Penampakan Badarawuhi di singgasananya ( Dok. MD Pictures / KKN di Desa Penari )
Asal-usul Nyi Blorong dan Badarawuhi bisa dibilang cukup berbeda. Nyi Blorong awalnya seorang manusia biasa bernama Nyimas Dewi Anggatri. Ia tinggal di sebuah lingkungan kerajaan di pulau Jawa.
Namun, sikap Nyimas sangat angkuh dan kejam, sehingga ia diusir oleh pihak kerajaan. Ia kemudian bertapa dan mengasingkan diri di tengah hutan. Di tengah perjalanannya, ia tak sengaja terjatuh ke sebuah lobang yang merupakan portal kerajaan Nyi Roro Kidul.
Setelah itu, Nyimas ditangkap dan diserahkan ke Nyi Roro Kidul untuk dieksekusi, tetapi Nyi Roro Kidul merasa kasihan saat mendengar kisah yang dialami Nyimas. Sang Ratu kemudian merawat Nyimas dan memberikan nama baru, yakni Nyi Blorong.
Nyi Blorong diberikan kekuatan ular dan dijadikan sebagai patih yang sangat kuat pemimpin pasukan kerajaan.
Lalu, bagaimana dengan Badarawuhi?
Badarawuhi sejak awal merupakan makhluk halus yang menjadi pengikut Nyi Roro Kidul. Ia diusir dari kerajaan karena merasuki salah satu tubuh penari bernama Ratna Narekh di timur Pulau Jawa.
Ratna Narekh merupakan murid seorang ksatria di zaman Prabu Airlangga. Ia bersama saudara seperguruannya melarikan diri ketika sang guru ditaklukkan oleh Mpu Barada. Ia kabur ke bagian timur Pulau Jawa dan mulai membangun sebuah pemukiman.
Di desa tersebut, terdapat sebuah pelataran yang dipakai Ratna dan penduduk desa lainnya untuk memuja para leluhur dengan tari-tarian. Namun, ternyata desa tersebut merupakan gerbang gaib menuju pantai utara Jawa.
Para penduduk dilarang menari diiringi oleh alunan gamelan, tetapi Ratna yang sombong dan angkuh melanggar pantangan tersebut, sehingga para makhluk gaib berdatangan dan menyerang penduduk hingga musnah.
Setelah itu, salah satu penjaga Ratu Pantai Selatan, yakni Badarawuhi merasuki tubuh penari yang ada di sana dan tidak mau keluar. Akhirnya Badarawuhi diusir, diambil beberapa kekuatannya, dan tidak dianggap sebagai pengikut lagi.
Semenjak itu, sosok yang merasuki tubuh penari di desa itu mulai berkelana tanpa tujuan, tetapi dengan tetap mengenakan atribut selayaknya pengikut ratu pantai selatan.