Di Indonesia, X-Men Apocalypse telah dirilis sejak 18 Mei. Bagaimana kualitasnya? Apakah baik atau buruk? Baca saja review X-Men Apocalypse ini!
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Di Indonesia, X-Men Apocalypse telah dirilis sejak 18 Mei. Bagaimana kualitasnya? Apakah baik atau buruk? Baca saja review X-Men Apocalypse ini!
Sinopsis Ribuan tahun lalu, En Sabah Nur merupakan dewa hidup di peradaban Mesir Kuno. Tak hanya memiliki kekuatan yang di luar nalar, dia pun bisa memperpanjang hidupnya dengan berpindah-pindah tubuh ke mutan lain. Namun dia dikhianati, hingga mutan perkasa ini pun dilupakan. Saat Apocalypse kembali bangkit di era 80an, ia tak suka dengan kondisi dunia. Dibantu oleh empat mutan yang ia rekrut, Apocalypse pun mencoba untuk mengembalikan dunia seperti visi lamanya. Apakah dia akan berhasil? Ataukah para X-Men akan menghentikannya, seperti mereka menghentikan penjahat besar lain sebelum ini?
Konflik Baik Vs Jahat Percaya tidak percaya,
X-Men Apocalypse sekarang menjadi
underdog dalam persaingan film
superhero tahun 2016. Bagaimana tidak? Promonya tertelan oleh
Captain America: Civil War dan juga
Batman V Superman. Seperti yang disampaikan di artikel lain,
X-Men Apocalypse seakan tidak memiliki faktor yang bisa membuat film ini mencuri perhatian.
Batman V Superman memiliki duel pertama Batman dan Superman dalam wujud
live action.
Captain America: Civil War menunjukkan tawuran para anggota Avengers dan juga debut Spider-Man. Bahkan
Deadpool pun menonjol karena lawakannya yang absurd dan mengocok perut.
X-Men Apocalypse hanya mengangkat tema baik versus jahat, seperti yang sudah mereka lakukan berulang kali sebelum ini. Dan hasilnya? Ternyata tetap bisa dinikmati.
Malah bisa dibilang cukup melegakan bisa melihat para pahlawan kembali berjuang menghadapi kejahatan. Dengan begini,
X-Men Apocalypse bisa jadi alternatif bagi mereka yang menginginkan cerita pahlawan yang lebih tradisional, bukannya adu jotos antara sosok-sosok yang seharusnya menjadi pelindung bumi.
Penampilan Kuat McAvoy dan Fassbender James McAvoy dan Michael Fassbender mewarisi peran yang sangat berat. Bagaimana tidak? Professor X sebelumnya dibawakan oleh Patrick Stewart, sementara Magneto dulunya dimainkan Ian McKellen. Dua-duanya aktor berkualitas tinggi. Penampilan keduanya disorot sejak
X-Men: First Class. Dalam review
X-Men Apocalypse ini pun akting keduanya mendapat perhatian utama. Kembali, McAvoy dan Fassbender menunjukkan kalau mereka memang pantas mengemban peran ini. Kekuatan akting mereka sepanjang film dengan sukses menyajikan beban yang ditanggung masing-masing karakter. Bahkan sub plot Magneto di awal mungkin akan menguras emosimu, mengesampingkan sedikit kebetulan yang memicu Magneto kembali ke jalan kejahatan. Sebagian besar aktor pun mampu membawakan karakter mereka dengan memuaskan. Terutama Jennifer Lawrence, yang sempat dirasa oleh sebagian fan "membajak"
franchise X-Men karena karakter Mystique seharusnya tak pernah terlibat dalam dengan kelompok mutan itu. Lawrence kembali membuktikan kenapa dirinya dikenal sebagai salah satu aktris muda terbaik di Hollywood, dan menyingkirkan keraguan terhadap dirinya maupun karakternya.
Fokus Kepada X-Men [read_more id="252441"] Review
X-Men Apocalypse ini pun menyorot kelemahan utama dari judul
X-Men sebelumnya: fokus masing-masing film yang seakan hanya menampilkan Wolverine dan kawan-kawan. Ya, walau Wolverine seharusnya adalah pendatang baru, antara Fox atau Bryan Singer begitu terobsesi dengan karakter ini hingga dia selalu menempati posisi utama. Satu-satunya pengecualian hanya di
First Class, di mana dia hanya tampil sebentar. Sepertinya kontrak Hugh Jackman yang sudah menipis mendorong Bryan Singer dan penulis naskah untuk lebih kreatif. Kali ini mereka mengambil fokus pada para versi muda dari tokoh X-Men seperti Cyclops dan Jean Grey, juga tokoh veteran seperti Mystique dan Beast. Dan rasanya pun ini benar-benar film yang menyajikan sebuah tim, bukan lagi Wolverine dan sahabat-sahabat ajaibnya. Walau karakter yang disajikan banyak, Bryan Singer pun tetap dapat menyajikan perkembangan menonjol pada tokoh seperti Cyclops. Namun... tetap saja ada karakter yang pergerakan alurnya terasa mendadak. Misalnya Storm, Magneto, bahkan Jean Grey. Sepertinya inilah risiko dari harus mengurus terlalu banyak karakter sekaligus.
Seru dan Menegangkan Hal lain yang perlu disorot dalam review
X-Men Apocalypse ini adalah konfliknya yang megah dan seru. Tak heran, mengingat dana yang dicurahkan untuk film ini hampir menyaingi dana
Captain America: Civil War dan
Batman V Superman. Kamu akan disuguhkan oleh berbagai penggunaan kekuatan menakjubkan dari para mutan, juga kehancuran dalam skala yang lebih besar dari sebelumnya. Kehancuran-kehancuran ini juga menimbulkan banyak pertanyaan, tentu saja. Avengers harus menelan banyak persoalan, termasuk perpecahan tim, akibat insiden Sokovia. Namun di sini kehancuran yang terjadi dan korban yang jatuh seperti dianggap sebagai angin lalu. Bahkan tak ada hukuman untuk beberapa pelakunya, walau mereka terlibat. Mungkin film selanjutnya harus menyorot ini. Tapi secara keseluruhan,
X-Men Apocalypse adalah film menarik. Masih ada satu-dua kelemahan di dalamnya, tapi seharusnya tidak akan menghalangi bila kamu ingin ke bioskop untuk menyaksikan hiburan memukau. [youtube_embed id="Jer8XjMrUB4"]