Baca artikel Duniaku lainnya di IDN App
For
You

6 Masalah Main Game Era PS2 yang Gak Dialami Lagi di Era Modern

Please Insert PS or PS2 format disc.jpg
(Dok. Sony PlayStation)
Intinya sih...
  • DVD fisik rentan rusak dan sulit ditemukan
  • Kesulitan mencari DVD fisik game tertentu
  • Memory card terbatas dan risiko kehilangan data

PlayStation 2 (PS2) adalah salah satu konsol terlaris sepanjang sejarah, dengan jutaan unit terjual di seluruh dunia. Di Indonesia, bahkan hingga tahun 2025, masih banyak yang memainkan game PS2—baik melalui emulator maupun langsung di konsol aslinya. Konsol ini menyimpan banyak kenangan bagi para gamer, dari momen seru menjelajahi dunia GTA San Andreas hingga adu skill di Tekken 5.

Namun, seiring berkembangnya teknologi, ada beberapa masalah khas era PS2 yang kini nyaris punah di dunia gaming modern.

Mari kita nostalgia dan lihat kembali berbagai tantangan yang pernah kita hadapi saat main game di era PS2—masalah yang sekarang tak lagi kita alami!

1. Betapa mudahnya DVD tak bisa dimainkan karena terbaret

Please Insert PS or PS2 format disc.jpg
(Dok. Sony PlayStation)

Di era PS2, semua game hanya tersedia dalam bentuk DVD fisik. Belum ada opsi digital download seperti sekarang, di mana game bisa dibeli dan dimainkan tanpa perlu repot memasukkan disk.

Karena mengandalkan media fisik, perawatan DVD menjadi hal yang krusial. Jika disk tergores, penuh debu, atau mengalami kerusakan lain, game bisa menjadi sulit dimainkan—mulai dari loading yang lama, suara yang tersendat, game tiba-tiba macet di tengah jalan, atau bahkan lebih parah: game-nya sama sekali tidak jalan.

Bagi pemain di Indonesia, ada tantangan tambahan: mayoritas game yang beredar di pasaran saat itu adalah DVD bajakan. Kualitasnya sering kali lebih rendah dibandingkan rilisan asli, membuatnya lebih rentan terhadap goresan dan kerusakan. Tak jarang, pemain harus menghadapi momen frustrasi ketika game favorit mereka tiba-tiba berhenti bekerja.

Dalam situasi seperti ini, ada satu ritual yang hampir semua gamer PS2 pernah lakukan: membersihkan DVD sebaik mungkin—kadang dengan kain, kadang dengan teknik ‘tiupan ajaib’—lalu berdoa semoga game masih bisa berjalan, meskipun dengan sedikit tersendat di sana-sini.

2. Kalau mau main ya harus cari DVD fisik

(Dok. Rockstar Games/GTA San Andreas)

Di tahun 2025, mendapatkan game—bahkan yang tergolong obscure atau dari publisher independen—bisa semudah beberapa klik di PlayStation Store. Selama game tersebut masih tersedia (belum kena banned atau take down karena alasan apapun), cukup beli dan unduh langsung ke konsol tanpa perlu repot mencari versi fisiknya.

Namun, di era PS2, semua game hanya tersedia dalam bentuk DVD. Tidak ada opsi digital download, yang berarti kalau ingin memainkan game tertentu, satu-satunya cara adalah mencari DVD fisiknya di toko game atau rental terdekat.

Bagi game populer seperti GTA: San Andreas, Tekken 5, atau Winning Eleven, ini mungkin bukan masalah besar—hampir setiap rental atau toko game pasti menyediakannya. Tapi kalau yang dicari adalah game yang lebih niche, seperti RPG Jepang yang kurang terkenal atau visual novel yang hanya dirilis dalam bahasa Jepang, perjuangannya bisa jauh lebih sulit. Pemain harus berburu ke berbagai toko, berharap ada stok tersisa, atau bahkan mengandalkan kenalan yang bisa mengimpor game dari luar negeri.

3. Penyimpanan data di memory card

Memory Card PS2.jpg
(Dok. Sony PlayStation)

Seperti era PS1, game di PS2 masih mengandalkan memory card untuk menyimpan data permainan. Namun, dibandingkan PS1 yang hanya memiliki kapasitas 128KB, memory card PS2 sudah mengalami peningkatan dengan kapasitas standar 8MB.

Meskipun terasa besar di masanya, 8MB sebenarnya cukup terbatas jika kamu sering bermain banyak game. Beberapa game bisa menghabiskan ruang penyimpanan dengan cepat. Akibatnya, banyak pemain akhirnya harus membeli beberapa memory card atau rela menghapus save lama demi memberi ruang bagi game baru.

Tantangan lain yang sering dialami adalah kehilangan memory card. Banyak gamer membawa memory card ke rumah teman atau ke rental PS untuk melanjutkan permainan, dan tidak jarang memory card ini tertinggal, jatuh, atau bahkan hilang. Jika itu terjadi, maka semua progress game yang sudah dikumpulkan dengan susah payah ikut lenyap.

Dan yang paling menyebalkan? Data corrupted. Kadang, tanpa alasan yang jelas, memory card bisa mengalami error, membuat data di dalamnya rusak dan tidak bisa dibuka. Jika sudah begitu, solusi satu-satunya adalah memformat ulang memory card—dan itu berarti semua save game akan hilang selamanya.

Di era modern, save data kini tersimpan langsung di penyimpanan internal atau di cloud, membuat masalah kehilangan progress karena memory card hilang atau rusak hampir tidak pernah terjadi lagi. Tapi bagi gamer era PS2, memory card adalah bagian dari perjuangan bermain game yang sulit dilupakan.

