Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Duniaku lainnya di IDN App
housemaid-sg-01958rc-2.jpeg
Dok. Lionsgate (The Housemaid)

Intinya sih...

  • Adaptasi Novel Laris yang Sangat SetiaFilm ini diadaptasi dari novel populer karya Freida McFadden, dan kesetiaan pada materi sumber menjadi salah satu kekuatan sekaligus kelemahannya. Cerita mengikuti Millie (Sydney Sweeney), perempuan muda dengan masa lalu yang samar.

  • Dua Babak yang MemesonaSeparuh pertama film bermain di wilayah yang nyaris camp. Amanda Seyfried tampil berlebihan dengan cara yang disengaja, ekspresi wajah, dialog, hingga blocking kamera terasa seperti memeluk klise genre dengan penuh kesadaran.

  • Amanda Seyfried vs. Sydney SweeneySydney Sweeney tampil cukup meyakinkan sebagai Millie, karakter yang menuntut keseimbangan antara

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Nama Paul Feig selalu identik dengan komedi yang enerjik dan berani bermain karakter. Namun beberapa tahun terakhir, filmografinya terasa goyah, lebih banyak proyek streaming yang aman dan kurang menggigit. The Housemaid terasa seperti usaha sadar Feig untuk kembali ke “bioskop konvensional”: film mid-budget yang dibuat untuk penonton dewasa, diputar di layar lebar, dan dirancang memancing reaksi kolektif. Hasilnya memang bukan karya puncak Feig, tetapi cukup solid untuk menunjukkan bahwa instingnya soal ritme hiburan belum hilang.

Ada kesan nostalgia yang kuat di sini. The Housemaid mengingatkan pada era thriller psikologis pertengahan 2000-an, film-film yang tidak terlalu memikirkan prestige awards, tetapi fokus menjadi pengalaman menonton yang hidup. Di titik ini, Feig terlihat lebih nyaman: tidak mencoba mengubah genre, hanya memolesnya agar tetap relevan bagi penonton masa kini.

1. Adaptasi Novel Laris yang Sangat Setia

Dok. Lionsgate (The Housemaid)

Film ini diadaptasi dari novel populer karya Freida McFadden, dan kesetiaan pada materi sumber menjadi salah satu kekuatan sekaligus kelemahannya. Cerita mengikuti Millie (Sydney Sweeney), perempuan muda dengan masa lalu yang samar, yang menerima pekerjaan sebagai pembantu di rumah keluarga kaya. Majikannya, Nina (Amanda Seyfried), tampil eksentrik dan sulit ditebak, sementara sang suami Andrew (Brandon Sklenar) terlihat terlalu tenang untuk dipercaya.

Struktur ceritanya sengaja dibangun penuh rahasia. Setiap karakter seperti menyembunyikan sesuatu, dan film ini dengan cerdik menahan informasi agar penonton terus berada satu langkah di belakang. Inilah alasan mengapa The Housemaid sulit dibedah secara detail tanpa merusak kejutan. Feig memilih jalur aman: mengikuti alur novel hampir tanpa improvisasi besar, memastikan twist tetap bekerja sebagaimana mestinya.

2. Dua Babak yang Memesona

Dok. Lionsgate (The Housemaid)

Separuh pertama film bermain di wilayah yang nyaris camp. Amanda Seyfried tampil berlebihan dengan cara yang disengaja, ekspresi wajah, dialog, hingga blocking kamera terasa seperti memeluk klise genre dengan penuh kesadaran. Editing agresif, close-up yang “lezat”, dan musik yang ditempatkan tepat waktu membuat konflik terasa teatrikal, bahkan sedikit lucu di beberapa momen.

Di fase ini, The Housemaid terasa seperti hiburan murni. Penonton diajak menikmati ketegangan tanpa beban moral yang berat. Feig tampak menikmati prosesnya, memancing reaksi spontan: tawa kecil, gumaman, hingga desahan kaget. Ini adalah bagian film yang paling mudah diakses dan kemungkinan besar paling disukai penonton umum.

Masalah sekaligus daya tarik film muncul saat cerita memasuki titik balik di pertengahan. Nada berubah drastis: dari campy menuju thriller yang lebih lurus, lebih gelap, dan sesekali brutal. Darah mulai tumpah, konflik menjadi personal, dan film mencoba menggali tema yang lebih serius terkait relasi kuasa dan trauma.

Di sinilah ambisi film mulai terasa, tetapi juga goyah. Secara individual, bagian ini cukup efektif, tegang, cepat, dan tidak bertele-tele. Namun ketika digabungkan dengan paruh awal yang ringan dan penuh gaya, ada benturan tonal yang sulit diabaikan. Film seolah ingin mengatakan sesuatu yang penting, tetapi fondasi awalnya terlalu sibuk menghibur.

