Jungle Hunter memiliki tampilan klasik dengan kulit kehijauan, dreadlocks panjang, dan armor berwarna abu kehijauan yang mencerminkan lingkungan hutan.
City Hunter punya tampilan modern dengan armor perunggu keemasan dan helm angular, serta senjata lebih komplet untuk berburu di lingkungan perkotaan.
Jungle Hunter berburu di hutan Amerika Tengah sementara City Hunter beraksi di tengah kota Los Angeles, mempengaruhi gaya berburu mereka.
Kedua Predator ini sama-sama legendaris di semesta Predator, tapi punya karakteristik, gaya berburu, dan tampilan yang sangat berbeda.
Jungle Hunter adalah pemburu yang pertama kali muncul di film Predator (1987), sementara City Hunter hadir di Predator 2 (1990). Keduanya berasal dari ras Yautja, tapi punya keunikan masing-masing.
Yuk, kita bahas satu per satu perbedaan mereka!
Jungle Hunter memiliki tampilan klasik dengan kulit kehijauan, dreadlocks panjang, dan armor berwarna abu kehijauan yang berpadu dengan corak alami. Penampilannya mencerminkan lingkungan hutan tempat ia berburu. Lebih organik dan menyatu dengan alam. Helmnya juga lebih bulat dan sederhana.
Sementara itu, City Hunter punya tampilan lebih modern dan mencolok. Armor-nya berwarna perunggu keemasan dengan pola bertekstur, dan helmnya lebih angular. Desain ini mencerminkan adaptasi pada lingkungan kota penuh logam, beton, dan suasana urban. Ia tampak lebih “bergaya” dibanding Jungle Hunter yang lebih naturalistik.
Secara tampilan fisik sebenarnya ada kemiripan, namun di kepalanya ada beberapa motif yang berbeda.
Jungle Hunter membawa senjata khas seperti plasma caster, wrist blades, dan cloaking device. Persenjataannya terbilang minimalis namun efektif, cocok untuk berburu di hutan lebat yang penuh jebakan alami. Ia lebih mengandalkan taktik penyamaran, pengamatan, dan kemampuan bertarung jarak dekat.
City Hunter jauh lebih komplet dari segi peralatan. Selain senjata klasik, ia punya smart disc, net gun, combi stick, hingga speargun. Seluruh arsenal itu menandakan evolusi teknologi dan gaya berburu Predator di lingkungan perkotaan. Armor-nya juga lebih berat dan modular, melindunginya dari ledakan, peluru, dan perang jarak dekat di tengah gedung-gedung sempit.
Tentu dari namanya, mereka berburu di dua lokasi berbeda, satunya di hutan, satunya di perkotaan. Tapi kalau di filmnya?
Jungle Hunter berburu di hutan hujan Amerika Tengah, tempat yang basah, gelap, dan penuh vegetasi. Lingkungan ini menuntut kemampuan kamuflase alami dan kesabaran tingkat tinggi. Ia berburu pasukan militer elit, memanfaatkan medan sebagai sekutu.
City Hunter sebaliknya beraksi di tengah hiruk pikuk kota Los Angeles. Ia menghadapi geng kriminal, polisi, dan kekacauan kota besar. Di sini, Predator harus beradaptasi dengan lingkungan yang ramai, banyak saksi, dan sulit untuk bersembunyi. Gaya berburunya jadi lebih agresif, cepat, dan berorientasi pada kekuatan senjata. Bahkan City Hunter Predator bisa beradaptasi menggunakan obat-obatan manusia untuk menyembuhkan lukanya.
Jungle Hunter akhirnya kalah melawan Dutch (Arnold Schwarzenegger) dan memilih mengaktifkan self-destruct device-nya, tindakan yang dianggap terhormat di budaya Yautja. Ia mati dengan cara yang “terhormat”, mempertahankan martabatnya sebagai pemburu sejati. Tentu dengan tawa khasnya yang meniru Billy.
City Hunter dikalahkan oleh Letnan Harrigan (Danny Glover), tapi kematiannya menunjukkan hubungan sosial Yautja yang lebih kompleks. Setelah ia tewas, kelompok Predator lain datang dan memberi penghormatan kepada Harrigan, bahkan menghadiahkan pistol kuno sebagai tanda respek. Ini memperlihatkan sisi budaya mereka yang lebih luas dibanding film pertama.
Pada akhirnya Jungle Hunter dan City Hunter adalah dua tipe Yautja yang berbeda, meskipun intinya sama yaitu Yautja, tapi mereka memilih lokasi pemburuan yang berbeda.