Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Duniaku lainnya di IDN App
Still cut drama The Murky Stream (dok. Disney+/The Murky Stream)
Still cut drama The Murky Stream (dok. Disney+/The Murky Stream)

Intinya sih...

  • Episode pertama menggambarkan kebusukan sistemik di tepi Sungai Gyeonggang, menyoroti ketidakadilan dan semena-mena yang terjadi.

  • Nonton dua episode baru memberi kesimpulan karena drama ini terasa lambat, namun episode 2 membawa plot yang lebih kuat.

  • Pembukaan seri ini lambat tapi kuat, menyajikan kebusukan sistem di tepi sungai dengan karakter-karakter yang menarik dan berbeda dari biasanya.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Hari ini, The Murky Stream sudah rilis di Disney+ Hotstar. Gak tanggung-tanggung, kamu bisa langsung nonton tiga episode!

Sebelumnya redaksi Duniaku.com berkesempatan nonton dua episodenya. Gimana impresi kami soal dua episode awalnya? Mari kita telusuri lebih dalam!

1. Kebusukan Sistemik

Still cut drama The Murky Stream (dok. Disney+/The Murky Stream)

Episode pertama, berdurasi lebih dari 50 menit, sudah berhasil memberikan gambaran tentang dunia yang akan kita saksikan sebagai penonton.

Di tepi Sungai Gyeonggang, sekelompok pekerja mendapati separuh upah beras mereka disita sebagai “pajak” oleh bandit yang mengawasi pekerjaan. Mereka yang menolak? Dihajar tanpa ampun.

Namun menariknya, bahkan bandit yang begitu ringan tangan menghajar pekerja lemah pun tak luput dari cemoohan sosok dengan hierarki lebih tinggi. Fenomena ini terus berulang... para buruh ditindas oleh bandit, para pedagang harus bergantung pada para bandit untuk dapat pekerjan, sementara para bandit masih harus tunduk ke pejabat polisi. Masalah ini tampak membusuk dari atas sampai ke akar.

Fokus utama episode ini adalah Jang Si Yool (diperankan oleh Rowoon)... pekerja yang… terlalu jangkung, terlalu gagah, dan tubuhnya terlalu solid untuk pekerjaan kasar.

Meski kita bisa menangkap ada rahasia yang ia sembunyikan, tercermin dari bekas luka pedang di tubuhnya, Si Yool berusaha tetap tidak menonjol. Ia bekerja pasif, meski di sekelilingnya terjadi ketidakadilan dan semena-mena.

Namun setiap orang punya titik didihnya sendiri. Dari dua kali pengalaman bekerja tanpa dibayar, terasa jelas: Si Yool akan segera meledak.

2. Saya sarankan nonton dua episodenya baru memberi kesimpulan

Drama The Murky Stream (dok. Disney+/The Murky Stream)

Rilis pertama The Murky Stream langsung menghadirkan tiga episode, dan memang episodenya sebaiknya dinikmati secara beruntun.

Minimal, saya sarankan kamu menonton dua episode The Murky Stream baru mengambil kesimpulan mau lanjut atau tidak.

Soalnya ada satu hal yang harus saya akui: drama ini bisa terasa lambat.

Seberapa lambat? Episode 1 berdurasi sekitar 60 menit. Selain memperkenalkan sejumlah karakter penting, terutama Si Yool, dan menyoroti kebusukan sistem di area sekitar sungai, jika direnungkan, satu jam ini sebenarnya lebih terasa sebagai build-up.

Akhir episode 1 pun menggantung, mengalir mulus ke episode 2. Seakan-akan, jika tidak ada batasan durasi, dua episode ini bisa disajikan sebagai satu kesatuan. Titik ledakan amarah Si Yool terhadap ketidakadilan, yang perlahan mendidih sepanjang episode 1, baru mulai terbayar di awal episode 2.

Dan baru di episode 2 ini juga saya rasa kamu akan mendapat gambaran awal yang lebih lengkap untuk tiga karakter utama: Si Yool, Choi Eun, dan Jeong Cheon.

