Film Japan's Disposable Workers memang terbagi menjadi 3 bagian karena menceritakan nasib para warga miskin yang berbeda. Masing-masing film dokumenter ini menampilkan kesaksian yang mengharukan. Berikut ini adalah tiga sub-judul filmnya:
[page_break no="1" title="Overworked Suicide"]
Michiyo Nishigaki memegang lukisan anaknya, Naoya, seorang system engineer yang melakukan bunuh diri karena depresi soal pekerjaannya yang semakin berat tahun 2006 lalu. Foto diambil oleh Shiho Fukada[/caption]
Setelah resesi pada tahun 1990-an, para pekerja kerah putih di Jepang mendadak semakin harus bekerja keras dengan jam kerja yang semakin berat karena takut kehilangan pekerjaan mereka. Karena pekerjaannya yang terlalu berat inilah yang membuat banyak pekerja laruh dalam depresi berat dan beberapa dari mereka memutuskan untuk bunuh diri.
[page_break no="2" title="Net Cafe Refugees"]
Fumiya, pria berumur 26 tahun ini sudah bertahun-tahun hidup di Internet Cafe. Pekerjaan hariannya adalah sebagai Security Guard (istilah kerennya Satpam). Gajinya tak cukup untuk menyewa apartemen atau kos. Foto oleh Shiho Fukada.[/caption]
Internet Cafe atau yang kita kenal dengan istilah Warung Internet (WarNet) pernah populer di Jepang. Namun pada pertengahan tahun 2000, Internet Cafe di Jepang berubah menjadi tempat tinggal sementara bagi konsumennya. Biasanya para konsumen ini adalah seorang karyawan sementara, gaji mereka tak cukup untuk menyewa apartemen sehingga menggunakan Internet Cafe yang sesak sebagai tempat tinggal.
[read_more link="http://www.duniaku.net/2015/02/21/internet-cafe-tradisional-di-jepang-ini-bakal-bikin-kamu-nggak-mau-pulang-ke-rumah/" title="Internet Cafe Tradisional di Jepang Ini Bakal Bikin Kamu Nggak Mau Pulang ke Rumah!"]
[page_break no="3" title="Dumping Ground"]
Beberapa foto dari Shiho Fukada tentang warga lanjut usia di Jepang yang mengalami kemiskinan dan tak memiliki tempat tinggal pribadi[/caption]
Kamigasaki, Osaka, Jepang digunakan sebagai kota hari buruh berkembang. Kini merupakan tempat tinggal bagi 25.000 pengangguran dan lanjut usia. Namun tak semua dari mereka juga memiliki rumah pribadi. Kini tempat itu tak bisa dibilang sebagai kota buruh berkembang lagi, tetapi tempat pembuangan para buruh.