Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Salah satu budaya pop Jepang adalah Gadis Sekolah Jepang (Japanese School Girl) atau para gadis-gadis yang mengenakan seragam sekolah. Tapi tahukah kamu kalah budaya ini juga punya ‘sisi gelap’?
Jepang memiliki banyak sekali untuk dibanggakan, terutama dalam budaya populernya. Nah, salah satu budaya populer di Jepang yang paling populer mungkin adalah gadis sekolah (Japanese school girl). Yep, siapa sih yang tidak kenal dengan para gadis-gadis Jepang yang menggunakan seragam sekolah? Mereka selalu tampak dalam media periklanan, video music, anime, game, dan berbagai macam media lainnya. Akan tetapi, ditengah keimut-imutan mereka, ternyata gadis sekolah Jepang memiliki sebuah ‘sisi gelap’. Apakah itu?
Ada sebuah servis atau pelayanan di Jepang dimana setiap gadis sekolah Jepang memberikan berbagai macam layanan terhadap laki-laki (terutama laki-laki yang lebih tua) demi bayaran. Fenomena ini dikenal dengan JK Business (JK adalah singkatan dari joshikosei atau gadis sekolah Jepang) yang memiliki beberapa bentuk seperti JK Walking dimana gadis sekolah Jepang menemani pria jalan-jalan atau JK Massages dimana mereka akan memberikan pijatan terhadap pelanggan. Nah, yang menyeramkan adalah pelayanan ini bahkan sampai pada hal prostitusi.
Berikut ini adalah ‘sisi gelap’ dari gadis sekolah Jepang yang disorot oleh media luar Jepang dan dikumpulkan dalam bentuk video documenter pendek.
Gadis-Gadis Yang Dijual Sebagai Komoditas di Jepang
Sebuah channel berita internasional Vice News mengirimkan sebuah reporter yang kemudian membuat sebuah video documenter yang berjudul Schoolgirls for Sale in Japan (Gadis Sekolah Dijual di Jepang). Berikut ini adalah video-nya:
[youtube_embed id="0NcIGBKXMOE"]
Galeri Gadis Sekolah Jepang di Akihabara
Untuk mengeksplorasi JK Business, reporter Vice News bernama Simon Ostrovsky pergi ke distrik Akihabara. Meski Akihabara dikenal sebagai kiblat otaku dan pusat maid café, JK Business juga berkembang disini. Saat Ostrovsky berjalan di Akihabara, dia mendapati beberapa gadis sekolah Jepang dan beberapa iklan yang mengiklankan layanan mereka. Ironisnya, ketika kamera berusaha merekam mereka, seseorang (yang sepertinya pengawas mereka) tampak mendekati kamera dan meminta untuk berhenti merekam ‘gadis di bawah umur.’
Laki-Laki Yang Menyewa Gadis Jepang Per Jam
Ostrovsky melanjutkan ke sebuah venue dimana gadis sekolah Jepang bernyanyi dan menari di depan banyak orang. Beberapa Idol Grup di Jepang, termasuk AKB48, sering kali memiliki konsep gadis muda yang suci dan ceria. Grup yang ditemui oleh Ostrovsky ini, Akishibu Project, juga termasuk didalamnya. Ostrovsky menyaksikan banyaknya fans laki-laki dewasa yang antusias membayar untuk berpartisipasi dalam konser dan mengikuti handshake event dengan para gadis.
Untuk mendapatkan informasi lebih dalam, Ostrovsky juga berbicara dengan Jake Adelstein, seorang jurnalis yang memiliki pengalaman 20 tahun di Jepang. Adelstein menjelaskan bahwa JK Business kemungkinan besar booming setelah fenomena ‘kencan bayaran’ (enjo kosai) pada tahun 1990. Dia juga berpendapat bahwa Jepang adalah negara yang sangat mengeksploitasi wanita dan jika dia seorang wanita maka dia tidak ingin tinggal di Jepang. Ketika ditanyai apakah pendapatnya itu adalah pendapat orang barat, Adelstein menjawab tidak dengan bukti bahwa Jepang bahkan sudah menandatangani Hak Asasi Manusia dan memerangi perdagangan anak.
