Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Duniaku lainnya di IDN App
GGWP harry mahardika featured image.jpg
Harry Mahardika GGWP. (Dok. IDN, GGWP)

Intinya sih...

  • Harry Mahardika mengawal media esports GGWP sejak awal

  • Melawan persepsi buruk soal gaming selama 6 tahun terakhir

  • Menyaksikan transformasi GGWP dan berjibaku dengan event esports hingga dini hari

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ketika GGWP resmi menjadi bagian dari IDN Media pada 15 Juli 2019, Harry Mahardika adalah salah satu sosok yang sudah ada di sana sejak awal, mengawal media esports ini dari balik layar.

Posisi resminya adalah Senior Associate Marketing, dan salah satu job desc-nya adalah menangani media sosial.

Selama enam tahun terakhir, ia memacu motornya dari Bekasi. Awalnya di Narogong, kemudian di Mustikajaya. Dia menempuh perjalanan jauh dari awalnya ke Condet, kemudian ke Palmerah, dan saat ini ke IDN HQ di Jl. Gatot Subroto. Tiga tempat yang pernah menjadi rumah GGWP dalam enam tahun.

Lalu tak jarang, ia menjadi orang terakhir yang meninggalkan kantor dan kembali mengendarai motornya ke rumah saat malam sudah larut.

Harry menyaksikan berbagai fase transformasi GGWP: dari saat media ini memiliki tim esports sendiri, hingga rebranding besar-besaran pada tahun 2023. Ia juga berjibaku dengan event-event esports yang berlangsung hingga dini hari, memastikan konten terus berjalan dan komunitas tetap terhubung.

Di hari ulang tahun GGWP yang keenam, saya berkesempatan mengobrol panjang dengannya—tentang kerja keras, idealisme, dan bagaimana dunia esports berubah di depan matanya.

Berikut kisahnya.

1. Enam tahun berjuang mengangkat citra games dan esports

Harry Mahardika GGWP. (Dok. IDN, GGWP)

"Jadi, kamu kan benar-benar sudah sama GGWP sejak awal banget," saya membuka sesi ngobrol resmi dengan Harry, setelah sebelumnya sempat saling lempar basa-basi ringan. "Waktu GGWP pertama kali gabung IDN di 2019, tantangannya apa sih?"

"Kalau dibilang tantangan, jujur waktu itu belum terlalu banyak," jawab Harry. "Soalnya GGWP itu salah satu media esports yang muncul lebih dulu."

Namun ada satu keresahan yang sejak dulu membayangi pikirannya, dan belum juga hilang hingga 2025: persepsi buruk masyarakat awam soal dunia game dan esports.

"Kebanyakan orang, bahkan orang tua atau kakak-kakak kita, suka merasa ‘apaan sih main game,’" kata Harry, mengangkat bahu. "Masih dianggap buang-buang waktu."

Sebagai sosok yang mengelola media sosial GGWP, Harry merasa punya tanggung jawab lebih. Ia ingin menyuarakan hal-hal positif dari dunia yang dia cintai ini, mendorong generasi muda seperti Gen Z dan Gen Alpha yang berbakat dalam game untuk ikut terlibat dalam industri esports, bukan sekadar bermain.

Dan bagi Harry, itulah PR-nya. Sebagai sosok yang kerap berurusan dengan media sosial, dia merasa ingin mengajak adik-adik, Gen Alpha, Gen Z, yang suka game, yang punya bakat game, untuk terlibat dalam industri eSports.

"Kami ingin menunjukkan baik eSports atau gaming itu sebenarnya lebih banyak positifnya!"

Harry juga mengakui bahwa stigma negatif terhadap game tidak sepenuhnya salah. Ia paham bahwa game bisa jadi masalah kalau dimainkan berlebihan. Tapi justru karena itu, ia merasa penting untuk hadir sebagai media yang bisa memberi arah, edukasi, dan pemahaman.

"Tapi memang tugas kita di sini adalah untuk membawa nama games atau eSports di Indonesia menjadi lebih baik."

