7 Anime Paling Mengecewakan yang Rilis Tahun 2025! One Punch Man?

- #Compass2.0: Animation Project gagal menarik perhatian penggemar anime dengan cerita yang terasa membosankan dan kurang orisinalitas.
- Turkey! Time to Strike berpotensi epik namun kualitasnya menurun menjadi cerita klise dengan ending dipaksakan.
- The Shiunji Family Children gagal membawakan cerita mendalam, hanya berisi fanservice tanpa makna dan alur yang kosong.
Tahun 2025 sebentar lagi akan berakhir. Di sepanjang tahun, mungkin kamu sudah menyaksikan banyak judul anime yang benar-benar mengecewakan baik dari segi kualitas animasi maupun penceritaannya.
Tentu saja, "mengecewakan" itu subyektif. Tapi biasanya ini berarti fans punya ekspektasi dan ekspektasi itu karena satu dan lain hal tidak terpenuhi.
Apa saja judul anime paling mengecewakan yang rilis di tahun 2025? Berikut daftarnya!
1. #Compass2.0: Animation Project

Anime satu bercerita tentang dunia pertempuran Compass 2.0 di mana para pahlawan dikumpulkan bersama para pemain manusia untuk disuruh membuat pertarungan yang menghasilkan energi demi kelangsungan hidup dunia tersebut. Nah, di sini ada seorang hero bernama 13 yang terancam karena tak memiliki partner sampai ia kedatangan seorang pemain pemula bernama Jin.
Jika diperhatikan konsepnya mengingatkan kita akan anime bertema game seperti S.A.O atau .hack, namun masalahnya #Compass2.0: Animation Project gagal memperlihatkan daya tarik layaknya berbagai seri Fate yang selalu ramai ditonton para penggemarnya.
Anime satu ini sering dikatakan seperti trailer game yang terus diputar ulang selama satu cour penuh, terasa begitu cepat namun berakhir penuh kehampaan. Tak ada hal baru yang bisa disajikan, tak ada upaya membangun identitas tersendiri sehingga #Compass2.0: Animation Project lebih seperti tumpukan anime bergenre aksi yang ditumpuk satu sama lain dan lalu disamarkan sehingga tak terlalu kentara meniru judul lain.
Sajian dunianya juga benar-benar buruk. Ceritanya tak masuk akal, aturan latar tempatnya begitu kabur, dan pertarungannya juga tak ada yang dianggap cukup 'menggigit'.
Bisa dikatakan kesalahan anime ini adalah pihak studio seolah terlalu fokus dengan efek visual sampai lupa kalau ini adalah anime yang mengharuskan ceritanya bisa ditonton dan tentu dinikmati penonton.
2. Turkey! Time to Strike)

Sinopsisnya sendiri bisa dibilang cukup absurd di mana seorang gadis yang gemar main bowling tiba-tiba tersambar petir dan melintasi waktu ke era Sengoku. Di situlah, Mai dan teman-temannya harus berjuang di era kejam itu sambil mencegah terpicunya efek butterfly akibat tindakan kecil mereka.
Meski terdengar aneh, awalnya mungkin kalian berpikir kalau anime ini berpotensi membawa konten cerita yang epik di mana kita membayangkan para gadis sekolah harus berjuang bertahan hidup tanpa merubah sejarah dengan menyelesaikan misteri dan juga drama intrik. Namun sayangnya, kualitasnya terus menurun dan berakhir menjadi cerita klise di mana kekuatan persahabatan adalah segalanya dan semua harus mendapat ending bahagia meski terasa dipaksakan. Intinya meski disodorkan banyak drama dan misteri yang dipaksa terlihat kompleks, penonton sudah tahu kalau bobotnya seolah tak ada sama sekali.
Selain itu, anime satu ini bisa dibilang adalah contoh tentang pentingnya suatu identitas tema cerita. Kita tak tahu anime ini mau membahas olahraga bowling, time travel atau era Sengoku karena Turkey! Time to Strike sendiri seolah bingung akan genre cerita mereka sendiri..
3. The Shiunji Family Children

Kamu mungkin dibuat kesal dengan anime satu ini karena sumber adaptasinya sendiri adalah karya Reiji Miyajima yang memang berperan menciptakan Rent-A-Girlfriend.
Yah, anime satu ini memang mengangkat tema yang sekilas tabu padahal tidak sama sekali di mana apa jadinya jika kamu mengetahui saudara perempuan selama ini ternyata tak punya hubungan darah. Konteks ini seolah membawa penonton akan perkembangan psikologis setiap tokoh dalam memandang kenyataan tersebut.
Namun sayangnya, The Shiunji Family Children tak pernah berupaya membawakan cerita dengan pembawaan jenius. Awalnya memang terlihat seperti membahas isu hubungan darah secara mendalam seperti bagaimana menyikapi kekaguman sebagai cinta atau sikap yang harus diambil setelah saudaramu ternyata bukan kakak atau adik kandungmu, namun seiring berjalannya waktu, kisahnya cuma menyoroti klise anime standar yang kebanyakan yah cuma berisi fanservice yang cocok buat penonton yang mungkin hawa nafsunya tak tertolong lagi.
Ritemnya sendiri juga seolah seperti gerigi roda yang macet. Tak ada humor yang membuat tertawa meski seolah memaksa penonton tertawa, alurnya tersendar dan banyak momen yang terasa kosong tanpa makna. Rasanya sendiri seperti anime ini seperti ingin balik ke kerumitan ceritanya namun terlanjur nyaman di zona layanan pemuas para penggemar.
4. Your Forma