4. Mencari guide susah

Suikoden III gamefaqs.jpg
(Dok. GameFAQs)

PlayStation 2 pertama kali dirilis pada tahun 2000 dan mulai meredup sekitar 2007–2009, ketika industri game mulai beralih ke PS3 dan Xbox 360. Setelah itu, game-game yang dirilis untuk PS2 sebagian besar hanyalah port game olahraga atau rilisan kecil yang tidak lagi menjadi sorotan utama.

Di era tersebut, internet belum secepat dan semudah sekarang. Kalau kamu kesulitan di sebuah game, tidak ada YouTube atau video tutorial yang bisa langsung menunjukkan langkah demi langkah cara menyelesaikannya. Opsi terbaik yang tersedia adalah mencari guide di GameFAQs, sebuah situs yang menjadi surga bagi para gamer karena menyediakan walkthrough untuk hampir semua game, termasuk yang niche.

Namun, ada tantangan tersendiri dalam menggunakan GameFAQs: hampir semua panduannya berbentuk teks panjang dalam bahasa Inggris. Bagi pemain Indonesia yang belum terbiasa, ini bisa menjadi hambatan. Tidak jarang, gamer harus membuka kamus atau menebak-nebak makna dari istilah asing yang digunakan dalam guide tersebut.

Alternatif lain untuk mendapatkan panduan dalam bahasa Indonesia adalah melalui majalah game lokal. Majalah seperti Zigma, Hot Game, atau GameStation sering kali memuat walkthrough, tips, dan cheat untuk berbagai game. Namun, ini pun ada keterbatasannya:

-Harus menunggu edisi majalah berikutnya, dengan harapan game yang kamu butuhkan dibahas.

-Jika game yang kamu mainkan terlalu niche, bisa jadi tidak akan pernah dibahas.

-Jika merasa benar-benar butuh kamu bisa mencoba request, tapi itu berarti kamu harus mengirim surat atau email ke redaksi dan berharap mereka mempertimbangkan permintaanmu.

Sekarang, dengan YouTube, Reddit, dan bahkan TikTok, mendapatkan solusi untuk game dalam bahasa Indonesia jauh lebih mudah. Dan dengan format video umum, pemain modern tidak perlu mencoba menginterpretasikan teks panjang dalam bahasa Inggris untuk menemukan lokasi pasti sesuatu yang kamu cari.

5. Kalau ada bug ya terima saja

Glitch GTA San Andreas PS2.jpg
(Dok. Rockstar Games/GTA: San Andreas)

Di era modern, ketika sebuah game dirilis dalam kondisi penuh bug, biasanya dalam hitungan hari atau minggu akan muncul patch atau hotfix untuk memperbaikinya. Bahkan untuk game gacha, bug yang mengganggu sering kali diikuti dengan kompensasi berupa gem atau mata uang dalam game sebagai permintaan maaf dari developer.

Tapi di era PS2? Kalau game-nya buggy, ya sudah, pemain harus menerimanya apa adanya. Tidak ada sistem patch atau update karena game masih sepenuhnya berbasis DVD fisik tanpa koneksi internet yang bisa memperbaikinya.

Satu-satunya harapan adalah bug yang muncul hanya sekadar glitch lucu—misalnya karakter tiba-tiba melayang, animasi yang tidak berjalan sebagaimana mestinya, atau musuh yang tersangkut di sudut ruangan. Bug seperti ini bisa dianggap hiburan tambahan dan bahkan menjadi bahan cerita seru antar sesama pemain.

Namun, jika bug yang muncul adalah game-breaking bug, situasinya bisa jauh lebih menyebalkan. Misalnya, ada misi yang tidak bisa diselesaikan, karakter utama yang terjebak di tempat yang tidak bisa keluar, atau bahkan game yang tiba-tiba crash tanpa alasan yang jelas. Jika itu terjadi, satu-satunya solusi adalah mengulang dari save sebelumnya—atau kalau lebih parah, memulai game dari awal.

Bagi gamer modern, mendapatkan patch untuk memperbaiki bug adalah hal yang wajar. Tapi bagi pemain di era PS2, mereka harus berharap game yang mereka beli sudah benar-benar selesai dan bebas dari bug fatal—karena kalau ada masalah, tidak ada yang bisa dilakukan selain menerimanya dengan pasrah.

6. Game resmi tidak punya bahasa Indonesia

Di era PS2, game yang tersedia umumnya hanya hadir dalam bahasa Inggris atau bahkan hanya tersedia bahasa Jepang. Gamer yang tidak menguasai bahasa asing sering kali harus menebak-nebak dialog atau memahami cerita hanya dari cutscene dan gameplay.

Apakah ada game yang menggunakan bahasa Indonesia? Ada, tapi lewat jalur bajakan. Game-game seperti GTA: San Andreas di akhir era PS2 pernah beredar dalam versi modifikasi dengan terjemahan tidak resmi.

Sekarang, meskipun belum semua game mendukung bahasa Indonesia, semakin banyak judul yang memberikan opsi ini. Game mobile populer seperti Mobile Legends dan Genshin Impact sudah memiliki dukungan bahasa Indonesia resmi.

Bahkan beberapa game konsol modern pun mulai mendukung bahasa Indonesia, setidaknya untuk antarmuka dan subtitle. Contohnya, game seperti One Piece Odyssey dan BLEACH Rebirth of Souls sudah menyediakan opsi bahasa Indonesia, memberikan pengalaman bermain yang lebih nyaman bagi pemain lokal.

Nah itu enam masalah main game era PS2 yang gak lagi dialami gamer era modern.

Atau jangan-jangan kamu masih mengalaminya? Sampaikan di kolom komentar!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fahrul Razi Uni Nurullah
EditorFahrul Razi Uni Nurullah
Follow Us