Dari obrolan terpisah saya dengan tim GGWP lain, ternyata ini bukan cuma prinsip pribadi Harry, tapi juga visi bersama yang dijaga oleh seluruh redaksi.

Saking melekatnya rasa tanggung jawab itu, Harry bercerita bahwa dalam situasi sesederhana naik taksi online pun, ia sering berusaha memperkenalkan game, esSports, dan bahkan GGWP itu sendiri. Baginya, setiap percakapan adalah peluang. Setiap interaksi adalah kesempatan untuk menunjukkan bahwa dunia game dan esports layak dihormati.

Karena ketika nama GGWP dibawa ke luar, ia tahu dampaknya bisa menjangkau generasi muda, dan masyarakat luas.

2. Menghadapi gejolak tren games indonesia yang tidak mudah ditebak

Legion Go S, Dok. GGWP

Di sinilah tantangan muncul. Tim editorial mungkin fokus menyusun artikel atau panduan, tapi media sosial harus gesit menangkap momentum, memahami komunitas, dan menyampaikan sesuatu yang relevan. "Kadang ada komunitas yang muncul dari entah mana," ujarnya, mencontohkan jenis-jenis komunitas yang sudah aktif berdiskusi sejak fase pengumuman atau beta saja.

Harry menyadari bahwa memahami semua game tentu mustahil. Tapi setidaknya, tim media sosial harus tahu bagaimana berbicara dengan komunitas yang muncul dari game-game itu. Dia pernah mencoba tap in ke komunitas Arena of Valor, Speed Drifters, hingga Call of Duty: Mobile.

Dari semua itu, Harry menyebut tiga komunitas yang paling terasa kuat interaksinya:

  • Mobile Legends, yang menurutnya masih sangat dominan hingga sekarang.

  • Free Fire, yang punya basis penggemar luas dan loyal.

  • Honor of Kings, yang meski tergolong baru, sudah membangun komunitas aktif bahkan sejak versi globalnya belum rilis penuh.

Selain ketiganya, dia juga mencatat bahwa CODM dan PUBG Mobile tetap punya ekosistem komunitas yang hidup.

Menariknya, komunitas Honor of Kings seringkali memberikan insight mendalam ke admin media sosial GGWP, seperti soal revamp karakter yang belum rilis resmi. “Mereka udah main versi global, jadi kadang mereka justru ngasih insight gitu ke kita,” tutur Harry sambil tertawa kecil.

3. Ketika Social Media Manager harus menjalani jam kerja ala jurnalis

f0rsakeN, PatMen, dan alecks sesaat setelah Paper Rex Menjuarai VALORANT Masters Toronto (flickr.com/valorantesports)

Kamu mungkin sudah bisa menebak, jam kerja seorang jurnalis di dunia eSports jarang sekali mengikuti pola 9-to-5. Turnamen yang berlangsung di akhir pekan adalah hal lumrah. Pertandingan yang baru selesai tengah malam, bahkan dini hari, bukan hal aneh. Terlebih bila acaranya berskala internasional: saat prime time di luar negeri bisa berarti pukul 3 pagi di Indonesia.

Dalam kondisi seperti itu, tugas jurnalis tak berhenti pada menyimak setiap pertandingan. Mereka yang menangani media sosial pun harus siap siaga agar konten breaking news dapat segera tayang di platform medsos. Tak jarang, Social Media Manager ikut terjaga malam-malam, memastikan informasi tersaji cepat dan akurat.

"Intinya, sebagai seorang Social Media Manager, khususnya di platform GGWP, kita harus punya dedikasi tinggi," kata Harry.

Buka laptop jam 11 malam? Sudah biasa. Jika masih terjaga dan melihat ada press release penting masuk, Harry akan langsung naikkan meski malam telah larut.

Salah satu contoh paling membekas baginya adalah turnamen Valorant Masters Toronto 2025.

Saat itu, ia sempat terbangun sebentar, mengecek skor pertandingan. Tapi karena kondisinya belum memungkinkan untuk langsung mengerjakan, ia memilih istirahat sejenak. Begitu pagi datang, ia langsung menyelesaikan kontennya sejak pukul 6.

