Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Duniaku lainnya di IDN App
(Dok. Golden Harvest/Future Cops - 1993)
(Dok. Golden Harvest/Future Cops - 1993)

Intinya sih...

  • Humor ala Wong Jing: Future Cops menghadirkan komedi ngawur tanpa rem, namun terasa lebih kena dibanding City Hunter.

  • Wong Jing pemain Street Fighter: Parodi karakter Street Fighter di film ini terasa lebih otentik dan sesuai dengan game-nya.

  • Banyak nama besar Hong Kong: Film ini didukung oleh deretan aktor besar Hong Kong yang rela tampil ngawur, membuatnya sulit dilupakan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pada tahun 1993, sutradara Wong Jing merilis City Hunter. Ironisnya, segmen kecil Street Fighter di film itu justru terasa lebih akurat dan berkesan dibanding adaptasi City Hunter yang menjadi fondasi utama ceritanya.

Sepertinya Wong Jing memang sedang sangat tergila-gila dengan Street Fighter di awal 90-an. Buktinya, di tahun yang sama ia kembali merilis film lain: Future Cops.

Film ini menyajikan cerita ala Terminator, karakter masa depan kembali ke masa lalu, namun dibungkus dengan sesuatu yang jauh lebih liar: sejumlah aktor terbesar Hong Kong yang cosplay tipis-tipis menjadi karakter Street Fighter, ditambah parodi dari berbagai franchise lain.

Hasilnya? Sebuah film yang tidak punya rem, penuh pelanggaran logika, nyerempet hak cipta ke segala arah, dan justru karena itu… sulit dilupakan.

Lalu bagaimana kesan saya soal Future Cops?

Mari kita bedah kegilaannya satu per satu di bawah ini.

Sinopsis Future Cops (1993)

Pada tahun 2043, seorang penjahat besar yang dikenal sebagai "Sang Jenderal" berupaya menguasai dunia. Ia ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara oleh Hakim.

Anak buah Sang Jenderal, Kent, Thai King, dan Toyota, melakukan langkah ekstrem: melakukan perjalanan waktu ke tahun 1993 untuk membunuh sang Hakim sebelum ia sempat menjabat.

Dalam sebuah pertempuran, rencana ini terdengar oleh para Polisi Masa Depan: Lung, Broomhead, Ti Man, dan Sing. Menyadari besarnya ancaman, Direktur Kepolisian memutuskan untuk mengirim mereka kembali ke masa lalu demi melindungi sang Hakim. Namun ada satu pengecualian, Lung tidak ikut, karena ia adalah ipar sang Direktur, sebuah alasan yang terdengar sepele tapi sangat khas film Hong Kong era itu.

Sesampainya di tahun 1993, para Polisi Masa Depan justru mendarat di halaman belakang rumah seorang siswa SMA berusia 28 tahun bernama Tai-Hung. Tai-Hung dan keluarganya kemudian membantu mereka menyamar dengan mengizinkan para polisi ini tinggal bersama mereka.

Dari titik inilah segalanya berubah dari sekadar film perjalanan waktu menjadi kegilaan total.

1. Humor ala Wong Jing

Dok. Golden Harvest (Future Cops)

Dalam review City Hunter (1993), saya sempat menyorot bahwa bahkan untuk ukuran film Jackie Chan, film itu terasa lebih wacky dari biasanya. Komedinya penuh slapstick dan humor fisik ekstrem, sampai-sampai beberapa adegan terasa seperti live-action Looney Tunes.

Future Cops pada dasarnya mengambil pendekatan yang sangat mirip, bahkan bisa dibilang lebih lepas.

Seperti City Hunter, film ini tetap menyajikan aksi baku hantam yang seru. Tapi pada saat yang sama, filmnya juga tenggelam dalam komedi ngawur tanpa rem. Bahkan dari premis dasarnya saja (perjalanan waktu, polisi masa depan, dan cosplay Street Fighter) film ini sudah terang-terangan tidak ingin masuk akal.

Menariknya, humor Future Cops justru terasa lebih kena bagi saya dibanding City Hunter. Mungkin karena sejak awal film ini jujur mengakui dirinya sebagai parodi, sementara City Hunter seharusnya merupakan adaptasi resmi, tapi justru menyimpang cukup jauh dari manga aslinya.