Karena itu, pembahasan episode ini pun sulit disajikan hanya satu bagian. Episode 2 baru benar-benar mulai membawa plot, sementara episode 1 berfungsi sebagai build-up panjang untuk menegaskan betapa kacau dan busuknya latar tempat ini.

Yang menarik, bahkan ketika Si Yool mulai agresif dan menggunakan kekuatan fisiknya untuk menuntut upah yang menjadi haknya, setelah tiga hari tanpa makan, menyaksikan kematian pekerja tua, dan pekerja lain bunuh diri, kita tetap dihadapkan pada situasi kebusukan sistemik di tepi sungai.

3. Walau agak lambat, pembukaan ini kuat dan langsung memberi kesan beda!

poster drama The Murky Stream (dok. Disney+/The Murky Stream)

Baru di akhir episode 2 saya merasa cerita The Murky Stream akan bergulir. Jadi iya, bagi saya pembukaan seri ini cukup lambat...

Namun saya terpikat dengan bagaimana seri ini menyajikan kebusukan sistem di tepi sungai. Apalagi di episode 1, dimana Si Yool masih mencoba tidak menonjol dan Jeong Cheon si polisi jujur belum kelihatan aksinya. Di saat itu tidak terasa ada protagonis jelas, hanya ada sekumpulan oportunis dan pedagang serta buruh kasar yang menerima dampak dari korupsi.

Begitu datang episode 2 saya tertarik dengan penyajian karakternya. Selain Si Yool yang mulai terasa kerennya, dan ada Jeong Cheon yang mulai terasa sebagai kompas moral (karena dia polisi yang sangat lurus di tengah kebusukan), semakin ditegaskan bahwa para preman seperti Mudeok pun bukan karakter jahat dua dimensi. Mereka melakukan yang mereka bisa hanya untuk bertahan hidup.

Hingga sejauh ini, yang benar-benar terasa jahat adalah Lee Dol Gae, pejabat polisi korup yang hierarkinya cukup tinggi dalam sistem yang busuk. Bahkan para preman pun harus tunduk padanya. Kehadirannya jelas akan menjadi tantangan besar bagi Jeong Cheon.

Dan, sebuah pertemuan penting di akhir episode 2 sukses menambah rasa penasaran: bagaimana pertemuan itu akan mengubah arah cerita?

4. Betapa bedanya Rowoon jelas akan jadi daya tarik

still cut drama Korea The Murky Stream (dok. Disney+)

Sebagai Si Yool, Rowoon tampil sebagai buruh kasar yang berusaha menyembunyikan rahasia masa lalunya.

Awalnya ia mencoba untuk tidak menonjol, meski tubuhnya jelas cukup kuat untuk menghajar preman mana pun yang menantangnya. Dari gerak-geriknya, terasa ia punya pengalaman bertarung tangan kosong, bahkan ketika menghadapi lawan bersenjata tajam, Si Yool tetap tenang dan tidak goyah.

Namun jelas, memerankan karakter buruh kasar yang menderita karena upahnya sering dikorupsi para preman pengawas membuat Rowoon tampil sangat berbeda dari peran-perannya biasanya. Si Yool tampil kumal, berantakan, dan jauh dari kesan elegan yang biasa melekat pada Rowoon.

Meski begitu, karisma alaminya tidak hilang. Justru ketika ia ditempatkan di tengah wajah-wajah menderita para buruh kasar dan tampang garang para preman, pesona Rowoon tetap menonjol.

Perbedaan inilah, dan kesuksesannya menyajikan sosok Si Yool yang pendiam tapi bisa sangat menakutkan ketika marah, yang membuat penampilan Rowoon begitu menarik untuk para fans.

Itulah impresi saya setelah menonton dua episode perdana The Murky Stream.

Menurutmu gimana?

Tulis pendapatmu di kolom komentar!

Editorial Team