El Shaddai Ascension Of The Metatron Review: Art Angel
Apa jadinya jika game action dari mitologi hebrew dipadukan dengan seni tingkat tinggi? Ayo saksikan disini !
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Judul: El Shaddai: Ascension Of The Metatron
Developer: Ignition Tokyo
Release Date: 16 Agustus 2011
Score: 8,0/10
Terinspirasi dari book of enoch yang berasal dari mitologi hebrew, El Shaddai adalah sebuah game action yang dipadukan dengan elemen platforming baik 2D maupun 3D
Bercerita tentang Enoch, seorang penulis surgawi yang ditugaskan untuk membasmi 7 fallen angels yang telah berhubungan dengan manusia dan menghasilkan makhluk demigod dengan nama Nephilim namun jangan tertipu oleh penampilannya yang lucu, Nephilim sebenarnya adalah kanibal yang memakan golongannya sendiri dan membuat kehancuran dunia oleh sebab itu god pun akan mengirimkan banjir besar untuk membersihkan dunia
Setting El Shaddai adalah 360,000 tahun (ya,saya tidak bercanda) perjalanan Enoch yang dibantu oleh Lucifel sebelum ia sendiri juga menjadi fallen angel dan juga 4 Archangel yaitu Michael, Gabriel, Raphael dan Uriel untuk membasmi 7 fallen angels di menara Babel.
Oke, memang kedengarannya cerita El Shaddai begitu simpel namun sebenarnya cerita El Shaddai cukup kompleks dan tak bisa ditebak seperti Lucifel yang begitu ambigu untuk dipercaya, perubahan karakter Nana hingga menjadi Ishtar, para fallen angels yang bisa muncul kapan saja untuk mengetes player hingga munculnya karakter yang terinspirasi Michael jackson (sekali lagi,saya tidak bercanda) yang mempunyai peran cukup besar dan akan menjadi playable karakter di tengah jalannya cerita dengan kontrol dan style berbeda dari enoch..
Segi visual bisa dibilang adalah aspek terbaik dari El Shaddai, dengan Gamebryo lightspeed dibalik kap mesinnya tentunya grafis yang dihasilkan pun sangat impresif baik saat eksplorasi 3D maupun 2D platforming, semua background lingkungan telah dirender dengan mantap dengan kombinasi warna yang cukup mengagumkan sehingga sangat susah untuk tidak berkata wow pada saat bermain game ini. Oh ya, juga tak terdapat HUD sepanjang permainan sehingga visibilitas player pun semakin meningkat, satu hal yang membuat saya terheran-heran mengapa pihak Ignition mendesain Enoch begitu "kemayu" bahkan terkesan homo dengan armor seperti pakaian wanita dan damage pun ditunjukkan dengan rontoknya armor tersebur, jika damage yang diterima sudah mencapai titik puncak maka yang terlihat adalah enoch bertelanjang dada sambil memamerkan jeans Edwinnya. Well,konsep ini sebenarnya tak salah apabila diterapkan di 3rd Birthday maupun Bayonetta namun di El Shaddai dengan karakter pria terus terang membuat saya sebagai laki-laki normal merasa mules saat melihatnya.
Setiap stage di Tower of Babel dipengaruhi oleh kepribadian berbagai malaikat. Beberapa level: mulai dari level platforming yang terinspirasi lukisan Picasso dengan pohon yang dilukis abstrak tertiup angin, level yang terinspirasi Mario serta anime karya Studio Ghibli, dunia futuristis Tron lengkap dengan sequence balapan sepeda motor, level bawah air, level yang digambarkan hancur akibat one angry giant nephilim. Oke,game ini memang secara grafis seindah Battlefield 3 maupun Rage namun berkat presentasi dan permainan warna yang sangat out-of-the box sangat jauh dari coklat-abu abu yang mendominasi game modern tentunya akan menjadi nilai lebih tersendiri.
Combat El Shaddai sendiri bisa dibilang sangat atau bahkan terlalu minimalis dengan kontrol yang simpel serta menggunakan 1 tombol saja untuk menyerang, Senjata yang digunakan Enoch adalah Arch, senjata melee yang berbentuk kurva, Gale; senjata homing missile yang mengambang disekitar player dan the Veil; senjata yang berbentuk perisai yang dapat berubah menjadi sarung tangan raksasa.ditengah perjalanan nantinya Uriel pun akan membantu player dalam bertarung dan menjadi semacam rage mode yang meningkatkan kecepatan dan kekuatan Enoch. Sayangnya,dengan senjata yang hanya 3 dan combat 1 tombol tersebut justru menjadi titik lemah El Shaddai,dalam 2 jam saya pun merasa combat diluar boss battle begitu repetitif,kurang memuaskan dan terlalu dangkal dan hal itulah yang membuat durasinya cukup singkat yaitu 7 jam saja dalam difficulty normal.
Sekalipun desain musuh tiap level menara babel cukup berbeda,namun sayangnya perbedaan tersebut hanyalah sedalam kulit sebab pada intinya musuh hanya terbagi menjadi 3 tipe dengan senjata yang selalu sama dan pola yang diulang ulang dan inilah salah satu alasan yang membuat El Shaddai terlalu predictable dan mudah ditambah lagi player bisa merebut senjata musuh dan menggunakannya hanya dengan sentuhan 1 tombol dan juga ketika KO player pun bisa langsung memencet 2 tombol dengan cepat untuk revive sehingga membuat game over hampir tak pernah terjadi dan juga lagi lagi membuat El Shaddai seperti lelucon akibat terlalu mudah.
Beralih ke boss battle,disinilah tantangan sebenarnya berada. Para fallen angel sering sekali melakukan random encounter dan juga memiliki kombo panjang yang dapat menyebabkan stun dan juga kematian instan ditambah lagi ketika (spoiler) para fallen angel seperti Sariel, Ezekiel, Azazel dan Armaros berubah ke bentuk keduanya yang memiliki damage sangat sangat besar di difficulty normal keatas dan juga pola yang cukup rumit membuatnya layak menjadi momen terbaik El Shaddai. Subordinat para fallen angels yang berbentuk 2 babi hutan maupun Transformers pun juga dapat memberikan tantangan berarti bagi player.
Untuk sound sendiri layak diacungi jempol dengan suara orkestra yang membangkitkan semangat pada saat battle maupun rage of uriel,suara anak kecil bergumam dalam bahasa jepang pun juga menambah mood bermain ditambah lagi peran Jason isaac sebagai Lucifel yang mantap membuat aspek sound el shaddai patut diberi perhatian khusus.
Akhir kata, sekalipun El Shaddai masih jauh dari kata sempurna namun dengan visual yang sangat impresif,sound berkelas,karakter yang cukup misterius hingga boss battle epic pun saya rasa dapat menutupi segala kekurangannya dan dapat menyembuhkan kangen para gamer yang merindukan visual seunik Okami dan gameplay action ala Devil May Cry begitu pula para gamer hardcore yang mendapatkan cukup hiburan sampai game-game blockbuster impian hadir pada September hingga November.