengatur siapa menggerakkan karakter mana. 

The Devil in Me ini juga memiliki beberapa fitur baru, seperti inventory. Sejumlah karakter memiliki item yang unik untuk mereka dan bisa membantu dalam situasi tertentu, serta kemampuan gerakan baru termasuk berlari, melompat, dan memanjat. 

Durasinya pun sedikit lebih panjang dari The Dark Pictures Anthology sebelumnya. 

3. Sensasi dikejar pembunuh

Review The Dark Pictures Anthology: The Devil in MeScreenshot dari The Devil in Me. (Dok. Supermassive Games/The Dark Pictures Anthology: The Devil in Me)

Kamu pernah nonton film slasher, dimana sekumpulan tokoh dikejar oleh pembunuh berbahaya yang sulit dihentikan?

The Devil in Me menyajikan situasi seperti itu. 

Para tokoh kita diincar oleh pembunuh misterius yang berbahaya. Sudah gitu, replika Murder Hotel pun memiliki banyak perangkap yang bisa merepotkan dan bahkan mematikan.

Ketika bagian utama game dimulai, ketegangan yang disajikan pun cukup menarik. Replika Murder Hotel yang misterius membuat permainan terasa mencekam, meski kamu sedang tidak dikejar. 

Seperti yang terjadi ketika saya pertama memainkan judul The Dark Pictures Anthology lain (Man of Medan, Little Hope, House of Ashes), saya gagal menyelamatkan beberapa karakter sebelum game-nya berakhir. 

Tapi sepertinya itu adalah salah satu faktor replay value game ini. 

Kalau kamu beli game ini, saya sarankan pertama-tama kamu main tanpa panduan, untuk melihat keputusanmu akan berujung gimana.

Baru setelah itu kamu main lagi untuk menghindari kesalahan-kesalahanmu sebelumnya dan mengejar ending terbaik. 

4. Bukan game untuk anak-anak

Review The Dark Pictures Anthology: The Devil in MeScreenshot dari The Devil in Me. (Dok. Supermassive Games/The Dark Pictures Anthology: The Devil in Me)

Rating The Devil in Me adalah Mature menurut ESRB dan 18 menurut PEGI.

Singkatnya, ini game untuk dewasa.

Memang ada beberapa unsur yang kurang cocok untuk yang di bawah umur.

Oh, dan game ini cukup brutal. Ada beberapa kematian menyakitkan yang bisa terjadi ke karaktermu kalau kamu melakukan kesalahan. 

Selain itu, kalau kamu mau main tanpa panduan, kamu mungkin harus memahami dialog serta catatan-catatan dan petunjuk di game, jadi kemampuan bahasa Inggris jelas dibutuhkan untuk pengalaman maksimal. 

5. Komentar pribadi

Review The Dark Pictures Anthology: The Devil in MeScreenshot dari The Devil in Me. (Dok. Supermassive Games/The Dark Pictures Anthology: The Devil in Me)

The Devil in Me menurut saya adalah game yang intens.

Ketegangan yang saya rasakan di sini terasa lebih mantap dibanding House of Ashes dulu. Mungkin karena pendekatan horornya beda. 

House of Ashes dulu mengingatkan pada cerita mirip film Predator, dimana sekumpulan tentara terjebak menghadapi makhluk yang di luar nalar. Sementara di sini pendekatannya lebih ke film slasher, dimana kita diburu pembunuh berbahaya di lokasi yang mengerikan dan juga penuh perangkap.

Dalam permainan pertama saya, salah satu karakter mati cukup cepat dan tak saya duga, dan itu memberi sensasi ketegangan tersendiri hingga saya pertama kali menamatkannya.

Yang bisa jadi tantangan tersendiri adalah pilihan untuk menentukan hidup dan matinya karakter tertentu kadang bisa di luar ekspektasi.

Ada beberapa momen dimana karakter saya berujung mati. Lalu setelah tamat saya membaca cara menyelamatkan mereka, dan saya mikirnya, "Lho ternyata begitu.

6. Kesimpulan

Review The Dark Pictures Anthology: The Devil in MeScreenshot dari The Devil in Me. (Dok. Supermassive Games/The Dark Pictures Anthology: The Devil in Me)

The Devil in Me adalah game yang menarik.

Kalau kamu suka The Dark Pictures Anthology sebelumnya, kamu mungkin akan menyukai ini juga. 

Terutama dengan berbagai tambahan di game, dan sedikit peningkatan durasi.

Saya rasa saya bisa memberi ini 4 dari 5 bintang.

Itu review saya. Gimana menurutmu? Sampaikan di kolom komentar! 

Baca Juga: The Dark Pictures Anthology: The Devil in Me Ungkap Kisahnya!

Artikel terkait

ARTIKEL TERBARU