Your Forma awalnya berpotensi menjadi salah satu anime terbaik namun tampaknya pihak sutradara melakukan satu kesalahan yang membuat ceritanya terasa seperti bencana dalam adaptasi animasi.
Yah, anime yang menganut konsep antara Ghost in the SHell dan Psycho-Pass ini bercerita tentang kisah seorang inspektur bernama Echika dan partner androidnya, Harold yang menyelidiki teknologi Your Forma yang memungkinkan untuk mengakses memori tersangka dan saksi. Dari segi kualitas sendiri memang tak masalah meski banyak yang menganggap kalau tampilan dan musiknya terasa membosankan.
Namun masalahnya dimulai dari keputusan sutradara Takaharu Ozaki yang malah mengabaikan volume pertama novel ringannya. Padahal volume itu sangat penting karena memiliki bagian pengenalan karakter, latar belakang, sampai ke penjelasan mekanisme unik di ceritanya. Tak heran jika hasilnya berimbas pada kualitas ceritanya yang seolah kosong karena tak ada alasan dan landasaran kuat. Tak heran jika para penonton sendiri seperti dibuat jengkel karena tak punya patokan dalam memahami hubungan antar karakter dan berbagai referensi kejadian dari volume tertentu.
Ini adalah salah satu judul 2025 yang bagi Duniaku.com termasuk paling mewakili aspek "mengecewakan." Potensi tinggi yang tak terpenuhi.
5. Kimi to Koete Koi ni Naru

Dari berbagai judul anime yang mengangkat hal yang tabu, judul satu ini yang terbilang paling parah.
Anime yang bercerita tentang romansa gadis manusia dan manusia anjing ini seolah tak sadar akan potensi tema cerita yang dimilikinya seperti perjuangan melawan diskriminasi atau dilema dalam menyikapi cinta antar ras. Yang ada justru berbagai sajian fanservice yang alih-alih menghibur tapi justru terasa menjijikan.
Hal itu juga diperparah dengan fakta bahwa pasangan yang diangkat ceritanya sendiri masih berstatus anak sekolah sehingga bukannya menjadikan para tokoh di sini sebagai sosok yang manusiawi, malah terlihat membongkar sisi kebinatangan dua insan tersebut.
6. The Beginning After The End

Anime adaptasi manhwa ini awalnya menyorot perjuangan seorang raja yang akhirnya bereinkarnasi dan berjuang merubah takdirnya.
Namun sayangnya, ia memiliki sejumlah masalah. Salah satu yang paling mencolok adalah kualitas animasinya yang sangat kaku sampai-sampai ada jokes "The Still Frame After The End" yang menyindir betapa buruknya animasinya yang seolah cuma seperti gambar diam yang diberikan ilusi bergerak. Belum lagi kombo transisinya juga dinilai memiliki kualitas yang bisa kalian dapati di aplikasi Capcut.
Selain kualitas, masalah penulisan juga patut mendapat sorotan. Ceritanya benar-benar tak pernah menawarkan sesuatu yang baru. Semua karakter cuma eksis untuk membuat protagonis selalu bersinar. Sang tokoh utama juga tak punya sesuatu yang membuatnya terasa manusiawi, hanya memiliki kepribadian template khas genre shoounen. Jadi rasanya, ceritanya ini begitu usang tanpa menawarkan sesuatu yang menyegarkan.
7. One Punch Man S3

Buat yang mengikuti manga versi Murata mungkin sudah berekspetasi kalau versi animenya akan menawarkan kemegahan cerita dan adegan pertarungan yang epik. Namun harapan itu langsung hancur begitu studio J.C Staff diumumkan kembali memegang proyek ini.
Dan benar saja, episode pertama langsung menyajikan bencana. Tak ada adegan yang disajikan secara fluid, yang ada justru serangkaian gambar yang diberi ilusi gerakan sehingga kita lebih melihat gambar komik yang disajikan di Power Point. Lalu adegan Garou meluncur di atas rumput tak diberi tambahan efek apapun sehingga membuat si tokoh seperti digerakkan oleh kursor. Jangan lupa, ada scene jokes manga accurate, yaitu rambut Atomic Samurai terpotong sesuai panel manganya.
Belum lagi sejumlah adegan yang harusnya menambah nilai para karakter sampingan banyak yang kena potong sehingga membuat kualitas ceritanya seolah berkurang. Padahal dalam versi Murata, kualitas ceritanya bisa dibilang masih oke kala itu.
Hal itu semakin diperparah dengan fakta lapangan bahwa banyak warganet yang ternyata bisa memperbaiki kesalahan animasi One Punch Man S3 menjadi lebih baik dengan modal sederhana. Hal itu tentu membuat reputasi J.C Staff jadi semakin dipertanyakan. Tak heran jika ada satu episode yang berhasil memecahkan rekor rating terburuk, yaitu 1.5 dari situs IMDb. Untungnya, episode terbarunya mulai mengalami peningkatan terutama di adegan aksi.
Meskipun demikian, tampaknya anime One Punch Man S3 sudah dicap sebagai anime terburuk mengingat hampir separuh dari jumlah total episodenya memiliki kualitas serendah itu.
Itulah daftar anime terburuk yang rilis di tahun 2025.
Bagaimana pendapat kalian?
Untuk informasi yang lebih lengkap soal anime-manga, film, game, dan gadget, yuk gabung komunitas Warga Duniaku lewat link berikut:
Discord: https://bit.ly/WargaDuniaku



