"Kalau memang memungkinkan, ya saya kerjakan langsung malam itu juga. Tapi kalau bisa ditarik sedikit, yang penting tetap tayang secepat mungkin," jelasnya.

Momen yang paling berkesan dari kerja malam atau dini hari tetap Valorant Masters Toronto. Saat itu, RRQ tidak lolos, dan satu-satunya harapan Asia Tenggara adalah tim Paper Rex. GGWP ingin momen itu bukan sekadar bahan engagement, tetapi juga bentuk dukungan bagi tim regional.

Pertandingannya berlangsung sekitar pukul 2 dini hari, dan selesai nyaris menjelang subuh.

"Setelah itu saya langsung ke kantor buru-buru," ujarnya sambil tertawa kecil. "Dan seperti janji saya, begitu duduk langsung saya kerjakan. First thing in the morning."

4. Strategi menangani medsos, supaya bukan sekedar "sekali klik usernya pergi lagi"

MVP VALORANT Masters Toronto, f0rsakeN (flickr.com/valorantesports)

Ketika membicarakan strategi media sosial, banyak orang langsung terbayang soal mengejar viral. Konten yang mengundang engagement tinggi, share banyak, dan komentar ramai. Tapi apakah hanya itu tujuannya?

Bagi Harry, pendekatan GGWP terhadap media sosial lebih dari sekadar mengejar angka.

“GGWP itu dididik bukan hanya untuk cepat menaikkan news,” ujarnya. “"Kita dididik juga: biar kita tidak stop di sini, harus ngapain nih?”

Ia mencontohkan kembali momen kemenangan Paper Rex di Valorant Masters Toronto 2025. Alih-alih hanya mengabarkan hasil pertandingan, tim GGWP melihat potensi untuk menggali lebih dalam.

“Jangan cuma gitu doang,” katanya.

Mereka pun menghubungi f0rsakeN, sang MVP dari Paper Rex yang kebetulan berasal dari Indonesia. Dari sana lahir segmen khusus Player to Watch, yang menyoroti pemain-pemain eSports berprestasi dalam 3 hingga 5 hari terakhir dari beritanya naik.

Setelah mengangkat individunya, GGWP juga membedah perjalanan tim Paper Rex secara keseluruhan. Bagaimana perjalanan mereka di Toronto, apa tantangannya, dan bagaimana strategi mereka menaklukkan lawan-lawan.

Dari contoh ini terlihat jelas, pendekatan tim media sosial dan redaksi GGWP bukan cuma “breaking news”, tapi juga storytelling. Mereka menggiring audiens untuk tetap tinggal, kembali, dan merasa terhubung secara emosional dengan kontennya.

“Kita tidak hanya mengandalkan viralitas, tapi juga kualitas, dan dampaknya terhadap masyarakat,” tegas Harry.

Strategi ini ternyata menuai respons positif. “GGWP pernah dipuji bukan hanya sebagai media news, tapi sebagai media yang benar-benar memahami followers-nya,” tambahnya, dengan nada bangga yang terselip rapi di balik kesederhanaannya.

5. Menghadapi konten yang tak direncanakan

Harry Mahardika GGWP. (Dok. IDN, GGWP)

Media yang baik idealnya punya rencana konten yang terstruktur. Tim redaksi dan media sosial tahu apa yang akan dipublikasikan hari ini, besok, hingga sepekan ke depan. Tapi dunia game dan eSports bukanlah dunia yang bisa ditebak. Selalu ada kejutan, kemenangan dramatis, atau kontroversi mendadak yang membuat semua rencana harus ditinjau ulang.

“Chaos” semacam ini bukan pengecualian, melainkan bagian dari keseharian. Apalagi bagi sosok seperti Harry yang menangani media sosial, garis depan dalam merespons peristiwa.

Bagaimana ia menghadapinya?

“Di GGWP, kita punya dua jenis konten,” Harry menjelaskan. “Yang riding the wave, dan yang sudah di-plan.”

