Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Duniaku lainnya di IDN App
BRIDE HARD_© SETH JOHNSTON (1).jpg
Dok. Balcony 9 (Bride Hard)

Intinya sih...

  • Perpaduan Genre yang Gagal Total
    Film ini mencoba menggabungkan komedi pernikahan dan aksi baku tembak ala Die Hard, tapi hasilnya terasa seperti pertengkaran antar sahabat yang dipaksa menjadi aksi laga.

  • Salah Tempat, Salah Peran
    Rebel Wilson terlalu berat membawa film ini sebagai pemeran utama laga-komedi. Sutradara Simon West juga kehilangan arah dalam penyuguhannya.

  • Daur Ulang Ide Lama Tanpa Jiwa Baru
    Bride Hard adalah contoh sinema malas yang mencoba menggabungkan formula sukses tanpa memahami esensi di balik kesuksesan itu.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

GENRE: Action, Comedy

ACTORS: Rebel Wilson, Anna Camp, Anna Chlumsky

DIRECTOR: Simon West

RELEASE DATE: 23-7-2025

RATING: 2/5

Apa jadinya jika sahabat yang menjadi maid of honour ternyata seorang agen rahasia? Itulah premis dari Bride Hard, film aksi-komedi terbaru yang mencoba mengawinkan dua genre yang sangat berbeda, komedi pernikahan perempuan dan aksi baku tembak ala Die Hard. Dibintangi Rebel Wilson sebagai Sam, seorang agen rahasia yang merahasiakan identitasnya dari sahabat karib sekaligus calon pengantin, Betsy (Anna Camp), film ini menggambarkan kekacauan yang terjadi ketika pernikahan impian berubah menjadi arena penyanderaan oleh sekelompok kriminal. Sam pun harus "keluar dari sarangnya" demi menyelamatkan hari bahagia sahabatnya.

Di atas kertas, Bride Hard terdengar seperti ide segar dan menyenangkan. Sayangnya, realisasinya justru jauh dari menghibur.

1. Perpaduan Genre yang Gagal Total

Dok. Balcony 9 (Bride Hard)

Bayangkan Bridesmaids dipaksa mengenakan sepatu bot Bruce Willis, lalu diseret ke medan tempur tanpa latihan. Itulah yang dirasakan saat menonton Bride Hard. Film ini berusaha meniru struktur klasik Bridesmaids, pertengkaran antar sahabat, kehadiran bridesmaid kaya yang menyebalkan (diperankan Anna Chlumsky), dan dinamika emosional menjelang pernikahan. Tapi bedanya, film ini menyisipkan aksi laga sebagai bumbu utama. Hasilnya? Bukan kolaborasi lezat, melainkan masakan gagal yang membuat penonton kehilangan selera sejak suapan pertama.

Ketika adegan perkelahian dapur yang kaku diiringi lagu “It’s Raining Men” milik Geri Halliwell, bukan hanya gagal lucu atau menegangkan, penonton bahkan terlalu bosan untuk mengangkat alis.

2. Salah Tempat, Salah Peran

Dok. Balcony 9 (Bride Hard)

Rebel Wilson, yang dulu mencuri perhatian lewat peran pendukung kocaknya di Bridesmaids dan Pitch Perfect, kini harus menanggung beban sebagai pemeran utama laga-komedi. Dan beban itu terlalu berat. Karismanya terasa hilang, timing komedinya tak bekerja, dan chemistry-nya bersama Anna Camp benar-benar datar. Mereka pernah berbagi layar di Pitch Perfect, tapi kali ini interaksi mereka terasa seperti dua orang asing dalam satu ruangan yang salah.

Sutradara Simon West, yang dulu menyuguhkan aksi bombastis di Con Air dan Lara Croft: Tomb Raider, tampak kehilangan arah. Tanpa dukungan studio besar, kualitas teknis film ini terlihat murahan—baik dari segi sinematografi, koreografi aksi, hingga produksi keseluruhan. Adegan-adegan aksi terasa hambar, bahkan lebih menyerupai parodi Home Alone versi dewasa yang tidak tahu siapa target penontonnya.

3. Daur Ulang Ide Lama Tanpa Jiwa Baru

Dok. Balcony 9 (Bride Hard)

Bride Hard adalah contoh nyata dari sinema malas, film yang mencoba menggabungkan formula sukses tanpa memahami esensi di balik kesuksesan itu. Seperti parodi tanpa niat komedi, atau aksi tanpa koreografi yang layak. Bahkan aktor-aktor pendukung berbakat seperti Da’Vine Joy Randolph pun tak bisa menyelamatkan film ini, hanya dijadikan pengisi dialog klise yang tak memberi kontribusi berarti.

Naskah buatan Shaina Steinberg tampak terjebak antara rating R dan tontonan keluarga. Di satu sisi, ada guyonan dewasa yang terasa dipaksakan; di sisi lain, aksi-aksinya terlalu jinak untuk disebut laga penuh adrenalin. Hasilnya, Bride Hard tak tahu ingin jadi film seperti apa.

Bride Hard mencoba jadi campuran antara Bridesmaids dan Die Hard, tapi akhirnya gagal jadi keduanya. Ia kehilangan tawa, ketegangan, dan orisinalitas. Bahkan dalam lanskap streaming yang sedang kehausan konten baru, film ini tetap tak layak masuk daftar tontonanmu. Ini bukan hanya film buruk—ini adalah pengingat pahit bahwa nama besar dan ide absurd saja tidak cukup untuk menghasilkan hiburan yang layak.

Editorial Team