Di City Hunter, perbedaan karakter seperti Ryo Saeba, Kaori, dan Saeko dengan versi manga kadang terasa mengganjal. Sementara di Future Cops? Karena ini bukan adaptasi resmi Street Fighter dan skala ceritanya bahkan lebih “epik” dan tidak masuk akal, komedinya terasa lebih bebas dan lebih mudah dinikmati.

Singkatnya, ketika Wong Jing tidak berpura-pura setia pada sumber aslinya, kegilaannya justru bekerja paling efektif.

2. Wong Jing sepertinya memang pemain Street Fighter

(Dok. Golden Harvest/Future Cops - 1993)

Ada satu kesan kuat yang muncul setelah menonton dua adaptasi Street Fighter versi Hollywood: Street Fighter (1994) dan Street Fighter: The Legend of Chun-Li (2009).

Kesan itu sederhana tapi menyebalkan: sepertinya sutradara dan tim penulisnya bukan benar-benar pemain Street Fighter.

Mereka memang menggunakan nama karakter yang sama, tapi banyak sosoknya tidak terasa sesuai spirit game-nya. Jurus ikonis sering dihindari atau disajikan setengah hati, penampilan khas dimodifikasi berlebihan, dan filmnya seperti malu-malu mengakui bahwa ini adaptasi game fighting yang absurd dan fantastis.

Bandingkan dengan dua film karya Wong Jing: City Hunter dan terutama Future Cops.

Future Cops jelas sebuah parodi. Tapi parodinya terasa lahir dari pemahaman yang benar:

-Parodi Ryu dan Ken benar-benar bisa Hadouken dan Tatsumaki Senpu Kyaku

-Parodi Guile bisa Sonic Boom

-Parodi Dhalsim bisa melayang, memanjangkan lengan, dan menyembur api

Semua signature move itu ada.

Hasilnya, meski kostumnya cosplay tipis-tipis, karakternya kocak, ceritanya ngawur total seorang pemain Street Fighter justru bisa menonton Future Cops dan merasa: “loh… ini kok lebih Street Fighter?”

Ironisnya, parodi tanpa lisensi ini lebih terasa seperti Street Fighter dibanding dua adaptasi resmi Hollywoodnya.

Ajaib, tapi nyata.

3. Didukung banyak nama besar Hong Kong yang sampai sekarang pun legenda

Future Cops (dok. HD Retro Trailers/Future Cops)

Salah satu daya tarik terbesar Future Cops adalah deretan pemainnya yang luar biasa.

Yang saya maksud ini nama-nama seperti Andy Lau, Jacky Cheung, Aaron Kwok (meski hanya tampil sebentar), dan Ekin Cheng, aktor-aktor yang sudah masuk kategori bintang besar bahkan di masanya, dan kini berstatus legenda perfilman Hong Kong.

Belum lagi deretan aktor pendukung yang solid: Dickie Cheung, Simon Yam, Richard Ng, hingga Chingmy Yau. Banyak dari mereka adalah sosok yang sendirian saja sudah mampu menopang film serius.

Namun di Future Cops, semua nama besar ini justru rela tampil ngawur, menyesuaikan diri dengan parodi gila-gilaan yang ditawarkan Wong Jing. Tidak ada yang setengah-setengah, tidak ada yang terlihat malu. Mereka benar-benar ikut bermain dan menikmati kegilaannya.

Kombinasi antara parade all-star dan kesan bahwa para aktornya bersenang-senang menjalani kekonyolan ini membuat Future Cops terasa makin berkesan dan sulit dilupakan, sebuah film kacau yang justru diperkuat oleh talenta kelas atas.

4. Ceritanya mungkin ngawur tapi kesan epiknya tetap ada

(Dok. Golden Harvest/Future Cops - 1993)

Secara garis besar, cerita Future Cops memang mengambil fondasi Terminator, perjalanan waktu, ancaman masa depan, dan misi mencegah perubahan sejarah. Tidak ada upaya menutup-nutupi itu.

Namun justru pendekatan ini, bagi saya, membuat Future Cops lebih unggul dibanding film Wong Jing lainnya, City Hunter.

Di City Hunter, ceritanya terasa seperti satu episode filler dari saga yang lebih besar. Seru, konyol, tapi skalanya relatif kecil dan cepat selesai.

