Batman (dok. Warner Bros)
Film Joker memperlihatkan dengan jelas kalau dunia Joker tidak akan membahas Batman sama sekali. Pada awalnya kami setuju dengan arah ini. Bahkan Todd Phillips dengan terang-terangan menghadirkan Bruce Wayne muda yang tidak mungkin bisa berjalan di Crime Alley bersama orang tuanya, lalu ujuk-ujuk berubah menjadi Batman di Joker: Folie à Deux. Waktu yang terlalu cepat dan umur Joker yang tua, tidak mengizinkan proses tersebut terjadi.
Tapi sayangnya, hal ini jugalah yang menjadi ganjalan terbesar dari Joker: Folie à Deux. Dengan tidak adanya Batman untuk mengimbangi seluruh eksistensi Joker, Arthur Fleck hanyalah orang gila yang melakukan pembunuhan berantai dengan menggunakan pistol. Tidak ada mental yang harus dipatahkan, tidak ada api yang harus dipandamkan, tidak ada kekacauan yang harus diciptakan.
Memang, momen Joker membunuh di film pertamanya memicu sebuah pergerakan besar di Gotham yang dipenuhi dengan pejabat korup, oknum polisi dan orang-orang brengsek. Tapi hal itu tidak cukup untuk membuat Joker menjadi seorang "Joker", sang pangeran kejahatan yang memiliki pemikiran ekstrim tetapi jenius. Yang ada malah kita memandang Joker sebagai orang "waras" yang "tersakiti" hingga ada sesuatu yang terpelatuk di dalam kepalanya.
Joker lebih dari itu. Bahkan DC sendiri sampai kesulitan menceritakan Joker yang sudah mereka kembangkan selama 80 tahun.
Eksposisi yang sudah dibentuk di awal itu malah dipatahkan dengan hadirnya Harley Quinn dan Harvey Dent di Joker: Folie à Deux. Memberikan kesan kalau sebenarnya dunia Batman yang diceritakan selama berpuluh-puluh tahun tersebut tidak bisa diceritakan dengan cara lain atau karakter lainnya.