TUTUP

Venue Panas dan Penuh Debu, Ini Kata Penyelenggara Chocodays 2016

Sangat disayangkan dan bisa membuat pengunjung sesak napas. Simak liputan langsung dari Duniaku.net yang sempat menghadiri acara pop culture tahunan ini.

Bagi para penggemar pop culture Jepang terutama yang berdomisili di Surabaya dan Indonesia bagian timur, Chocodays menjadi salah satu event yang selalu ditunggu kehadirannya setiap tahun. Diadakan jelang akhir tahun (medio Oktober-Desember), Chocodays menjadi ajang berkumpulnya komunitas pop culture Jepang dan juga pegiat hobi lainnya. Tak terkecuali dengan tahun ini yang merupakan tahun keenam penyelenggaraan Chocodays. Dengan jumlah pengunjung mencapai lebih dari 5000 orang tahun 2015 lalu, panitia Chocodays 2016 pun memiliki ekspektasi jumlah tersebut bisa dipecahkan tahun ini. Mengusung tema Cyberpunk, akhirnya Chocodays 2016 pun digelar tanggal 10 dan 11 Desember 2016 ini di lantai 2 Marvell City Mall, Surabaya. Sumber foto: Chocodays Fanpage[/caption] Namun sayang, bagi yang mengikuti update di media sosial selama satu hari kemarin, 11 Desember 2016, ternyata Saat memasuki ruangan utama barulah Duniaku.net merasakan apa yang dikomplainkan banyak orang. Debu beterbangan di mana-mana karena venue-nya adalah gedung mall yang masih belum jadi serta udara yang panas karena AC sentral tidak menyala dan hanya mengandalkan AC portabel. Semakin berdebu saat banyak pengunjung di depan panggung berjingkrak-jingkrak. Kebetulan saat Duniaku.net masuk, ada kompetisi Dance Cover di panggung utama dan juga kompetisi digital painting di sebelahnya. Banyak pengunjung yang berjingkrak-jingkrak untuk mendukung kontestan favoritnya. Sumber foto: Chocodays Fanpage[/caption] Saking berdebu dan panasnya, masker dan kipas tangan adalah dua barang paling dicari di event ini. Banyak booth pun akhirnya menjual dua barang ini. Bahkan booth ReOn pun tak ketinggalan ikut menjual masker! Selain itu, jika tidak ada pertunjukan di panggung utama, depan AC adalah titik paling ramai. Banyak yang berkumpul di dekat AC untuk mendapatkan udara sejuk. Bagi yang memiliki masalah dengan pernafasan, maka menggunakan masker wajib hukumnya saat memasuki venue. Karena kondisi venue seperti ini, ada beberapa booth yang tampak kosong. Padahal waktu masih baru akan memasuki malam hari, dimana lebih banyak aksi siap ditampilkan di panggung.

Apa kata panitia tentang masalah ini? Simak di halaman 2.

Sumber Foto: Michihiko Hikaru[/caption] Sayang sekali, motor cantik jadi berdebu... Sumber Foto: Michihiko Hikaru.[/caption] Meskipun udara pengap, panas, dan juga debu beterbangan, namun nyatanya tidak menyurutkan antusiasme para penggemar pop culture untuk larut dalam kemeriahan acara, -setidaknya seperti pantauan Duniaku.net di hari pertamanya kemarin. Dilansir dari penyataan panitia, total di hari pertama Chocodays 2016 mendatangkan lebih dari 1500 pengunjung. Jumlah tersebut di luar exhibitor dan juga para peserta kompetisi yang diadakan. Duniaku.net pun sempat berbincang-bincang dengan panitia Chocodays 2016. "Venue sengaja dipilih seperti ini (konsep bangunan belum jadi) untuk menyesuaikan dengan tema Cyberpunk yang diusung tahun ini," ungkap Christopher Alsen, salah satu anggota panitia Chocodays 2016. "Namun kami mengakui adanya kekurangan di venue, sehingga tidak nyaman untuk pengunjung," lanjutnya. Christopher juga menyebutkan bahwa Marvell City dipilih menggantikan Balai Pemuda yang jadi venue tahun lalu. Tahun lalu, Balai Pemuda dirasa kurang besar untuk mengakomodasi lebih dari 5000 pengunjung yang datang. Apalagi tahun ini Balai Pemuda tidak bisa digunakan untuk umum karena tengah direnovasi. Debunya tebal sekali.. Sumber Foto: Michihiko Hikaru[/caption] Sebenarnya panitia bukan tanpa usaha untuk membersihkan venue. Malam hari setelah hari pertama selesai, panitia kembali berusaha untuk membersihkannya dengan cara disiram air dan dikeruk. Namun sayang, hasilnya masih kurang maksimal dan ketika dikonfirmasikan oleh Duniaku.net, venue masih cukup berdebu. "Dari ketua panitia dan tim panitia, kami meminta maaf untuk ketidaknyamanan venue," ungkap Andhika Pramudya, ketua panitia Chocodays 2016. "Ini adalah sepenuhnya kesalahan dari panitia. Kami akan berusaha untuk lebih baik lagi tahun depan," lanjut Andhika. [read_more id="283730"] Di luar dari masalah venue, sejatinya konten dari Chocodays 2016 cukup menarik. Ada kompetisi digital art yang diklaim menjadi yang pertama di Indonesia, kompetisi cosplay, dance cover, hingga berbagai hiburan seperti Mannequin Challenge, penampilan DJ, hingga bintang tamu dari berbagai komunitas pop culture di Indonesia. Semoga ini menjadi pembelajaran berharga agar ke depannya lebih selektif dan teliti dalam memilih venue, sehingga event bisa dinikmati dengan maksimal dan nyaman oleh pengunjung yang datang.