Tapi apakah keduanya selalu berjalan mulus? Harry menggeleng. “Selalu pasti tabrakan,” ujarnya jujur.

Namun, justru di sanalah pentingnya fleksibilitas. Harry menekankan pada timnya bahwa rencana hanyalah panduan, bukan batasan. Tim harus siap geser, adaptif terhadap peristiwa yang lebih relevan atau mendesak.

Ia mencontohkan momen kemenangan Paper Rex di Valorant Masters. Sebelum event itu, tim GGWP sudah punya content plan hingga hari Rabu. Tapi begitu Paper Rex juara, semua prioritas bergeser. “Itu momen yang harus langsung kita garap,” kata Harry.

Dalam hitungan jam, tim menyusun ulang artikel, visual, bahkan potensi wawancara lanjutan. Tak sekadar memberitakan, tapi membangun narasi lanjutan yang lebih dalam.

Karena di balik semua rencana, GGWP memahami satu hal: ketika komunitas sedang ramai memperbincangkan sesuatu, media harus hadir di sana, bukan hanya sebagai penyampai kabar, tapi juga sebagai rekan bicara yang relevan.

6. Momen paling berkesan

Ketika GGWP Sutomo menang di 2019. (Dok. IDN, GGWP)

Topik terakhir dalam sesi ngobrol panjang saya dengan Harry adalah satu pertanyaan sederhana: Apa momen paling berkesan selama enam tahun bersama GGWP?

Pertanyaan itu langsung membuatnya terdiam sejenak. Enam tahun jelas bukan waktu singkat. Ia sudah ada sejak GGWP bergabung ke IDN, melewati masa-masa naik turun, dari rebranding hingga dinamika tim redaksi. Pasti banyak momen yang membekas. Tapi ada satu yang menonjol, yang hampir membuatnya menitikkan air mata saat mengingatnya.

Itu adalah ketika tim eSports GGWP (ya, GGWP sempat punya tim eSports) berhasil menjuarai turnamen besar.

Namanya GGWP Sutomo, tim Call of Duty Mobile yang pada masanya termasuk salah satu yang paling disegani. Pada Desember 2019, mereka berlaga di COD Mobile Major Series, bagian dari gelaran EXGCon 2019 di Balai Prajurit (yang saat itu masih dikenal sebagai Balai Kartini).

Perjalanan mereka bukan tanpa rintangan. GGWP Sutomo sempat jatuh ke lower bracket. Tapi bukannya tumbang, mereka justru bangkit. Satu demi satu lawan mereka kalahkan, hingga berhasil mencapai grand final dan berhadapan dengan Lord Esports.

Hasilnya? Kemenangan telak. GGWP Sutomo menang tiga kali berturut-turut dalam format best-of-five, sebuah dominasi yang tak terlupakan.

“Waktu itu gue bisa dibilang kayak guru BP-nya mereka,” ujar Harry sambil tertawa kecil. Ia bukan pelatih, tapi ia adalah tempat para pemain curhat. Pemberi semangat. Penjaga moral.

Pada hari pertandingan, Harry bahkan sempat menjadi pemimpin pembacaan doa sebelum tim bertanding. Doa itu bukan sekadar formalitas. “Gue doain beneran, dari hati,” katanya. Dan seolah semesta mendengar, GGWP Sutomo benar-benar juara.

“Yang itu berasa banget sih,” tutupnya. “Bukan cuma soal kerja keras tim, tapi karena kita support juga secara moral. Gue bangga banget sama mereka.”

Kini GGWP tak lagi memiliki tim eSports. Tapi kenangan itu tetap hidup di benak Harry—sebuah pengingat bahwa kerja di balik layar pun bisa memberi dampak besar.

Itulah sekelumit kisah Harry Mahardika—dari naik motor bolak-balik Bekasi-Jakarta, mengatur medsos, hingga mendampingi tim eSports jadi juara.

Bagian mana dari cerita ini yang paling mengena buatmu?

Yuk, bagikan pendapatmu di kolom komentar!

Topics

Editorial Team