urutan nonton film X-Men sesuai tahun rilis (dok. 20th Century Fox/X2: X-Men United)
Sejak awal kemunculannya di komik, X-Men selalu tentang tim. Bahkan di edisi pertama pun, mereka sudah hadir sebagai kelompok: Marvel Girl, Angel, Beast, Iceman, dan Cyclops di bawah bimbingan Professor X. Dinamika antar anggota tim (kerja sama, konflik, hingga ikatan emosional) adalah inti dari kisah mereka.
Jake Schreier telah membuktikan bahwa ia mampu menangani kelompok karakter yang kompleks lewat Thunderbolts*. Hampir seluruh anggota tim mendapatkan porsi narasi yang seimbang dan berarti. Yelena, Bob (Sentry), John Walker, Ghost, dan Red Guardian tampil dengan kepribadian dan dinamika yang hidup. Interaksi mereka terasa natural, bahkan menyentuh, tanpa kehilangan ketegangan atau sisi humor yang manusiawi.
Memang ada dua karakter yang porsinya lebih terbatas, Taskmaster yang mati terlalu cepat, dan Bucky yang kadang terasa sebagai tempelan saja sosoknya. Namun selebihnya, Schreier mampu meramu perkembangan karakter, dialog, dan relasi tim dengan presisi yang jarang terlihat di film ensemble MCU.
Dengan kemampuan seperti ini, Schreier punya modal kuat untuk menghadirkan X-Men sebagai tim yang hidup, bukan sekadar sekumpulan individu berkekuatan super. Ia bisa menyorot ketegangan internal, loyalitas, dan pertumbuhan karakter dalam satu kelompok tanpa kehilangan fokus pada masing-masing peran.
Jika diberikan kebebasan kreatif yang cukup, Schreier dapat menyajikan dinamika tim X-Men yang kompleks dan emosional dengan keaslian yang menyentuh, sesuatu yang memang dibutuhkan untuk adaptasi mutan paling ikonik ini.