Animasi The Beginning After the End Dikritik Penonton, Separah Apa?

The Beginning After the End bisa dibilang adalah salah satu judul webtoon paling populer. Dari kualitas cerita, webtoonnya sering dibandingkan atau bahkan dianggap lebih superior dari judul manga isekai Mushoku Tensei.
Jadi ketika webtoon ini diumumkan dapat anime, banyak yang punya ekspektasi tinggi soal kualitasnya.
Namun dua episode perdana anime ini malah memiliki sejumlah bagian yang animasinya meragukan, sampai jadi meme atau olok-olok di media sosial.
Kenapa sih animasi The Beginning After the End dikritik penonton? Simak di bawah ini!
1. "The Still Frame After The End"

Di tahun 2025, dimana penonton sudah rutin melihat animasi yang fluid dan heboh dalam judul-judul besar, penyajian "gambar diam yang sekedar diberi ilusi gerakan" kerap diolok-olok sebagai "anime slideshow."
Sayangnya, malah animasi model begitu yang disajikan di adegan aksi The Beginning After the End versi anime.
Banyak penonton berharap episode kedua bisa menjadi titik balik, setelah episode pertamanya punya animasi yang dinilai meragukan. Namun, harapan itu pupus ketika episode kedua justru memperlihatkan adegan aksi yang lebih kaku, lebih statis dan bahkan lebih kentara efek slideshow-nya dibanding episode pertama.
2. Efek dan transisi dirasa hanya setara hasil CapCut?

Salah satu kritik paling pedas, dan mungkin paling menyakitkan, yang beredar di kalangan penggemar adalah anggapan bahwa efek visual dan transisi dalam beberapa adegan The Beginning After the End terasa... setara dengan apa yang bisa dibuat di aplikasi editing seperti CapCut.
Apakah perbandingan ini adil? Mungkin tidak sepenuhnya. Setiap orang tentu punya preferensi visual yang berbeda, dan tak semua penonton menilai sebuah adegan dengan standar teknis yang sama. Namun, kritik semacam ini muncul bukan tanpa alasan.
Tapi memang harus diakui ada beberapa adegan yang efeknya kurang memuaskan.
Yang jadi masalah adalah ketika ada kombo adegan aksi yang sejak awal sudah terasa seperti slideshow lalu efeknya juga "setara CapCut." Itu jadinya benar-benar mencolok.
3. Yang jadi masalah lagi adalah kompetitornya

Salah satu alasan mengapa kritik terhadap The Beginning After the End begitu deras dan tajam tak lepas dari konteks kompetisinya.
Saat The Beginning After the End diumumkan dapat anime, dua judul yang terasa jadi kompetitornya (setidaknya karena sering disebutkan dalam debat panas antara fans) adalah Mushoku Tensei dan Solo Leveling.
Yang jadi masalah? Baik Mushoku Tensei maupun Solo Leveling mungkin punya kelemahan sendiri-sendiri. Namun versi anime keduanya punya kesamaan: animasinya awamnya tersaji konsisten, dengan sejumlah momen luar biasa.
Kita bisa berdebat soal karakter Rudeus yang seperti itu di Mushoku Tensei, atau pacing cerita Jin-Woo begitu dia jadi overpowered, tapi satu hal yang nyaris tidak pernah jadi bahan celaan adalah visual keduanya. Studio yang menangani kedua judul itu tahu bagaimana mengemas dunia fantasi dengan sinematik yang memanjakan mata, dengan animasi konsisten, sinematografi kuat, dan momen-momen klimaks yang terasa epik, bahkan tak jarang viral.
Ketika The Beginning After the End justru memulai debutnya dengan dua episode yang dipenuhi "slideshow" termasuk di bagian aksi, transisi kaku, dan efek visual yang dianggap seadanya, bukannya naik kelas bersama rival-rival spiritualnya, TBATE justru tampak tenggelam di bawah bayang-bayang mereka. Setidaknya untuk saat ini.
4. Opini editorial soal TBATE sejauh ini

Kalau bicara soal The Beginning After the End, saya pribadi merasa bahwa salah satu kekuatan utama versi webtoon-nya terletak pada pengolahan cerita. Meski genrenya sudah sangat padat, TBATE tetap mampu menyajikan narasi yang memikat, dengan perkembangan karakter yang menarik.
Dan karena itu pula, ketika adaptasi anime diumumkan, ekspektasi saya secara pribadi cukup tinggi. Terutama karena saya tahu bahwa dengan penyajian visual yang kuat, cerita ini bisa mengesankan dan menarik fans baru, sebagaimana yang terjadi pada judul seperti Solo Leveling.
Namun, sejauh ini adaptasi animenya terasa belum berhasil menangkap potensi besar yang dimiliki materi aslinya. Terlepas dari kekuatan ceritanya, kualitas visual yang disajikan di dua episode perdana jelas di bawah harapan saya.
Dan di era modern seperti sekarang, itu adalah masalah besar. Penonton sudah terbiasa disuguhi karya dengan produksi matang bahkan dari adaptasi yang dulunya dianggap underdog. Maka, ketika dua episode pertama sudah menunjukkan tanda-tanda produksi yang tidak solid, kepercayaan penonton bisa langsung goyah.
Apalagi ada fenomena yang dikenal dengan istilah "three episode rule" yakni kecenderungan penonton anime untuk memberi kesempatan sebuah seri baru selama tiga episode, sebelum memutuskan apakah layak dilanjutkan atau tidak. Jika dua dari tiga episode pertama saja sudah mengundang kekecewaan, bukan hal aneh jika banyak yang memilih berhenti menonton sebelum sempat melihat perbaikan.
Jika kamu termasuk yang masih melihat potensi dari sisi naratif TBATE tapi sekedar tidak puas dengan visual animenya, saya sangat merekomendasikan untuk mencoba versi webtoonnya.
Nah itu situasi soal animasi The Beginning After the End dikritik penonton.
Gimana menurutmu? Sampaikan di kolom komentar!