3. Amanda Seyfried vs. Sydney Sweeney

Dok. Lionsgate (The Housemaid)

Sydney Sweeney tampil cukup meyakinkan sebagai Millie, karakter yang menuntut keseimbangan antara rapuh dan waspada. Ia menjadi jangkar emosional film, meski naskah tidak selalu memberinya ruang untuk berkembang lebih dalam. Sebaliknya, Amanda Seyfried justru mencuri perhatian lewat performa yang berani dan penuh warna, ia adalah motor dari paruh awal film dan sumber ketegangan yang paling menyenangkan untuk ditonton.

Interaksi antar karakter dibangun efektif, tetapi lebih berfungsi sebagai pemicu twist ketimbang eksplorasi psikologis mendalam. Semua bergerak cepat, efisien, dan langsung ke tujuan. Pada akhirnya remah-remah roti yang sudah ditebar di paruh awal film menunjukkan hubungan aneh antara karakternya dan siapapun yang terbiasa berhadapan dengan fim-film penuh twist berat, akan langsung mendapatkan gambaran utuh dari drama keluarga Winchester.

4. Hiburan yang Bekerja, Makna yang Tertahan

Dok. Lionsgate (The Housemaid)

Sebagai pengalaman bioskop, The Housemaid jelas bekerja. Reaksi penonton, terkejut, tertawa, bahkan bersorak di momen klimaks menjadi bukti bahwa film ini memahami audiensnya. Word-of-mouth kemungkinan besar akan membantu performa film ini, karena ia memang dirancang untuk dibicarakan.

Namun, ketika kredit bergulir, film ini terasa berhenti di permukaan. Upaya menyentuh isu dunia nyata di paruh akhir tidak sepenuhnya sampai, karena sejak awal film sudah menetapkan dirinya sebagai wahana hiburan cepat. Seperti novel aslinya yang sering dijuluki “fast food”, adaptasi ini memilih tidak keluar dari formula yang sudah terbukti laku.

The Housemaid adalah thriller psikologis yang rapi, cepat, dan sangat menghibur. Ia tidak pretensius, tidak berusaha menjadi lebih pintar dari penontonnya, dan tahu persis kapan harus memancing reaksi. Namun pilihan untuk bermain aman membuat film ini kehilangan kesempatan menjadi lebih berkesan secara emosional.

Bagi penonton yang mencari sensasi, twist, dan hiburan gelap yang mudah dicerna, The Housemaid adalah pilihan tepat. Tetapi bagi yang berharap pada kedalaman tema dan resonansi jangka panjang, film ini mungkin terasa seperti perjalanan yang seru lalu selesai begitu saja.

Sinopsis Film The Housemaid (2025)

The Housemaid mengikuti kisah Millie, seorang perempuan muda dengan masa lalu kelam yang sedang berjuang memperbaiki hidupnya. Saat berada di titik terendah, Millie menerima pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga di kediaman keluarga kaya yang tampak sempurna dari luar. Rumah itu dihuni oleh Nina, sang nyonya rumah yang eksentrik dan sulit ditebak; Andrew, suaminya yang tenang dan karismatik; serta putri mereka, Cece.

Seiring Millie mulai bekerja, suasana rumah perlahan terasa tidak nyaman. Nina menunjukkan perilaku yang semakin tidak stabil, aturan-aturan aneh mulai bermunculan, dan Millie merasakan tekanan psikologis yang terus meningkat. Hubungan antara majikan dan pembantu berubah menjadi permainan kekuasaan yang penuh kecurigaan, di mana setiap sudut rumah seolah menyimpan rahasia.

Ketika kebenaran demi kebenaran mulai terkuak, Millie menyadari bahwa posisinya di rumah tersebut jauh lebih berbahaya daripada yang ia bayangkan. Identitas, niat, dan masa lalu para penghuni rumah saling bertabrakan dalam rangkaian kejutan yang terus berlapis, membawa cerita menuju titik klimaks yang gelap dan tak terduga. The Housemaid adalah thriller psikologis tentang manipulasi, kepercayaan, dan harga yang harus dibayar ketika rahasia akhirnya terungkap.

The Housemaid
2025
4/5
Directed by Paul Feig
ProducerTodd Lieberman, Laura Fischer, Paul Feig
WriterRebecca Sonnenshine
Age RatingD17+
GenrePsychological Thriller, Mystery
Duration131 Minutes
Release Date31/12/2025
ThemeSecrets, deception, power dynamics dalam rumah tangga kaya
Production HouseHidden Pictures & Pretty Dangerous Pictures
Where to WatchCinema XXI, CGV
CastSydney Sweeney, Amanda Seyfried, Brandon Sklenar

Trailer The Housemaid (2025)

Editorial Team