Jadi, apa yang meyakinkan para gadis untuk bekerja dalam bidang ini?
Lanjut ke halaman 2…
Apa Yang Meyakinkan Para Gadis Untuk Bekerja dalam Bidang Ini?
Meskipun JK Business tampaknya tidak berbahaya hanya karena memberikan pelayanan seperti: jalan-jalan bersama, pijat kaki, dan juga peramalan nasib, tetapi pelayanan ini juga berpotensi berbahaya karena bisa mengeksploitasi gadis secara seksual. Jadi kenapa mereka mau masuk ke dalam industry ini? Dua kemungkinan terbesar adalah: untuk mendapatkan uang dan rasa penasaran. Akan tetapi, Yumeno Nito, sebagai perwakilan dari High School Girl Support Center Colabo, mengatakan bahwa alasan paling sering adalah karena keadaan kehidupan mereka.
Yumeno Nito mengatakan bahwa kebanyakan gadis-gadis tersebut berasal dari rumah yang bermasalah, atau merasa terisolasi di sekolah. Nito mengatakan bahwa dia sendiri dulunya juga lari dari rumah, tetapi beruntung dia tidak ikut ke dalam industri ini. Tetapi dia mengatakan bahwa dia memiliki banyak teman yang bergabung dalam JK Business, dan beberapa bahkan bunuh diri setelahnya.
Lalu bagaimana tanggapan netizen terhadap video ini?
Lanjut ke halaman 3…
Beberapa Pendapat dari Orang Non-Jepang
Tentu saja hal ini menimbulkan reaksi yang cukup besar terhadap netizen dari seluruh dunia. Banyak yang berkomentar di YouTube terhadap video tersebut. Berikut ini adalah beberapa pendapat dari orang non-Jepang:
“Ini merupakan pedofilia, mendekati atau tidak, siapapun yang mencoba untuk mendukung hal ini harusnya malu.”
“Beberapa orang berkata bahwa orang barat memaksakan nilai moral mereka terhadap orang Jepang… Setiap manusia normal di dunia tentu ingin menghentikan prostitusi di bawah umur. Ini tak ada hubungannya dengan budaya.”
“Banyak orang disini berkata, ‘’Mereka aneh’, ‘Tidak berpendidikan, tidak seperti kita..’, ‘Itu harusnya ilegal’. Mengapa?? Menurutku, buatlah prostitusi menjadi legal. Lihat Jerman, mereka memecahkan masalah ini. Disana lebih sedikit kekerasan terhadap wanita dan lebih sedikit penyakit menular seksual terhadap semua orang…”
“Terlalu banyak penggunaan kata ‘dibawah umur’ dalam video ini. Tidak tahukah mereka bahwa batas umur legal di Jepang adalah 13 tahun?”
Tapi ada juga yang sepertinya memberikan pembelaan:
“Bisnis ini berkembang karena beberapa hal: 1) Jepang memiliki budaya sosial yang tidak terlalu terbuka. Hal ini menyebabkan interaksi social menjadi sesuatu yang eksklusif. 2) Pernikahan dan kencan sangat sulit karena jam kerja yang lama. 3) Jepang masih sangat konservatif dalam memandang wanita. 4) Orang Jepang lebih memilih mengabaikan masalah karena malu.”
“Bukannya Jepang adalah negara dengan persentase kekerasan seksual paling rendah? Bukankah kita seharusnya fokus pada tempat yang benar-benar bermasalah seperti Amerika Selatan, India dan bahkan Amerika Serikat?”
“Kunjungi Arab Saudi dimana ada perjodohan antar gadis 12 tahun dan laki-laki berumur 40 tahun. Atau Mesir dimana terdapat pernikahan sehari antara gadis muda dengan laki-laki tua kaya. Jepang memiliki pendidikan dan maju, kupikir mereka bisa mengatasi masalah ini sendiri.”
Jadi, bagaimana pandanganmu terhadap ‘sisi gelap’ gadis sekolah Jepang ini? Apakah bisnis ini merupakan sesuatu yang baik ataukah bukan? Suarakan pendapatmu di kolom komentar ya?
Sumber: Youtube"> (via Rocketnews)