Sementara itu, Future Cops (meski jelas parodi) memiliki rasa “cerita besar”. Ada ancaman masa depan, ada taruhan dunia, dan ada klimaks yang berusaha terasa penting. Ketika mendekati akhir film dan kekuatan Tai-Hung, Chun-May, dan karakter lain akhirnya bangkit, entah itu menjadi “Goku” atau “Chun-Li”, film ini benar-benar menghadirkan ledakan aksi yang seru.

Kesan epik ini juga diperkuat oleh penyajian Sang Jenderal. Begitu ia muncul di pertarungan akhir, ia langsung terasa sebagai ancaman nyata yang mampu menghajar para Polisi Masa Depan. Karena villain-nya terasa berbahaya, momen ketika ia akhirnya dikalahkan, meski dengan cara kocak, tetap memberikan rasa puas.

Inilah yang membuat Future Cops terasa lebih dari sekadar komedi gila-gilaan. Di balik kekacauannya, film ini masih berusaha memberi struktur, taruhan, dan klimaks yang terasa “berarti”.

5. Parodi yang gak ngerem

(Dok. Golden Harvest/Future Cops - 1993)

Dalam hal parodi, Future Cops terasa seperti mendengarkan seorang bocah era 90-an yang bercerita dengan penuh antusias tentang “fan fiction”-nya sendiri.

Bayangkan cerita seperti ini: “Jadi gini, Street Fighter itu dimasukin ke cerita Terminator. Terus pas lawan Bison dan anak buahnya, salah satu karakter bangkit jadi Son Goku dan bisa Kamehameha!”

Dan film ini benar-benar melakukan itu.

Tidak berhenti di situ, di sekolah tempat Tai-Hung belajar juga ada karakter yang terasa terinspirasi Suneo Honekawa dari Doraemon. Lalu ada adegan dua karakter bermain arcade, masuk ke dalam mesin, dan berubah menjadi Mario dan Luigi, lengkap dengan warna kostum yang dibalik.

Semua ini adalah ikon besar pop culture Asia Timur era 90-an, dan Future Cops menjejalkan semuanya ke dalam satu film tanpa banyak memikirkan soal batasan hak cipta. Persis seperti bocah yang sedang bersemangat bercerita, yang penting seru dulu, urusan legal belakangan.

Aneh? Jelas. Berantakan? Sudah pasti.

Tapi justru di situlah charm luar biasa Future Cops berada.

Dan mungkin, ini pula alasan kenapa film seperti ini nyaris mustahil terulang di dekade 2020-an. Aturan hak cipta, terutama untuk properti Jepang, kini jauh lebih ketat. Kebebasan liar seperti ini sudah jadi artefak zamannya sendiri.

Future Cops adalah kapsul waktu dari era ketika parodi benar-benar tidak punya rem.

6. Kesimpulan

(Dok. Golden Harvest/Future Cops - 1993)

Future Cops berhasil menjadi komedi yang luar biasa ngawur, namun tetap menyajikan adegan aksi yang seru dan memikat. Meski ceritanya jelas konyol, skala plotnya yang terasa lebih “epik” justru memberi kesan lebih megah dibanding City Hunter, yang sering terasa seperti sekadar satu episode filler dalam kisah Ryo Saeba.

Yang paling menarik, Future Cops adalah parodi Street Fighter yang terasa dibuat oleh orang-orang yang benar-benar menyukai Street Fighter. Jurus, gaya bertarung, dan ciri khas karakter masih dijaga, memberinya nuansa otentik yang ironisnya bahkan tidak selalu dimiliki oleh adaptasi Street Fighter versi Hollywood.

Kocak, liar, seru, dan penuh penghormatan terhadap karakter-karakter yang diparodikan, Future Cops adalah film kacau yang justru solid dalam kekacauannya sendiri.

Nilai: 4 dari 5 bintang.

Kalau menurutmu gimana?

Sampaikan di kolom komentar!

Future Cops
1993
4/5
Directed by Wong Jing
ProducerJohn Higgins
WriterWong Jing
Age Rating13+
GenreAction, Komedi
Duration95 Minutes
Release Date15-7-1993
ThemeTime travel
Production HouseFantasy Productions, Wong Jing's Workshop Ltd.
Where to WatchDVD, re-run TV lokal
CastAndy Lau, Jacky Cheung, Aaron Kwok, Chingmy Yau

Trailer Future Cops (1993)

Editorial Team