TUTUP

Review The Doll 3, Horor dengan Pelajaran Merelakan Orang Tercinta

Penggunaan boneka animatroniknya perlu diacungi jempol

GENRE: Horor Thriller

ACTORS: Jessica Mila, Winky Wiryawan, Masayu Anastasia

DIRECTOR: Rocky Soraya

RELEASE DATE: 26 Mei 2022

RATING: 3/5

Film The Doll 3 berhasil mendapatkan jumlah penonton sebanyak setengah juta hanya dalam empat hari penayangan. Film ini sendiri merupakan sekuel ketiga dari The Doll produksi Hitmaker Studio.

Penasaran seberapa layak film ini ditonton? Simak pembahasannya berikut ini!

Baca Juga: Review KKN di Desa Penari, Sajian Horor Tanpa Penceritaan yang Kuat

1. Sinopsis cerita

Tara dan boneka Bobby ( Dok. Hitmaker Studio / The Doll 3 )

Ceritanya sendiri berawal dari perempuan bernama Tara yang harus kehilangan orang tuanya akibat kecelakaan tragis. Satu-satunya keluarga yang selamat hanya Gian, adik laki-lakinya yang harus mendapat perawatan psikologis selama setahun.

Sayangnya, Gian justru memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri pada malam perayaan tahun baru. Semenjak saat itu, Tara yang mulanya tak percaya klenik mulai mencoba mencari bantuan untuk memanggil arwah adiknya kembali.

Usahanya pun berhasil setelah Tara meminta bantuan dukun. Sayangnya, hal itu malah menjadi awal petaka yang mengancam hidupnya dan juga orang-orang di sekitarnya.

2. Ada beberapa unsur film barat populer yang disisipkan

Gian hendak menyerang Mikha ( Dok. Hitmaker Studio / The Doll 3 )

Saat menonton film ini, kesan pertama penulis adalah ada campuran unsur-unsur film horor barat yang dimasukkan ke dalamnya.

Teror pembunuhan sadis oleh boneka yang dirasuki Gian mengingatkan kita pada film Child's Play. Baik dari bagaimana caranya membunuh atau meneror korbannya benar-benar mengingatkan penulis pada tokoh Chucky dari film tersebut.

Ada juga unsur film Conjuring yang dimasukkan dalam bentuk penokohan Laras yang diperankan Sara Wijayanto dan Raynard oleh Jeremy Thomas. Kedua tokoh ini seolah dimunculkan sebagai tiruan pasangan suami istri paranormal terkenal, Lorraine dan Ed Warren.

Yang membuat penulis sempat ngakak justru karakter Gian sempat menggunakan kata-kata khas yang sering diucapkan Samuel L. Jackson setiap ia bermain film karya Quentin Tarantino.

3. Detil boneka yang terbilang niat

Tara, Aryan dan boneka Bobby ( Dok. Hitmaker Studio / The Doll 3 )

Salah satu nilai plus dari film ini adalah detil bonekanya yang terbilang niat tanpa menggunakan teknologi CGI.

Alih-alih menggunakan teknologi efek grafis, pihak produksi justru menggunakan boneka tipe animatronik dengan sentuhan teknologi yang memungkinkan boneka Bobby bisa diajak berkomunikasi dengan jawaban yang sudah terprogram.

Tidak hanya boneka, detil seperti bentuk kemasan juga dibuat beneran niat seperti produk asli yang dijual di toko mainan besar.

4. Unsur genre slasher yang mendominasi ketimbang horor itu sendiri

Aryan dan Tara melarikan diri dari serangan Gian ( Dok. Hitmaker Studio / The Doll 3 )

Meskipun bergenre horor, film satu ini justru kurang menonjolkan nuansa mistisnya.

Yang banyak terjadi justru adegan-adegan yang sering muncul dalam film-film bergenre slasher di mana ada banyak momen pertumpahan darah.

Jadi bisa dikatakan para korbannya lebih sering diserang secara realistis ketimbang secara mistis.

Alih-alih membuat serangan gaib seperti memunculkan rambut atau paku dari mulut korban, sang antagonis lebih suka menggunakan senjata tajam atau menyabotase fasilitas yang digunakan korban.

Satu-satunya hal mistis dari film ini hanya Gian yang diperlihatkan mampu berpindah secara instan ke manapun ia inginkan saat sedang mengincar korbannya.

5. Banyak unsur cerita yang patut dipertanyakan

Gian marah ke kakaknya ( Dok. Hitmaker Studio / The Doll 3 )

Bisa dibilang poin ini adalah nilai minus yang harus menjadi PR bagi pihak produksi terutama bagian penulisan skrip cerita.

Hal yang menjadi perhatian penulis adalah kesesuaian latar belakang setiap tokohnya dengan apa yang ditampilkan dalam filmnya.

Contohnya seperti karakter Rere yang dulunya karyawan toko lalu menjadi bagian wedding organizer diperlihatkan memiliki rumah mewah lengkap dengan CCTV, Aryan yang juga diketahui merupakan orang kaya namun tak diketahui pekerjaannya.

Latar penokohan yang masih terbilang cukup jelas hanya Tara yang ternyata dibantu diam-diam oleh Aryan dalam pekerjaan dan juga promosi serta berbagai fasilitas yang dimiliki.

Karakter Gian juga tidak mendapat banyak sorotan yang memungkinkan penonton bisa mengenalnya. Padahal pengenalan karakter semacam Gian bisa menjadi landasan untuk memahami motifnya sebagai karakter antagonis.

Yang paling mencolok adalah penokohan Tara yang bisa berubah secara drastis. Awalnya, tokoh Tara diperkenalkan sebagai karakter yang skeptis terhadap hal gaib namun hanya karena kehilangan adiknya, ia berbalik mencari bantuan dari hal-hal klenik yang harusnya tidak ia percayai.

Mungkin ceritanya akan lebih masuk akal jika ternyata Tara yang tak semula percaya kedatangan boneka Bobby yang dihantui hingga ia baru menerima keberadaan hal mistis tersebut seiring berjalannya waktu.

6. Kesimpulan

Larisnya boneka Bobby ( Dok. Hitmaker Studio / The Doll 3 )

Dari pembahasan di atas, film ini memiliki banyak kekurangan mulai dari penokohan yang kurang jelas dengan motif yang dangkal, adegan dengan logika yang patut dipertanyakan, dan juga eksekusi akhir yang kurang berkesan.

Meskipun demikian, film ini memiliki beberapa ciri khas yang konsisten seperti pengambilan sorot kamera menembus lubang kunci yang sempat muncul di sekuel sebelumnya dan adegan kaca pecah yang tak lupa absen dalam film-film karya Rocky Soraya.

Tidak hanya itu, The Doll 3 juga patut diapresiasi dalam segi penggunaan boneka animatronik dan sajian adegan berdarah tanpa unsur efek seperti CGI.

Yang terakhir, tentu saja nilai moral dalam film ini yang mengajarkan kita untuk bisa move on meski kehilangan orang tercinta.

Jadi, film ini masih layak buat kamu tonton sebagai hiburan.

Itulah ulasan tentang film The Doll 3. Bagaimana pendapat kalian?

Jangan lupa tulis di kolom komentar!

Diterbitkan pertama 30 May 2022, diterbitkan kembali 30 Oktober 2024.

Baca Juga: 10 Film Horor Indonesia Terlaris, Ada yang 7 Juta Penonton Lebih!