Penilaian Film: Ejen Ali The Movie 2: Misi Satria, Teknologi, Teror, dan Pencapaian Baru Dari Industri Animasi Malaysia

- WAU Animation menunjukkan kemajuan teknis yang signifikan, termasuk animasi bulu Comot yang realistis dan aksi karakter yang lebih luwes.
- Film ini menggabungkan talenta musik regional untuk menciptakan atmosfer emosional, sambil tetap mempertahankan identitas budaya lokal.
- Ejen Ali The Movie 2 bisa dinikmati sebagai tontonan tunggal, namun disarankan menonton serial dan film pertama terlebih dahulu untuk pemahaman penuh.
GENRE: Action
ACTORS: Ida Rahayu Yusof, Noorhayati Maslini, Shafiq Isa
DIRECTOR: Muhammad Usamah Zaid, Nazmi Yatim
RELEASE DATE: 27 Juni 2025
RATING: 4/5
Dalam Ejen Ali The Movie 2: Misi Satria, WAU Animation menyajikan peningkatan eskalasi ancaman yang jauh melampaui film pertamanya. Kali ini, Ali tak hanya mengandalkan teknologi I.R.I.S, tapi menjadi pilot SATRIA, sebuah baju zirah eksperimental canggih ciptaan M.A.T.A. Baju ini bukan sekadar alat bantu, melainkan kombinasi antara kecerdasan buatan dan kemampuan fisik yang ditingkatkan secara drastis.
Villain utama Neonimus—seorang hacker yang dulu telah mengguncang Cyberaya, kembali sebagai ancaman awal. Tapi alur cerita segera membalik ekspektasi penonton dengan mengungkap bahwa Neonimus hanyalah pion dari organisasi misterius yang lebih besar. Di sisi lain, karakter Rizwan, mantan agen M.A.T.A, menjalankan penyelidikan paralel yang menambah kedalaman cerita. Narasi ganda ini bukan hanya memperkaya plot, tapi juga memberi napas pada dinamika karakter, termasuk hubungan Ali dengan Agen Alicia.
1. Dari Bulu Comot hingga Koreografi Aksi

WAU Animation memperlihatkan kemajuan teknis yang signifikan. Salah satu sorotan utama adalah animasi bulu Comot, kucing kesayangan Ali, yang kini digambarkan dengan gerakan realistis seperti film Pixar Monsters, Inc. Ini menjadi simbol pencapaian kualitas detail yang sebelumnya jarang ditemui di industri animasi Asia Tenggara.
Adegan aksi terasa jauh lebih luwes dibanding film pertamanya. Gerakan karakternya tidak lagi kaku, melainkan mendekati standar anime kelas atas dengan balutan estetika 3D yang khas. Ekspresi wajah dan bahasa tubuh juga tampil natural, memudahkan penonton untuk terhubung secara emosional. Dari sisi desain suara, efek audio saat SATRIA beraksi menghadirkan sensasi yang imersif.
2. Musik Emosional dan Identitas Kawasan yang Menguat

Nilai tambah film ini adalah keberanian menggabungkan talenta musik regional. Lagu tema “Hanya Kamu” dibawakan oleh M. Nasir, menciptakan atmosfer yang kuat secara emosional. Lagu lain seperti “Penjuara” dari Hael Husaini dan “Teman Sejati” dari Nidji semakin memperkaya suasana film. Musik bukan hanya tempelan, melainkan bagian integral dari narasi, memberikan konteks emosional di momen-momen krusial.
Dengan tetap membawa identitas budaya lokal dalam teknis dan musikalitas, Ejen Ali 2 menjadi bukti bahwa animasi Malaysia mampu bersaing di pasar yang lebih luas, tanpa kehilangan akar.
3. Kesimpulan

Meskipun film ini bisa dinikmati sebagai tontonan tunggal, penonton baru mungkin akan sedikit kebingungan dengan konteks, terutama pergeseran fungsi I.R.I.S ke SATRIA serta latar belakang kemenangan Alicia di M.A.T.A Arena pada musim ketiga serialnya. Untuk pemahaman penuh, disarankan menonton tiga musim serial dan film pertama terlebih dahulu.
Namun begitu, Ejen Ali The Movie 2 tetap ramah keluarga dan bisa dinikmati lintas usia. Ini bukan hanya hiburan anak-anak, melainkan karya animasi yang kompleks dan matang, dengan pesan kuat soal keberanian, tanggung jawab, dan solidaritas.
Pada akhirnya WAU Animation berhasil menghadirkan sekuel yang solid secara narasi dan teknis. Dengan Misi Satria, Malaysia tidak hanya memproduksi animasi lokal, tapi juga memperluas batas mimpi untuk menyaingi studio internasional. Film ini adalah bukti bahwa animasi Asia Tenggara punya masa depan yang cerah, dan Ejen Ali adalah pelopornya.