Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Duniaku lainnya di IDN App
Cuplikan film Perempuan Pembawa Sial
Cuplikan film Perempuan Pembawa Sial (dok. IDN Pictures/ Perempuan Pembawa Sial)

Intinya sih...

  • Pulau Jawa jadi pilihan tepat dalam pemilihan lokasi film horor.

  • Tempat-tempat berbau mistis di Jawa sering dijadikan lokasi syuting film horor.

  • Masyarakatnya masih banyak yang percaya dengan hal-hal gaib, seperti mitos penculikan anak oleh wewe gombel dan ilmu santet.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Hampir setiap tahun, bahkan bulan, bioskop Indonesia selalu kedatangan film horor. Hal tersebut menjadi bukti kalau tontonan dengan genre satu itu punya pasar yang cukup besar.

Semakin ke sini, cerita yang diangkat juga lebih berkualitas. Terkadang kisahnya pun mengangkat mitos atau budaya lokal yang masih diakui di masyarakat sekitar, terutama Jawa. Jika kamu sadar, banyak sekali film horor yang identik dengan latar belakang Jawa.  

Kira-kira, kenapa film horor Indonesia kebanyakan dari Jawa? Apakah ada hal yang istimewa? Begini alasannya.

1. Tak perlu mengeluarkan banyak biaya

Salah satu unsur penting dalam membuat film adalah biaya produksi. Jika berbicara soal ini, tak heran apabila pulau Jawa jadi pilihan tepat dalam pemilihan lokasi film. Selain mudah diakses dengan jalur darat, biaya yang dikeluarkan pun tak akan sebanyak di luar Jawa.

Belum lagi dengan berbagai biaya tambahan untuk setiap kru film seperti akomodasi, pakaian untuk keperluan syuting, dan sebagainya. Ditambah dengan pajak yang akan membuat pembuat film harus merogoh kocek lebih banyak lagi. Atas berbagai pertimbangan tersebut, masuk akal jika film horor Indonesia lebih sering syuting di Jawa dan mengangkat budayanya.

2. Lebih sakral dan mistis

Potongan adegan film Pocong: The Origin (dok. StarVision Plus/ Pocong: The Origin)

Alasan berikutnya adalah lebih sakral dan mistis. Budaya atau cerita-cerita mitos di Jawa condong lebih kuat dibandingkan di luar sana. Misalnya, kisah Nyi Roro Kidul di Pantai Selatan yang masih dipercaya banyak orang hingga kini.

Bukan itu saja, banyaknya tempat yang berbau mistis atau horor menjadikan para pembuat film tertarik mengerjakannya di sana. Contohnya seperti rumah tua dengan nuansa gelap dan mencekam, lokasi di tengah hutan, hotel terbengkalai, hingga adanya makam keramat di sekitar.

3. Masyarakatnya masih banyak yang percaya dengan hal-hal gaib

Faktor lainnya adalah kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal gaib yang melibatkan suatu mitos masih cukup tinggi. Beberapa masyarakat masih percaya adanya makhluk gaib seperti tuyul, genderuwo, hungga pocong, dan yang mendiami tempat-tempat angker.

Salah satu contoh yang paling terkenal dan terus diturunkan ke tiap generasi adalah mitos penculikan anak kecil oleh wewe gombel saat Magrib tiba. Cerita itu dibuat oleh orang tua agar anak mereka tak keluar saat aqzan Magrib. Meski hanya cerita bohong, mitos itu terus diperbincangkan sampai detik ini. 

Di sisi lain, kebanyakan dari masyarakat percaya dengan ilmu santet yang biasanya dimanfaatkan untuk mencelakai seseorang. Jika tidak mengalaminya, pasti tak percaya, bukan? 

Oleh sebab itu, lahir film-film dengan tema ilmu hitam untuk menjawab rasa penasaran orang-orang bagaimana santet itu bekerja. Contohnya seperti Sewu Dino (2023), Qodrat (2022), Ratu Ilmu Hitam (2019), hingga The Origin of Santet (2018).

4. Kaya dengan mitos yang melegenda

Cuplikan adegan film Ratu Ilmu Hitam (dok. Netflix/ Ratu Ilmu Hitam)

Selanjutnya berkaitan dengan banyaknya mitos-mitos yang berkembang di pulau Jawa, contohnya bahu laweyan. Hal tersebut membuatnya menjadi gudang cerita bagi para pembuat film horor.

Selain itu, legenda-legenda horor Jawa juga dipengaruhi oleh kisah sejarah masa lalu yang membuat ceritanya lebih seram karena ada kisah nyata di balik takhayul tersebut. Dengan demikian, tak jarang jika cerita-cerita tersebut dijadikan bahan utama untuk menggarap film horor. Salah satu contohnya film Perempuan Pembawa Sial yang tayang September mendatang.

5. Pengaruh dari film-film horor sebelumnya

Tak bisa dimungkiri bahwa kesuksesan film-film horor sebelumnya jadi salah satu faktor pertimbangan para sinefil untuk memproduksi tontonan dengan genre ini. Contohnya adalah film legendaris Ratu Ilmu Hitam tahun 1981 yang dibintangi oleh mendiang Suzanna, di-remake pada 2019 oleh rumah produksi Rapi Film. 

Mereka sadar bahwa orang-orang Indonesia doyan dengan hal-hal gaib atau mistis. Walaupun sering menggunakan tema atau cerita yang berkaitan dengan mitos Jawa, penonton tetap datang ke bioskop untuk menyaksikan tayangan tersebut guna menikmati sensasi berbeda.

Nah, itulah beberapa alasan kenapa film horor Indonesia kebanyakan dari Jawa. Semoga menjawab, ya!

Untuk informasi yang lebih lengkap soal anime-manga, film, game, dan gadget, yuk gabung komunitas Warga Duniaku lewat link berikut:

Discord: https://bit.ly/WargaDuniaku

Tele: https://t.me/WargaDuniaku

FAQ seputar kenapa film horor Indonesia kebanyakan dari Jawa

  1. Kenapa mayoritas film horor Indonesia berlatar budaya Jawa?

    Karena budaya Jawa memiliki kekayaan cerita mistis, mitologi, dan kepercayaan yang sangat kuat dan beragam.

  2. Apakah budaya mistis hanya ada di Jawa?

    Tidak. Seluruh Indonesia memiliki cerita horor dan mistis yang kuat. Misalnya, Leak di Bali, Palasik di Sumatera Barat, atau Suanggi di Papua.

  3. Apakah menggunakan elemen Jawa membuat film horor lebih menyeramkan?

    Secara budaya, elemen mistik Jawa punya estetika dan simbolisme yang kuat, seperti gamelan, keris, wayang, atau mantra-mantra. Elemen itu bisa membangun atmosfer seram secara efektif di film.

Editorial Team