Penilaian Film Abadi Nan Jaya, Zombie Jalur Jamu dari Netflix!

- Premis film yang benar dengan setting Indonesia yang serius
- Zombi bagus dan efek praktikal yang lumayan, meskipun ada kekurangan di efek ledakan
- Film yang terasa wajar dengan kreativitas baru dalam wabah zombi, serta sinergi dari seluruh departemen film
Abadi Nan Jaya akhirnya rilis di Netflix! Seperti apa impresi kami terhadap film ini? Temukan jawabannya di sini!
Sinopsis Abadi Nan Jaya (2025)
Sebuah keluarga yang nggak akur harus ngelupain dulu masalah mereka buat berjuang bertahan hidup ketika Desa Wanirejo dilanda wabah zombi.
| Producer | Edwin Nazir |
| Writer | Agasyah Karim, Khalid Kashogi, Kimo Stamboel |
| Age Rating | D 17+ |
| Genre | Horror |
| Duration | 116 Minutes Minutes |
| Release Date | 23 October |
| Theme | Zombie |
| Production House | Mowin Pictures |
| Where to Watch | Netflix |
| Cast | Mikha Tambayong, Marthino Lio, Donny Damara |
Trailer Abadi nan Jaya (2025)
Abadi Nan Jaya
1. Premis yang benar!

Film zombi mungkin sudah berkali-kali dibuat 'versi' Indonesianya, namun baru film ini yang terasa tepat dalam menerjemahkan formula yang lahir dari Night of the Living Dead tersebut ke dalam setting Indonesia untuk dianggap serius. Naskah yang bercerita tentang jamu yang tidak lolos BPOM sebagai sumber zombie outbreak di kampung Wanirejo yang dibangun tidak terlalu jauh dari area kota kecil di dunia nyata tersebut menangkap dari awal tema yang ingin sutradara Kimo Stamboel bersama tim naskahnya bawa ke Indonesia.
Sebagai film yang menggunakan zombi sebagai kendaraannya untuk bercerita, film ini sangat memanfaatkan kekuatan set dan bintang-bintangnya dengan baik. Arahan untuk akting Mikha Tambayong hingga Marthino Lio (meskipun ada logat yang lepas sedikit dari setting-nya) terasa tepat dalam membangun ketegangan film zombie di lokasi yang natural dengan berbagai momen bingung nan ceroboh yang juga masih mudah dipercaya.
2. Zombi bagus, efek lumayan.

Secara stunt pun, penggambaran perilaku zombi agresif di dalam film inipun juga merupakan penggambaran terbaik dalam film lokal hingga saat ini, yang semakin terbantu dengan berbagai macam efek praktikal dan make up yang brilian untuk mencerminkan jeroan-jeroan yang tersisa sampai ke reaksinya ke air yang butuh penjelasan lebih lanjut namun barangkali jadi bahan negosiasi buat sekuelnya.
Di sisi efek, mungkin efek praktikalnya masih terasa ngilu sampai pelipis kepala. Namun, kalau mau pilih-pilih efek ledakan yang masih terasa timpang juga sedikit mengurangi sisi 'wah' dari klimaks filmnya, meskipun dari segi komposisi adegan, scoring sampai akting bagian yang sama justru sudah terbangun dengan bagus.
3. Film yang terasa wajar

Dalam dunia yang semakin melek dengan wabah mayat hidup, menemukan berbagai alasan baru untuk terasa asing dengan wabah zombi juga jadi menonjolkan sisi kreatif tim film ini. Dari setting jamu yang tidak terduga menjadi sumber wabah zombi sampai agresifnya perilaku para zombi hingga sekalipun mereka tidak punya waktu untuk duduk dan berpikir tentang mayat hidup maupun dicari di media sosial juga jadi bikin manggut-manggut terima saja dengan kejadian yang terisolasi dalam satu desa Wanirejo tersebut.
Rangkaian adegan-adegan kamera yang menyorot konflik antar manusia dan mayat hidup inipun tidak kekurangan sudut-sudut kreatif, sehingga ketika satu bagian terasa kurang langsung segera ditambal dengan sisi bagus lainnya, dan pada akhirnya, sebagai film sinergi yang bagus dari seluruh departemen tersebut yang membuat karya ini menjadi film yang spesial, dan juga film zombi pertama dari Indonesia yang memenuhi semua checklist film zombi klasik a la George Romero dengan sentuhan Indonesia.
Apa pendapatmu sendiri terhadap Abadi Nan Jaya? Sampaikan di kolom komentar!



















