Lily James sebagai Ella[/caption]
Lily James berperan sebagai Ella dengan cukup bagus. Meskipun penampilannya tidak bisa dibilang spesial, tetapi dia berhasil menjadi tokoh yang disukai dalam film. Tokoh Ella disini terlihat cukup meyakinkan –terutama ketika Ella berinteraksi dengan hewan-hewan CGI, Pangeran Kit dan tokoh-tokoh lainnya. Selain itu, Ella sendiri disini digambarkan dengan cukup bagus. Tidak seperti kisah klasik dimana sang tokoh hanya bisa pasrah di-bully, ada saat-saat dimana Ella akan berontak, dalam artian Ella berani melawan balik sang Ibu Tiri –walaupun maksimal hanya membantah ucapannya. Dialog yang dia ucapkan kepada sang Ibu Tiri dipenghujung film cukup mengena, bagus dan memorable.
[read_more link="http://www.duniaku.net/2015/03/14/sandra-dewi-cinderella-asal-indonesia/" title="Sandra Dewi, Cinderella Asal Indonesia!"]
Lady Tremaine (Cate Blanchett), dan kedua putri-nya: Drizella (Sophie McShera) dan Anastasia (Holliday Grainger)[/caption]
Sebagai seorang bintang terkenal, Cate Blanchett berperan dengan baik sebagai Lady Tremaine. Semua tingkah lakunya dan tindakan-tindakannya sebagai seorang tokoh antagonis terlihat begitu elegan. Pendek kata, bisa dibilang tokoh ini jahat tapi likeable –semuanya berkat penampilan Cate Blanchett. Sophie McShera dan Holliday Grainger yang memerankan saudara tiri Ella juga berperan dengan baik dan mampu mengeksekusi humor-humor ringan dengan baik –bahkan ada beberapa bagian yang bisa membuat kita tertawa lepas.
Bellatrix Lestrange, is that you?[/caption]
Ibu Peri dalam Cinderella digambarkan sebagai sosok yang unik. Tokoh ini memiliki peran yang sama seperti kedua saudara tiri Ella: sebagai penghibur dalam film dengan tingkah lakunya yang lucu. Lucunya lagi, entah kenapa saya melihat tingkah laku Ibu Peri ini mirip Bellatrix Lestrange. Mungkinkah karena keduanya sama-sama diperankan oleh Helena Bonham Carter? Haha.
Richard Madden sebagai Princess 'Kit' Charming[/caption]
Richard Madden yang berperan sebagai Pangeran Kit juga bisa dibilang membawakan tokohnya tersebut dengan baik. Tidak ada yang benar-benar spesial dari pembawaannya, tetapi kurasa dia mampu membuat penonton perempuan jatuh hati padanya –sebagaimana Ella.
Selain para pemain, sang sutradara Kenneth Branagh juga patut diacungi jempol. Dia mampu mengarahkan Cinderella dengan baik. Pembangunan ceritanya semenjak awal bagus, tetapi sayang berubah menjadi membosankan begitu memasuki pertengahan film. Cinderella tampak terlihat putus asa untuk menambahkan sesuatu yang baru ke dalam ceritanya. Beberapa konflik baru memang ditambahkan ke dalam cerita tetapi konflik-konflik tersebut tidak begitu berarti dan berakhir begitu saja.
Hal ini mungkin saja karena Branagh tidak ingin membuat film ini menjadi terlalu rumit sehingga membingungkan penonton yang kebanyakan juga masih anak-anak. Ataukah mungkin ingin membawa konflik-konflik tersebut menuju sekuel? Yah, siapa yang tahu.
Jahat, tapi kurang greget[/caption]
Selain konflik, ada beberapa hal yang cukup disayangkan. Perlakuan jahat keluarga tiri Ella kurang greget –tetapi mungkin masih bisa dimaafkan karena Cinderella ditujukan sebagai film keluarga. Adegan-adegan sedihnya secara keseluruhan kurang begitu mengena kepada penonton. Dari sekian banyaknya adegan sedih, mungkin hanya adegan perpisahan Ella dan Ibunya yang meninggal yang terlihat sedih.
Bagian terbaik dari film ini menurut saya ada dua: penggambaran sosok orang tua kandung dan juga pesan moral yang ingin disampaikan. Sosok orang tua kandung disini terasa begitu hangat, mendukung dan menyangi anaknya dengan penuh kasih sayang. Pesan moral yang disampaikan: “Be Kind. Be Courageous” atau dalam bahasa Indonesia: “baik hatilah dan miliki keberanian” secara sukses tersampaikan kepada penonton sepanjang film.